![]() |
Bupati Pandeglang, Irna Narulita saat meninjau lokasi bencana banjir di Pandeglang Selatan, awal tahun 2017.*
|
Memasuki musim hujan tahun ini, tampaknya bisa menjadi ancaman
bencana alam banjir, longsor di Kabupaten Pandeglang. Sebab, ada
beberapa wilayah kecamatan yang setiap tahun musim hujan menjadi
langganan banjir. Antara lain wilayah Carita, Labuan, Panimbang,
Pagelaran, Patia, Sukaresmi, Munjul dan beberapa daerah yang dekat
bantaran sungai. Bahkan, bencana banjir pun terjadi di Carita sejak
tahun 2016, hingga menewaskan satu keluarga dalam satu mobil akibat
terjebak banjir lumpur. Namun waktu itu, penyebab banjir karena hutan di
perbukitan Carita gundul sehingga longsor saat terjadi hujan deras.
Seorang pengurus Aliansi Masyarakat Peduli Pembangunan (AMPP), Lukman
Oleng mengatakan, informasi dirilis BMKG, bahwa bulan ini masuk musim
hujan.
Kemungkinan-kemungkinan terjadi banjir bisa berpotensi di
daerah-daerah yang ada di bawah permukaan air laut dan sungai. Oleh
karena itu, ucap Lukman, pemerintah tidak boleh berdiam diri dan terlena
saat situasi aman, karena namanya musibah, bencana itu datangnya
seketika. “Banjir, longsor tahun lalu melanda ratusan rumah dan merendam
ribuan hektare lahan persawahan di Pandeglang harus menjadi pengalaman
buruk. Pemerintah perlu menyiapkan langkah-langkah terukur mengatasi
banjir, tidak sekadar bantuan logistik, tapi perlu ada langkah
penanganan evakuasi korban, tempat pengungsian sampai pada perbaikan
infrastruktur yang terancam rusak akibat gerusan banjir,” kata Lukman
kepada Kabar Banten, Rabu (11/10/2017).
Menurut dia, persiapan antisipasi bencana musim hujan harus dilakukan
sejak dini. Pemerintah harus membentuk tim secara keroyokan untuk
mengatasi persoalan banjir musim hujan. Sebab masalah banjir masih
menjadi problem yang harus dipecahkan bersama baik di tingkat kabupaten,
provinsi dan nasional. Menurutnya, penanganan banjir tidak bisa
diserahkan sepenuhnya ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD),
tetapi harus terlibat dinas lain seperti Dinas Kesehatan yang menangani
penyakit pascabanjir, Dinas Pekerjaan Umum yang berperan memperbaiki
infrastruktur akibat banjir, Dinas Sosial yang menggulirkan bantuan, dan
aparat keamanan.
Memang ada beberapa daerah yang menganggap banjir sudah biasa terjadi
setiap tahun. Seperti warga Patia dan Pagelaran membuat bangunan loteng
di atas rumah sebagai solusi evakuasi saat terjadi banjir. Mereka
melakukan langkah itu karena tidak mau meninggalkan rumah dan harta
bendanya saat diterjang banjir. “Ya, bagi mereka itu banjir sudah
biasa, karena pasti dapat bantuan sembako, pakaian layak, dan lainnya.
Tapi jika terjadi korban tenggelam, itu bukan biasa, butuh penanganan
khusus,” tuturnya.
Kepala BPBD Pandeglang, Dadi Supriadi mengatakan, tidak dipungkiri
Pandeglang dikategorikan sebagai daerah rawan banjir dan longsor. Selain
daerah dataran rendah, juga banyak bantaran sungai.
Menurutnya, setiap tahun sejumlah wilayah kecamatan terutama dekat pesisir pantai selalu menjadi ancaman banjir. Patia, Pagelaran, Panimbang, Muncul, Sukaresmi, Labuan dan Carita, daerah tersebut masuk kategori rawan banjir. Karenanya, BPBD sedang menyiapkan antisipasi untuk penanganan banjir, meski musim hujan belum menimbulkan dampak banjir.
Menurutnya, setiap tahun sejumlah wilayah kecamatan terutama dekat pesisir pantai selalu menjadi ancaman banjir. Patia, Pagelaran, Panimbang, Muncul, Sukaresmi, Labuan dan Carita, daerah tersebut masuk kategori rawan banjir. Karenanya, BPBD sedang menyiapkan antisipasi untuk penanganan banjir, meski musim hujan belum menimbulkan dampak banjir.
“Ya, kita sudah siapkan perahu karet sebagai alat evakuasi korban
banjir, termasuk kesiapan personel. Kami juga sudah siapkan logistik
untuk membantu korban banjir. Tapi mudah-mudahan musim hujan tahun ini
tidak sampai menimbulkan banjir meluas. Pihaknya mengimbau masyarakat,
aparat kecamatan, dan aparat desa untuk mewaspadai musim hujan, karena
Pandeglang ini sebagai daerah langganan banjir. Untuk menangani
persoalan banjir dibutuhkan tim melibatkan instansi terkait. “Ya, perlu
ada upaya keroyokan untuk mengatasi banjir, karena dampak banjir tidak
saja menggenangi rumah, tapi ada sawah, dan infrastruktur yang rusak
pascabanjir,” katanya.
Sementara itu, Anggota Badan Anggaran DPRD Pandeglang, Hadi Mawardi
mengatakan, sebetulnya untuk kesiapan penanganan banjir di Pandeglang
sudah cukup lengkap. Selain peran BPBD, di sana ada instansi terkait
yang menangani pascabanjir, seperti Dinas Pekerjaan Umum yang membidangi
infrastruktur, Dinas Pertanian membidangi pertanian, dan Dinas Sosial
untuk bantuan-bantuan korban banjir. Untuk petugas penanganan bencana
ada taruna siaga bencana (Tagana), dan ada peran pemerintah untuk
mengalokasi anggaran bencana. “Ya, pemerintah kan selalu mengalokasikan
anggaran bencana pada pos anggaran tak terduga atau dana TT. Anggaran
itu bisa langsung digunakan untuk perbaikan infrastruktur atau lainnya
yang rusak akibat bencana alam. Nah, ini harus dikawal agar penggunaan
dana TT benar-benar terukur dan tepat sasaran,” ucapnya.
Hutan gundul
Menurut Hadi, bencana banjir memang masih sulit ditangani. Sebab itu
bagian dari proses alam peralihan dari musim kemarau ke musim hujan.
Namun perlu diingat banjir ini bisa melanda permukiman warga, melanda
badan jalan akibat daerah serapan air yang tadinya dipenuhi pohon besar,
namun terjadi gundul. Sedangkan hutan gundul ini akibat ulah manusia
sendiri melakukan penebangan hutan liar. Selain itu, banjir bisa terjadi
akibat pendirian bangunan yang tidak ramah lingkungan atau melanggar
tata ruang wilayah. Artinya, lokasi yang seharusnya tidak layak untuk
dibangun perumahan, gedung, tapi dipaksakan untuk mendirikan bangunan.
Akibatnya kawasan yang awalnya sebagai daerah resapan air akan terkikis
oleh bangunan, karena tidak ramah lingkungan.
Sementara itu, Dirut PDAM Tirta Berkah, Ujang Sumawinata sudah
mempersiapkan cadangan air bersih untuk mengantisipasi kerawanan air
bersih saat musim hujan. Sebab, di Pandeglang ini kalau musim kemarau
kekeringan dan musim hujan kebanjiran. Masyarakat menghadapi dua
fenomena alam ini pasti akan membutuhkan sarana air bersih. “Kita sudah
petakan, daerah rawan banjir, seperti Panimbang, Patia, Pagelaran,
Picung dan Munjul,” ujarnya.
Sementara itu, Bupati Pandeglang, Hj. Irna Narulita sudah
menginstruksikan ke instansi terkait untuk siaga banjir. Pihaknya
meminta para kepala SKPD terkait agar melaporkan cepat ketika terjadi
banjir, karena dengan laporan cepat, pemerintah bisa reaksi cepat
mengatasi banjir. “Kita sudah siapkan tim penanganan banjir, termasuk
logistik dan sarana perahu karet untuk evakuasi korban banjir. Tapi,
kita berharap mudah-mudahan musim hujan akhir tahun ini tidak
menimbulkan banjir,” katanya.
0 comments:
Post a Comment