JAKARTA-Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) minta
kepada pemerintah untuk mengkaji soal rencana kebijakan impor beras
500.000 ton dari Vietnam danThailand dengan melihat kembali (crosscheck)
data riil beras di daerah-daerah.
"Berdasarkan
data, fakta dan masukan rekan-rekan bupati kepada dewan pengurus, maka
Apkasi memberikan masukan kepada pemerintah pusat agar mengkaji dengan
serius kebijakan impor beras tersebut sehingga tidak merugikan petani di
daerah," kata Ketua Umum Apkasi, Mardani H Maming dalam siaran pers
yang diterima, Rabu.
Mardani yang juga menjabat
sebagai Bupati Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan ini juga tengah
menggalakkan pembangunan sektor pertanian di daerahnya, terutama
menjadikannya sebagai pusat pembibitan tanaman padi dan jagung untuk
regional Kalimantan.
"Kebijakan impor
merupakan upaya pemerintah yang sangat wajar dalam upaya menstabilkan
harga sebuah komoditi di dalam negeri. Namun, kebijakan yang diambil ini
harus benar-benar dipelajari. Kalau tidak, kebijakan impor ini justru
bisa kontra produktif dan dapat memukul kondisi petani dalam negeri,"
ujar dia.
Hal senada juga dikemukakan Bupati
Serang, Ratu Tatu Chasanah yang mengatakan, pemerintah seharusnya
mendengar suara dari para bupati yang mengetahui secara langsung kondisi
komoditi beras di daerah.
Menurut dia, kebijakan impor beras itu, sangat tidak berpihak kepada rakyat.
"Kami
jajaran pemerintah dan rakyat Kabupaten Serang berharap rencana impor
beras dikaji lebih jauh terlebih dahulu," ujar Tatu Chasanah
Dia mengungkapkan kebijakan impor hanya akan memberatkan rakyatnya yang sebagian besar berprofesi sebagai petani.
Kabupaten
Serang sendiri, kata Tatu Chasanah, masa panen baru akan masuk minggu
ketiga Januari. Dan diperkirakan akan berlangsung selama dua tiga bulan
ke depan. Sementara menurut data yang dimiliki, rata-rata produk beras
atau padi di Serang selalu surplus setiap tahunnya.
Keberatan akan impor beras ini juga disampaikan oleh Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara.
Di
Kabupaten Sergei, menurut Bupati Soekirman, mulai minggu ini masuk masa
panen raya. Sementara harga beras di daerahnya pun terbilang sangat
bagus, yaitu Rp. 5.000 per kilogram.
"Kondisi
yang sangat kondusif seperti ini, dipastikan bakal rusak dengan masuknya
beras impor. Oleh karena itu, kami khawatir dengan rencana impor beras
tersebut," kata Soekirman.
Bupati Merangin Al
Haris juga mengungkapkan hal yang sama. Menurut dia stok beras cukup
aman, dan hasil panen sawah program Pajale di Merangin cukup berhasil.
Bupati
Mempawah Ria Norsan juga mendukung sikap Apkasi agar sebelum kebijakan
impor beras diambil , benar-benar dilakukan kajian mendalam terlebih
dahulu.
Sementara itu Bupati Kulon Progo, Hasto
Wardoyo berpendapat, sebagai negara agraris sangat disayangkan jika
masih terus melakukan impor berbagai komoditi pertanian, terutama
beras.
Tidak Ganggu
Sebelumnya Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, kebijakan impor beras tidak akan mengganggu harga jual petani di daerah.
Impor beras itu dilakukan Bulog untuk memenuhi cadangan di atas 1 juta ton, kata Jusuf Kalla.
Wapres
menambahkan dengan kebijakan impor beras tersebut, maka petani beras di
daerah dapat terlindungi dari lonjakan harga beras.
"Jangan
lupa, kalau harga naik maka petani juga mendapat masalah. Petani zaman
sekarang ini justru membeli beras, dan tidak ada lagi seperti dulu
yakni memiliki lumbung padi," jelasnya.
Sementara
itu Menteri Pertanian Amran Sulaiman mencatat kebijakan impor beras
sejak 2016 tidak dilakukan oleh Pemerintah Indonesia, sehingga kebijakan
impor di awal 2018 bukan masalah besar.
"Kami
ingin sampaian beberapa capaian, capaian itu per hari ini adalah kita di
2016 - 2017 tidak ada impor beras medium," kata Amran.
0 comments:
Post a Comment