SERANG, (KB).- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten
menyiapkan anggaran jaring pengaman sosial senilai Rp 3,9 triliun.
Anggaran tersebut diperuntukkan bagi masyarakat terdampak secara ekonomi
akibat pandemi Covid-19.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Banten Muhtarom
mengatakan, adapun jumlah masyarakat yang kemungkinan terdampak
sebagaimana data BPS mencapai 4.4 juta. Jika per satu orang diberikan Rp
15.000 per hari, maka anggaran yang dibutuhkan untuk 2 bulan mencapai
Rp 3,9 triliun.
“4,4 juta (warga) tersebar di delapan kabupaten/kota. Nanti menjadi
tanggung jawab provinsi kita siapkan dulu anggarannya, kita geser,”
ujarnya.
Kebutuhan anggaran itu diperkirakan tak ditanggung seluruhnya oleh
APBD Banten. Pusat akan memberikan bantuan yang persentase pembagiannya
belum ditentukan. “Gubernur terus melakukan koordinasi dengan pusat,”
ucapnya.
Kepala BPKAD Banten Rina Dewiyanti membenarkan, Pemprov Banten telah
melakukan pergeseran anggaran untuk menunjang penanganan Covid-19 di
Banten. Anggaran yang tersedia hasil pergeseran tahapan pertama Rp 152
miliar, ditambah dengan BTT yang tersedia menjadi Rp 161 miliar.
Adapun kegiatan yang terkena pergeseran untuk tahapan pertama, yaitu
pengurangan bansos tidak direncanakan Rp 14 miliar, penundaan pengadaan
lahan UPT Cikokol Rp 20 miliar, premi PBI BPJS Kesehatan Rp miliar, dan
pengurangan pembangunan gedung Rp 23 miliar. “Penggunaannya ke Dinas
Kesehatan, RSUD Banten, dan BPBD Banten,” katanya.
Terkait pergeseran anggaran tahap kedua, ia menjelaskan, ada beberapa
kemungkinan anggaran kegiatan yang akan digeser. Misalnya untuk
infrastruktur. “Yang terpenting kita fokus. Ini tidak hanya diderita
oleh Pemprov Banten, seluruh Indonesia kita semua fokus untuk penanganan
Covid-19,” katanya.
Bantu pekerja informal
Sementara itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Serang menyiapkan langkah
untuk Jaring Pengaman Sosial (JPS). Dari hasil pendataan Dinas Sosial
(Dinsos) bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS), ada sekitar 25
ribu warga yang akan diberikan bantuan.
Wakil Wali Kota Serang Subadri Usuludin mengatakan, jaring pengaman
sosial (social safety net) itu dipersiapkan bagi warga yang terdampak
secara ekonomi akibat wabah Covid-19 ini.
“Kayaknya kita lihat nanti apa yang dibutuhkan masyarakat. Tapi,
karena memang diarahkan untuk makan jadi kayaknya daripada uang lebih
baik berupa barang (Sembako),” ujar Subadri usai rapat terkait instruksi
refocusing anggaran di Kantor Bappeda Kota Serang, Senin (6/4/2020).
Menurut dia, jumlah itu diprioritaskan bagi warga yang terdampak dan
belum menerima jenis bantuan apapun dari pemerintah, seperti Program
Keluarga Harapan (PKH), Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu
(Jamsosratu) atau bantuan lainnya.
“Artinya yang mendapat program dari PKH dan dari lainnya itu tidak,
karena kan kaya dari Jamsosratu itu mereka sudah ada perbulannya. Ini
yang belum, contoh kaya tukang cilok, asongan, pengangguran baru,”
ucapnya.
Setelah refocusing anggaran penanganan Covid-19 yang sebelumnya
sebesar Rp 20 miliar, bertambah menjadi Rp 41 miliar. Anggaran itu di
antaranya rincian untuk penanganan kesehatan yang sudah ditransfer ke
masing-masing OPD sebesar Rp 15 miliar akan bertambah Rp 1,8 miliar
menjadi Rp 16,8 miliar.
“Sisanya, untuk jaring pengaman sosial dan dampak ekonomi lainnya.
Untuk dampak ekonomi kita anggarkan Rp 9,1 miliar dan sosial safety net
(jaring pengaman sosial) Rp 15,2 miliar jadi total Rp 41, 1 miliar,”
ucapnya.
Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota Serang
Wachyu B Kristiawan mengatakan, penambahan jumlah anggaran Biaya Tidak
Terduga (BTT) itu berasal dari pergeseran Tambahan Penghasilan Pegawai
Negeri Sipil (TP PNS) yang batal naik.
“Kami semua mengalokasikan ke BTT itu pemindahan dari TPP. Sebelumnya
kan direncanakan naik tapi kan dari instruksi Mendagri tidak
diperkenankan naik, nah anggaran dari TPP itu masih cukup untuk bisa
nutupin penanganan Covid-19 itu,” tuturnya
0 comments:
Post a Comment