SERANG – Gubernur Banten Wahidin Halim memerimtahkan jajarannya untuk mengembangkan konsep revitalisasi Kawasan Kesultanan Banten.
Untuk itu, Pemerintah Provinsi Banten melalui Dinas Pariwisata akan
mengintegrasikan Kawasan Kesultanan Banten (KKB) atau biasa disebut
Banten Lama dengan kawasan lain di sekitarnya. Hal itu dilakukan agar
masa tinggal pengunjung KKB lebih lama.
Sayangnya, tak sedikitpun konsep pemanfaatan cagar budaya disebutkan dalam revitalisasi zona inti cagar budaya tersebut.
Kepala Bidang Destinasi Pariwisata pada Dinas Pariwisata Provinsi
Banten, Paundra Bayyu Ajie mengatakan, Dinas Pariwisata sudah
menyampaikan konsep pengembangan pariwisata sekitar KKB.
“Konsep penataan harus berangkat dari karakteristik Kawasan
Kesultanan Banten. Kita ketahui bersama karakteristik wisata di Kawasan
Kesultanan Banten lebih banyak menonjolkan soal wisata religi. Artinya,
tujuan utama pengunjung datang ke Kawasan Kesultanan Banten adalah untuk
ibadah dan ziarah,” ujar Bayyu.
Konsep yang ditawarkan Dinas Pariwisata Provinsi Banten yang dibuat
dalam bentuk rencana detail kawasan, kata Bayyu, yaitu dengan
menyediakan atau membuat paket wisata di sekitar Kawasan Kesultanan
Banten, sehingga pengunjung bisa lebih lama tinggal di Kawasan
Kesultanan Banten.
Beberapa konsep yang ditawarkan adalah perlu dibuat sebuah kawasan yang menjual berbagai kuliner khas Banten atau pasar kuliner.
“Tarif yang ditawarkan penyedia kuliner harus disesuaikan dengan
pasar dan daya beli pengunjung. Jangan lupa juga soal penataan pasar
kuliner,” ujar Bayyu.
Selain itu, menata kawasan tanaman mangrove di seberang Pelabuhan
Ikan Karangantu. Meskipun lahan di kawasan tersebut berlumpur, tetapi
tetap bisa dimanfaatkan untuk sarana wisata, dengan menyediakanjogging
track yang terbuat dari papan kayu.
Di kawasan tersebut akan disiapkan tempat ibadah dan tempat
istirahat. “Lahan itu milik TNI Angkatan Laut. Pemprov sejuah ini sudah
mengajukan permohonan pengunaan lahan kepada pihak TNI Angkatan Laut,”
ucapnya.
Konsep lainnya, optimalisasi wisata pulau. Seperti diketahui, di
sekitar Pelabuhan Karangantu terdapat beberapa pulau yang dapat ditempuh
dengan menggunakan perahu. Hanya, sejauh ini perahu-perahu tersebut
tidak memiliki pelabuhan khusus, sehingga harus bergabung dengan
pelabuhan ikan.
Pengelola KKB ke depan, kata Bayyu juga perlu menyiapkan kendaraan
khusus di Kawasan Kesultanan Banten. Melalui kendaraan itu, pengunjung
Kawasan Kesultanan Banten bisa berkeliling ke berbagai kawasan, seperti
Keraton Kaibon, Masjid Pecinan, Benteng Speilwijk, dan kawasan wisata
pantai di sekitar Pelabuhan Karangantu. Tentu dengan tarif yang
terjangkau.
“Langkah lainnya, pengelola menyediakanhomestay bagi para pengunjung
KKB. Konsep homestay yang perlu dikembangkan adalah tidak menambah
bangunan baru, melainkan memanfaatkan perumahan warga yang masih
ditinggali pemiliknya. Para pemilik rumah cukup menyediakan salah satu
kamar untuk disewakan kepada pengunjung. Pemilik rumah juga tidak perlu
menambah berbagai fasilitas, sehingga menyebabkan biaya tinggi,” ungkap
Bayyu.
Sebelumnya, tim Nalai Pelestarian dan Cagar Budaya (BPCB) Banten
melakukan penggalian reruntuhan bangunan Keraton Surosowan di tempat
yang mengandung benda purbakala (ekskavasi). Di lokasi yang sama juga
ditemukan sejumlah pecahan keramik dari berbagai dinasti dan pecahan
gerabah.
Ekskavasi dilakukan di sebelah utara reruntuhan Keraton Surosowan,
Kesultanan Banten, di Kelurahan Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang,
Banten.
“Saat ini kita temukan struktur dari bata dan karang, kemudian ada
temuan lepasnya berupa keramik asing dan ada juga pecahan gerabah,” kata
Riko Fajrian, arekolog BPCB Banten, yang ditemui di lokasi eskavasi,
Senin (22/07/2019) lalu.
0 comments:
Post a Comment