Media cetak dan Online merupakan media yang berpengaruh besar dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.Pasca Indonesia merdeka,media cetak adalah sarana yang paling utama bagi masyarakat dalam mengemukakan pendapat. Sehingga pada akhirnya akibat dari kesadaran pihak pemerintah mengenai dampak dari media cetak itu sendiri terhadap opini publik, maka dalam eksistensinya untuk menyampaikan informasi
Media
cetak merupakan media massa tertua diantara media massa lain. Ide
pembuatan media massa cetak tersebut telah berkembang semenjak zaman
Romawi kuno. Walau demikian, kini eksistensi media cetak
khususnya di Indonesia kini dipertanyakan. Akankah media massa cetak
dapat bertahan di tengah arus perkembangan tekhnologi yang semakin
canggih ini?
Melihat persaingan
pasarnya, media cetak sebenarnya sedikit “kalah saing” dengan media
massa lainnya seperti media Televisi maupun online. Kecanggihan
tekhnologi keduanya mampu mempengaruhi masyarakat sehingga menjadi
beralih mengkonsumsi media massa ini di bandingkan dengan media cetak
demi mendapatkan berita atau informasi yang cenderung cepat saji.
Lambat laun jika terus seperti ini, media cetak bisa teancam mati.
Sebenarnya sekarang ini media cetak sendiri sudah berada dalam ranah
yang tidak menentu seperti “mati segan, hidup pun tak mau”.
Namun demikian,bukan berarti bahwa hanya perkembangan teknologi saja
yang menjadi harga mati atau ancaman terhadapperkembangan media cetak.
Ada banyak hal yang sebenarnya juga turut menjadi penyebab berkembang
atau tidaknya sebuah media cetak seperti,
minat baca masyarakat yang minim, kurangnya pemasokan iklan,
kepentingan para kapitalis dan para politisi, regulasi, sumber daya
manusia, pajak kertas yang tinggi, persaingan diantara media cetak
sendiri, idealis para kuli tinta dengan pemilik perusahaan, dan
lain-lain.
Konglomerasi media sebagai usaha mempertahankan eksistensi
Pertanyaan
yang sekarang perlu dipikirkan oleh media cetak adalah bagaimana cara
bertahan hidup di tengah-tengah persaingan bisnis media ini? Untuk bias
terus eksis dalam dunia informasi, media cetak mau tidak mau mereka
harus ikut bergabung dalam industri media massa lainnya
(Konglomerasi Media), karena tidak bisa dipungkiri jika alasan sebuah
media untuk terus eksis bukan hanya untuk memberi informasi kepada
masyarakat namun juga untuk mendapatkan profit.
Koran Merapi (konglomerasi KR) misalnya, merupakan koran yang
sengaja di hadirkan oleh pihak KR untuk bersaing “melawan” koran Meteor
yang menurut informasi (oleh pihak pemasaran Merapi), lebih fokus
terhadap berita kriminal dan ekonomi di banding KR. Sehingga tadinya KR
seolah kalah saing dengan Meteor karena masyarakat lebih menyukai
berita-berita kriminal yang di sajikan dalam koran Meteor di bandingkan
berita yang bersifat lebih umum.
Ada
banyak cara yang dapat yang dapat dilakukan para pemilik modal dalam
mencapai tujuan mereka, diantaranya dengan pemusatan pememilikan
perusahaan pers. Di Indonesia sendiri
pemusatan dari kepemilikan usaha mulai menjadi perhatian medio 1980-an
(Yasuo Hanazak, 1998;88). Implikasinya bahwa sekarang hal tersebut
ternyata meluas hampir rata di seluruh media massa indonesia, media
cetak juga tak kalah bersaing dengan hal tersebut. Para kapitalis
mencoba memasuki daerah-daerah baik di dalam atau di luar tempat ia
beredar dengan menerbikan media cetak baru. Kompas misalnya, belakangan
ini telah menerbitkan beberapa koran daerah seperti Koran Kompas Yogya,
Kompas Medan dan lain-lain.
Alasan
yang tepat yang diambil mereka berjiwa kapitalis dalam penyebaran
berita ke daerah-daerah sendiri ialah adanya faktor kedekatan dengan
masyarakat. Dimana informasi akan disebarkan adalah informasi yang
berkaitan dengan daerah tersebut. Hal tersebut sangat benar, namun
ketika dikaji lebih mendalam tujuan dari para pemilik modal tidak lain
adalah untuk memperoleh keuntungan. Sehingga terkadang dalam pemberitaan
informasi banyak yang kurang mendidik.
Media
cetak saat ini lebih menyediakan porsi yang besar kepada iklan yang
menjadi pemasukan finansial bagi mereka, secara tidak langsung ini
menurunkan performa kuantitas dan kualitas berita yang menjadi komoditi
utama sebuah media cetak. selain itu dalam memberikan informasi, media cetak tidak beda dengan
media televisi yang kini menjual apa saja, yang penting masyarakat suka.
Tantangan dan Peluang Media Cetak
Tantangan
akan datang ketika di dalamnya terdapat kompetitor yang menciptakan
persaingan. Ini terjadi pada media cetak yang saat ini mengganggap media
online sebagai batu sandungan mereka. Tantangan terbesar bagi media cetak adalah bukan melawan media online itu sendiri namun menyelaraskan dirinya dengan perkembangan media online yang masif dan “digandrungi”
masyarakat dalam memperoleh informasi. Menjadi tantangan tersendiri
bagi media cetak ketika harus membuat inovasi dan terobosan baru dengan
cara menyelaraskan dengan teknologi internet yang menjadi keunggulan
media online.
Kita dapat
mengambil contoh media cetak Kompas yang memanfaatkan keunggulan
komparatif namun fleksibel, yaitu menyediakan fasilitas QR Code yang memungkinkan pembaca mengakses data digital artikel yang dimaksud. Ramuan cetak dan digital ini cukup menjawab habit multiplatform komunitas pembacanya. (InfoKita, Nov/09).
Namun demikian,walaupun
media cetak saat ini tengah bersaing dengan media online, peluang
mengenai nasib media cetak kedepannya masih ada dan terbuka lebar.
Mengingat media cetak merupakan pioneer bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi dan berita.
Ada pula faktor lain yang menjadikan peluang media cetak untuk tetap eksis dan menjadi mainstream informasi dan berita, yaitu seperti ilustrasi shutterstockbahwa membaca
media cetak seperti koran dan majalah sudah menjadi kebudayaan dan
kebiasaan masyarakat sejak dulu. Salah satunya sebagai teman dalam
ritual meminum teh atau kopi di pagi hari. Ini menunjukkan bahwa
masyarakat membaca media cetak bukan hanya untuk mendapatkan informasi
dan berita tapi sudah menjadi suatu kebiasaan rutin.
Walaupun telat sehari dalam pemberitaan, keakuratan content informasi dan berita media cetak dinilai lebih unggul dibanding dengan media online.
Hal ini disebabkan media cetak lebih matang dalam menyajikan sebuah
informasi dan berita karena waktu untuk mengolah dan mendapatkan
keakuratan sebuah informasi dan berita lebih banyak. Beda halnya dengan
media online yang terkadang hanya mengejar waktu tayang tanpa
memedulikan kualitas informasi dan berita yang disajikan. Sehingga
masyarakat yang ingin mendapatkan atau mengkonsumsi informasi dan berita
yang berkualitas dan akurat akan tetap mengandalkan media cetak sebagai
sumber utama.
Terkait dengan
tantangan media cetak untuk lebih menyelaraskan dengan teknologi
internet seperti yang dilakukan KONTAK BANTEN ,KOMPAS dengan QR Code-nya, media cetak
akan mendapatkan porsi yang sama dengan porsinya saat ini sebagai sumber
ionformasi dan berita. Tentunya dengan inovasi dan terobosan baru.
Namun,
Jika sebuah media cetak tetap mempertahankan sifat konvensional seperti
yang masih terjadi pada beberapa media cetak di Indonesia, maka tak
mustahil jika media online akan menjadi alternatif masyarakat untuk mendapatkan sebuah berita dan informasi.
Seharus Potensi Daerah Melindungi Koran Lokal yang ada daerahnya Seperti Surabaya Pos Kalimantan Pos Sura Jawa Timur yang pemerintah daerah memberikan porsi lebih terhadap media daerah karena berkembang media cetak lokal adalah ciri daerah itu memperhatikan pembangunan yang ada bukan hanya menginduk pada media media yang memang sudah lebih dulu mengembangkan sayap di masing masing daerah hal ini di jelaskan Oleh Ketua Dewan Pers Yang Baru .
Seharus Potensi Daerah Melindungi Koran Lokal yang ada daerahnya Seperti Surabaya Pos Kalimantan Pos Sura Jawa Timur yang pemerintah daerah memberikan porsi lebih terhadap media daerah karena berkembang media cetak lokal adalah ciri daerah itu memperhatikan pembangunan yang ada bukan hanya menginduk pada media media yang memang sudah lebih dulu mengembangkan sayap di masing masing daerah hal ini di jelaskan Oleh Ketua Dewan Pers Yang Baru .
Wakil Presiden , mengingatkan tantangan media, khususnya media cetak,di
Indonesia makin banyak. Varian media pun makin beragam, sehingga
informasi yang disajikan sangat banyak.
Tantangan
ini tak lepas dari situasi politik di Indonesia yang masih menjalani
proses transisi berdemokrasi. Untuk menjawab tantangan itu, Wapres
menyarankan agar semua insan pers bekerja lebih keras dalam mengolah
informasi. ''Ke depan masih banyak tantangannya. Tantangan di bidang
media ini yang harus dijawab dengan kerja keras,'' kata dalam
sambutan pertemuan tahunan ke-12 konferensi koran yang digelar World
Association of Newspaper and News Publishers (WAN-IFRA) --asosiasi koran
dunia, Selasa (10/4) di Bali Nusa Dua Convention Center, Nusa Dua,
Bali.
Pertemuan tahunan bertajuk
Publish Asia 2018 Shaping the Future of News Publising ini dihadiri
sekitar 600 delegasi dari 120 negara anggota WANIFRA. merespon
positif WANIFRA kali ke-12 yang digelar di Indonesia, khususnya Bali.
Hal itu dinilai sebagai wujud pengakuan panitia serta delegasi lain atas
pertumbuhan media dan demokrasi di Indonesia.
Kebersamaan
media dan demokrasi itu dinilai ikut mewarnai pertumbuhan perekonomian
di Indonesia. Sehingga, lambat laun, bisnis media dalam beberapa tahun
terakhir telah memberi peluang pekerjaan bagi pencari kerja. Dia
mencontohkan satu grup media bisa memiliki beragam varian media. Wapres
juga mendorong agar media cetak terus melakukan inovasi agar tak
ditinggalkan pembaca. Tantangan terkini media cetak adalah media sosial
seperti Facebook, Twitter maupun Online.
Inovasi yang harus media cetak lakukan agar dapat terus eksis dan bukan malah semakin kritis adalah dalam hal layout yang dibuat menarik perhatian pembaca (dengan colourfull),
porsi informasi dibuat lebih lengkap, konten berita lebih
fenomenal-faktual-menarik, serta media cetak tersebut haruslah memiliki
manajemen yang cerdas dalam mengatur distribusi, iklan, produksi, dsb.
Sehingga semakin tinggi profit (banyaknya pembaca) juga semakin
berkualitas tingkat produktivitas medie cetaknya.
Saputri Rahma Aktivis Kebijkanan Publik Jakarta
0 comments:
Post a Comment