SERANG – Angka golongan putih atau warga yang tidak
menggunakan hak pilihnya di pilgub Banten 2017 cukup tinggi. Dari data
real count Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten di https://pilkada2017.kpu.go.id/hasil/t1/banten,
sampai real count mencapai 99,52 persen tadi malam pukul 21.30, jumlah
warga yang tidak menggunakan hak pilihnya mencapai 2.839.122 jiwa dengan
prosentase 36,9 persen dari total hak pilih warga Banten mencapai
7.690.864 jiwa.Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Divisi Teknis
Syeful Bahri mengatakan, pada dasarnya golput adalah hak pemilih itu
sendiri. Meski demikian, dia menyayangkan prosentase golput di atas 35
persen sehingga target angka partisipasi sebesar 77 persen tidak
tercapai. Kami sudah melakukan berbagai cara, semua segmen kami
sasar, lomba-lomba kami gelar, gerak jalan sehat berhadiah dilakukan
untuk menarik perhatian pemilih. Tapi ya dikembalikan lagi ke pemilih,
yang penting kami sudah sangat optimal,” katanya.Menurut mantan
Ketua KPU Kota Cilegon itu, tingginya angka golput tidak hanya
dipengaruhi oleh pemilih yang enggan menggunakan hak pilihnya. Adapun
faktor lainnya adalah pemilih yang terdatar di DPT namun orangnya sudah
pindah, meninggal dunia, dan tidak ketemu. “Yang seperti itu kan susah,
orangnya tidak bisa memilih tapi datanya masuk ke golput. Belum lagi ada
pemilih di DPT tapi orangnya jadi TKI,” tuturnya.Oleh karena
itu, semua yang dialaminya pada pilgub akan menjadi catatannya untuk
dibawa ke pilkada serentak 2018. Di tahun itu setidaknya ada empat
daerah yang menggelar pilkada yaitu Kota Serang, Kota Tangerang,
Kabupaten Tangerang, dan Kabupaten Lebak. “Ini jadi catatan kami sebagai
bahan evaluasi kami di pilkada serentak 2018 dan pileg serta pilpres di
2019,” pungkasnya.Pengamat politik dari Untirta Gandung Ismanto
mengatakan, selayaknya pemilu yang sudah digelar sebelumnya-sebelumnya,
angka golput selalu muncul. Pun demikian yang terjadi di Pilgub Banten
di mana tingkat partisipasi yang dinilai masih cukup rendah.“Dengan
angka (partisipasi) sebesar itu memang masih belum optimal. Berkaca dari
pilkada sebelumnya, memang angka golput selalu muncul,” ujarnya.Mantan
Anggota Bawaslu Banten ini menuturkan, berdasarkan observasi yang telah
dilakukannya, potensi pemilih yang golput mayoritas adalah kalangan
menengah ke atas. Sedangkan animo pemilih di wilayah pedesaan masih
cukup tinggi.Kalangan menengah ke atas yang lebih melek
politik, kurang tertarik dengan paslon yang ditawarkan. Komposisi dua
paslon membuat mereka menjadi serba salah. “Saya berkesimpulan bahwa
penyebabnya antara lain figur yang ditawarkan dari perspekstif kalangan
menengah ke atas tidak terlalu menguntungkan. Jadi buah simalakama,”
katanya.Terpisah, KPU Kota Serang telah memiliki catatan serius
dari Pilgub Banten. Salah satunya adanya mengenai target partisipasi
pemilih yang tak tercapai. KPU menetapkan target partisipasi pemilih
mencapai 75 persen tetapi kenyataannya hanya mencapai 65 persen.Komisioner
KPU Kota Serang Fierly MM mengatakan bahwa hasil sistem informasi
penghitungan suara (situng) yang dilakukan pada Kamis (16/2) malam
tingkat partisipasi Kota Serang hanya mencapai 64 persen. Di antara 8
kabupaten/ kota lain di Banten, partisipasi pemilih di Kota Serang
berada pada peringkat kelima. Fierly menyatakan bahwa banyak variabel
dan faktor yang menyebabkan mengapa partisipasi tidak memenuhi
target.“Kita masih harus melihat dulu. Sampai 23 Februari baru bisa kita
pastikan penyebab dominannya,” kata Fierly yang ditemui di sela
memantau rekapitulasi suara di PPK Kecamatan Cipocok Jaya, Jumat (17/2).Catatan
serius lain, kata Fierly, tingginya surat suara yang tidak sah.
Mayoritas dari surat suara tidak sah itu karena pemilih mencoblos dua
pasangan calon. Yang terbanyak kedua pemilih sama sekali tidak mencoblos
surat suara. Sementara terbanyak ketiga adalah pemilih nyoblos tetapi
di luar ketentuan. Meski demikian ia tidak menyebutkan jumlah surat
suara tidak sah karena rekapitulasi belum selesai. “Saya aneh kenapa
masih ada banyak surat suara yang tidak sah,” katanya.Catatan
lain adalah banyaknya pemilih yang menggunakan KTP elektronik dan surat
keterangan. Ke depan KPU Kota Serang akan memasukkan pemilih yang
menggunakan KTP elektronik atau surat keterangan ke dalam daftar pemilih
tetap guna keperluan pilkada 2018 di Kota Serang.Fierly
mengungkapkan bahwa setelah pemilihan tahapan selanjutnya adalah
rekapitulasi peroleh suara di tingkat PPK yang akan berlangsung selama
16-22 Februari. Metodenya setiap kotak TPS wajib dihadirkan di rapat
pleno PPK dan satu-satu dibuka. Formulir C1 dibacakan oleh PPS lalu
direkap oleh PPK sampai seterusnya rekap selesai.“Ketika terjadi
revisi C1 hanya boleh dilakukan dalam rapat pleno di PPK ini,” katanya
seraya menambahkan bahwa rapat pleno rekapitulasi suara tingkat Kota
Serang akan dilakukan pada 23 Februari mendatang.
0 comments:
Post a Comment