Semua orang pasti pernah mengalami
sakit, entang itu sakit ringan maupun sakit yang cukup serius, hal ini
memang sudah manusiawi. Karena sebagai manusia biasa, dengan seiring
berjalannya waktu tentu akan mengalami penurunan kondisi fisik yang
disebabkan oleh banyak faktor, sehingga penurunan tersebut menyebabkan
seseorang menjadi sakit.
Dibalik penyakit yang kita alami, tentu mengandung hikmah yang sangat
berharga bagi si penderita khususnya dan bagi orang lain pada umumnya.
Allah SWT pasti menyimpan hikmah di balik setiap sakit yang kita alami.
Allah SWT menakdirkan kita untuk sakit, pasti ada alasan tersendiri
yang menjadi penyebab semua itu. Tidak mungkin Allah SWT melakukan
sesuatu tanpa sebab yang mendahuluinya atau tanpa hikmah di balik itu
semua . Oleh karena itu, sebaiknya kita untuk selalu menerima, ikhlas
dan bersabar atas apa yang dikaruniakan oleh-Nya kepada kita, termasuk
dikaruniai penyakit.
Nah, agar lebih menerima dan ikhlas atas sakit yang ditakdirkan kepada
diri kita, pada kesempatan ini marilah bersama-sama memahami lebih jauh
tentang makna dan hikmah dibalik penyakit yang Allah berikan, khususnya
dalam pandangan islam.
#Sakit Adalah Ujian
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran;
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran;
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.” (QS. Al-Baqarah: 155-156).#Sakit akan Mengangkat Derajat dan Menambah Kebaikan
Sesungguhnya sakit akan mengangkat derajat dan menambah kebaikan.
Dalil-dalil tentang hal itu diantaranya hadits ‘Aisyah radhiyallahu
‘anha, ia berkatasesungguhnya aku mendengar Rasulullah Saw bersabda:
"Tidak ada seorang muslimpun yang tertusuk duri, atau yang lebih dari itu, melainkan ditulis untuknya satu derajat dan dihapus darinya satu kesalahan" (HR. Muslim no. 2572).
Maka jelaslah dari penjelasan nash-nash ini bahwa disamping menghapuskan
kesalahan, juga diperoleh peningkatan derajat dan tambahan kebaikan.
Imam an-Nawawi rahimahullah memberikan komentar atas hadits di atas,
bahwa terdapat kabar gembira yang besar bagi kaum muslimin, bahwa tidak
berkurang sedikitpun dari diri mereka, dan di dalamnya dijelaskan
tentang penebus berbagai kesalahan dengan segala penyakit, segala
musibah dunia dan duka citanya, sekalipun kesusahan itu hanyalah
sedikit. Dan di dalamnya dijelaskan pula tentang pengangkatan derajat
dengan perkara-perkara ini dan tambahan kebaikan (Syarh an-Nawawi atas
Shahih Muslim 16/193).
#Sakit Merupakan Sebab untuk Mencapai Kedudukan yang Tinggi
Hal itu diindikasikan oleh hadits Abu Hurairah r.a. ia berkata, Rasulullah Saw bersabda:
"Sesungguhnya seseorang akan memperoleh kedudukan di sisi Allah Swt, ia tidaklah memperolehnya dengan amalan, Allah Swt senantiasa terus mengujinya dengan sesuatu yang tidak disukainya, hingga ia memperolehnya" (HR. Al-Hakim dan ia menshahihkannya 1/495).
#Sakit Merupakan Bukti bahwa Allah SWT Menghendaki Kebaikan Terhadap Hamba-Nya
Hal itu ditunjukkan oleh bebreapa hadits-hadits berikut ini :
- Hadits Shuhaib bin Sinan r.a, ia berkata, Rasulullah Saw bersabda:
“Sungguh mengagumkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya semua perkaranya menjadi kebaikan, dan hal itu tidak pernah terjadi kecuali bagi seorang mukmin: jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, maka hal itu menjadi kebaikan baginya, dan jika ia mendapatkan musibah, ia bersabar, maka itu menjadi kebaikan baginya” (HR. Muslim no. 2999).
- Hadits Abu Hurairah r.a. ia berkata, Rasulullah Saw bersabda:
“Barangsiapa yang Allah SWT menghendaki kebaikan dengannya, niscaya Dia menimpakan musibah kepadanya” (HR. al-Bukhari No.5645).
Dalam ayat yang lain, Allah juga berfirman,
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan”. (QS. Al-Anbiyaa`: 35)
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya, karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat”. (QS. Al-Insaan:2)
Begitulah Allah SWT menguji manusia, untuk melihat siapa di antara
hambaNya yang memang benar-benar berada dalam keimanan dan kesabaran.
Karena sesungguhnya iman bukanlah sekedar ikrar yang diucapkan melalui
lisan, tapi juga harus menghujam di dalam hati dan teraplikasian dalam
kehidupan oleh seluruh anggota badan.
Allah SWT menegaskan bahwa Dia akan menguji setiap orang yang mengaku
beriman, “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan
sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka
sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya
Dia mengetahui orang-orang yang dusta”. (QS. Al-Ankabuut: 2-3)
Semua ujian yang diberikan-Nya semata-mata hanya agar hamba-Nya menjadi
lebih baik di hadapanNya. Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam
bersabda : "Barangsiapa dikehendaki baik oleh Allah, maka Dia akan menguji dan menimpakan musibah kepadanya". (HR. Bukhari).
Dari Anas ibn Malik radhiyallahu ’anhu diriwayatkan bahwa ia menceritakan : Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam bersabda :
"Sesungguhnya pahala yang besar didapatkan melalui cobaan yang besar pula. Kalau Allah mencintai seseorang, pasti Allah akan memberikan cobaan kepadanya. Barangsiapa yang ridha menerima cobaanNya, maka ia akan menerima keridhaan Allah. Dan barangsiapa yang kecewa menerimanya, niscaya ia akan menerima kermurkaan Allah". (HR. Tirmidzi)#Sesungguhnya Sakit itu Memperbaiki Hati
Al-‘Allamah Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
Hati dan ruh mengambil manfaat dengan penyakit dan penderitaan, yang tidak bisa dirasakan kecuali oleh orang yang memiliki kehidupan, sehingga kesehatan hati dan ruh digantungkan atas penderitaan badan dan tekanannya (Syifa`ul ‘alil 524).Beliau juga mengatakan, “Sebagaimana yang telah diketahui, sesungguhnya jika bukan karena berbagai cobaan dunia dan musibahnya, niscaya hamba mendapatkan berbagai penyakit sombong, bangga diri, dan keras hati, yang menjadi penyebab kebinasaannya, baik yang cepat (di dunia) maupun yang tertunda (di akhirat)".Maka kalau bukan karena Allah SWT mengobati hamba-hamba-Nya dengan berbagai obat cobaan dan ujian, niscaya mereka akan berbuat zalim dan melampuai batas. Dan apabila Allah Swt menghendaki kebaikan kepada hamba-Nya, Dia menuangi obat dari cobaan dan ujian menurut kadar kondisinya, dan mengosongkan dengannya dari penyakit-penyakit yang membinasakan, sehingga apabila Dia telah membersihkannya, Dia menempatkannya untuk martabat paling mulia di dunia, yaitu penghambaan, dan pahala tertinggi di akhirat, yaitu melihat-Nya dan dekat dengan-Nya. (Syaifaul Ghalil hal. 524).
#Sesungguhnya Sakit Mengingatkan Hamba Terhadap Nikmat Sehat
Terkadang seseorang akan terlena dengan kesehatan dalam waktu yang panjang, sehingga ia melupakan bertafakkur tentang kebesaran nikmat ini dan lalai dari bersyukur kepada Allah Swt. Maka ia dicoba dengan sakit, sehingga mengenal kadar yang besar tersebut, karena sakit membuatnya tidak bisa memperoleh kepentingan agama dan dunia, karena itulah, Nabi Saw bersabda:نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌ فِيْهِمَا كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَاْلفَرَاغُ
Artinya :
Dua nikmat yang membuat manusia banyak terperdaya olehnya: nikmat sehat dan waktu luang. (HR. al-Bukhari No.6412)Terkadang manusia mendapat kesempatan, akan tetapi ia tidak bisa memanfaatkannya karena disibukkan oleh sakitnya. Nikmat adalah kesempatan yang tidak sempurna kecuali disertai oleh adanya kesehatan. Maka akan diperoleh rasa bersyukur terhadap kesehatan yang disebabkan oleh ingatan pada saat sakit karena besarnya kenikmatan tersebut.Itulah beberapa Hikmah dan Makna Sakit dalam Pandangan Islam. Dengan mengatahui hikmah dan makna sakit yang sebenarnya sebagaimana telah dipaparkan diatas, semoga kita lebih bijak lagi dalam menghadapi cobaan penyakit.
0 comments:
Post a Comment