Munculnya banyak relawan yang mendukung calon presiden (capres)
menjelang pemilihan umum presiden (pilpres) merupakan sebuah
keniscayaan. Keberadaan mereka dibutuhkan untuk mendongkrak
elektabilitas kandidat yang ingin bertarung dalam kontestasi politik
lima tahunan itu.
Pengamat politik Sri Utami mengatakan, menjamurnya relawan dalam setiap momen menjelang pilpres merupakan hal biasa.
Menurut
dia, ada calon, partai politik, dan juga ada relawan. ”Tiga kekuatan
itu bisa bersinergi menjadi satu dan saling mengisi untuk memenangi
pertarungan,” terang
Menurut Sri Utami munculnya para relawan tersebut bagian dari strategi
untuk menaikkan elektabilitas capres masing-masing. Mereka bergerak ke
sana kemari. Bahkan, sudah ada relawan salah satu capres yang melakukan
bagi-bagi sembako ke masyarakat. Itu merupakan bagian dari upaya untuk
mengatrol elektabilitas kandidat yang diperjuangkannya.
Pengajar
di Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) tersebut menerangkan, pilpres
tanpa relawan bagaikan sayur tanpa garam dan bagaikan teh tanpa gula.
Sebab, jika tak ada relawan, semuanya akan dimonopoli partai politik.
Ujang
menyatakan, keberadaan relawan juga perlu untuk mengisi ruang yang
tidak bisa dikerjakan partai. Apalagi, ungkap dia, persepsi rakyat
terhadap partai juga buruk. ”Jadi, melalui relawanlah pesan- pesan
capres itu bisa disampaikan kepada rakyat atau para pendukungnya,” papar
direktur eksekutif Indonesia Political Review (IPR) tersebut.
Munculnya relawan, tambah Ujang, merupakan fenomena partisipasi aktif
masyarakat dalam politik. Selain itu, imbuh dia, para relawan mempunyai
harapan pilpres. Jika calon yang mereka dukung memenangi kontestasi,
mereka berharap mendapat jabatan di pemerintahan atau perusahaan milik
negara. ”Bisa menjadi komisaris BUMN atau (mendapat) jabatan yang
lainnya,” beber dia.
Sri Ut ami Kepala Devisi Media GRTW menambahkan, fenomena relawan akan
makin ramai tahun depan. Sebab, perhelatan politik nasional itu akan
makin dekat. Para pendukung akan kian masif melakukan kegiatan untuk
mendekati masyarakat dan mendongkrak elektabilitas Calon yang mereka
usung.
Geliat politik di Indonesia setelah reformasi dimeriahkan
oleh kelompok-kelompok relawan. Mereka lahir dan tumbuh karena dukungan
kepada pihak tertentu, meski bergerak lebih mandiri. Pemilu 2024 kali
ini juga tidak lepas dari peran para relawan ini.
Tidak semua pemilih mau dekat dengan partai politik. Karena itu,
butuh tangan lain untuk mendekati mereka, terutama ketika agenda politik
semakin padat. Tangan lain itu, antara lain diperankan oleh kelompok
relawan politik.
Era reformasi memungkinkan lahirnya ratusan organisasi relawan
politik di Indonesia. Salah satunya adalah Gerakan Relawan Tanpa Warna
(GRTW) . Organisasi yang berdiri pada 2014 di Jakarta ini, hadir untuk
mendukung Pilkada Yang Aman Nyaman Dan Kondusif organisasi ini diisi oleh mereka yang mengagumi rekam jejak Pilkada Yang Bermartabat
Tidak mengherankan jika di 2024 ini, dukungan tersebut terus dilanjutkan
terutama dalam kampanye Pilkada Langsung di Kabupaten Serang Kota Cilegon Kota Tangsel Kabupaten Pandeglang
“Relawan kami bergerak mem-
back up Tim Kampanye Daerah (TKD) dengan cara mengumpulkan massa, mendukung acara-acara TKD, dan juga
mendeklarasikan diri serta membuat acara lain sesuai kepentingan
situasional,
GRTW (Gerakan Relawan Tanpa Warna ) mulai tancap gas lagi di panggung politik sekitar enam bulan
lalu, Sejauh
ini, mereka telah menggelar berbagai acara seperti bakti sosial, donor
darah, konsultasi kesehatan gratis, dan pengobatan gratis. Tidak
ketinggalan adalah sosialisasi cara mencoblos. Pengalaman lapangan
membuktikan,sosialisasi penting karena proses ini tidak
mudah, terutama bagi mereka yang berusia lanjut.
Peran relawan Turun ke masyarakat,door to door, membawa
kampanye secara kekeluargaan, memberikan arahan ke pasar-pasar, ke
terminal, ke wilayah basis warga yang sama sekali tidak mengenal
internet, TV, atau media sosial. Itu yang menjadi sasaran teman-teman
relawan,” kata
Sindu Adi Pradono SH Selaku Ketua Umum GRTW (Gerakan Relawan Tanpa Warna )
ia menambahkan, sebagai organisasi resmi, kelompok relawan adaah bagian
penting dari kehidupan sosial politik di Indonesia. Jika Pemilu usai,
mereka akan kembali menggelar berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan,
kebudayaan dan pendidikan.”Kita terlibat dalam acara-acara Kita juga ingin menata sanggar seni, mengelola sanggar tari, melukis,
teater dan lainnya,” ujarnya ia mengklaim GRTW memiliki 2 juta
anggota inti di seluruh Indonesia.
Penggerak ini juga berfungsi sebagai pelapor data hasil Pemilu Kada ,
membantu saksi, sekaligus mencegah praktik kecurangan. Agar mampu
bekerja dengan baik, pelatihan terus dilakukan bahkan hingga di
hari-hari terakhir menjelang pencoblosan. GRTW yakin, penyiapan
sumber daya manusia harus menjadi salah satu prioritas dalam pelaksanaan
Pemilukada
Bentuk kegiatan selama ini banyak menyasar pemilih melalui
pendekatan kegiatan keagamaan, seperti pengajian, istighosah, ceramah
dan lain sebagainya. GRTW membentuk majelis taklim, menyiapkan
ustadz atau guru, dan mengkoordinasikan remaja masjid. Mereka bergerak
dari kampung-kampung, hingga masuk ke lingkungan pesantren. Mereka
yakin, semua kegiatan itu berdampak langsung terhadap Calon Kepala Daerah Yang Akan Di Usung Oleh Partai Politik
Dengan Gerakan Relawan Terstruktur dan Berbudaya tentunga Pilkada di
Banten Akan Membuat Masyarakat Tertarik Untuk Menentukan Pilihan Sesuai
Hati Nurani Tanpa tekanan dari Pihak Manapun Karena Relawan GRTW
(Gerakan Relawan Tanpa Warna ) Bagaimana Menciptakan Masyarakat berlomba
berpartipasi Mengusung Calon dengan Kehendak Sendiri Tanpa Ada
Kepentingan Apapun SEMBOYAN Dari GRTW Bergerak Bagai Angin Dapat
di rasa Tanpa Terlihat Selamat Bekerja Seluruh Relawan GRTW Semoga Kita
Tetap Menjaga Persaudaraan dan Menjadikan Pilkada Daerah Aman Nyaman dan
Kondisif
DPP Humas
Gerakan Relawan Tanpa Warna
0 comments:
Post a Comment