Jarang orang berpikir, bahwa pada habitat predator prey, ikan kecil makan lumut, ikan sedang makan ikan kecil, dan seterusnya ke ikan paus.
Jadi kenapa kemiskinan terjadi, sama dengan pertanyaan kenapa kekayaan terjadi?
Jadi ada golongan menengah inilah katalisator orang kaya yang mereproduksi kemiskinan. Seolah-olah rezeki di tangan Tuhan, itu jadul, sekarang rezeki di tangan Sri mulyani.
Negara mencetak uang jadul di peruri sekarang negara mencetak uang di Marie Pangestu.
Demikian maka golongan menengah berpikir bahwa dia bersekolah tinggi, hidup terjamin. Itu bukan karena sekolah, atau karena IQ, itu karena kurva bell curve kurva lonceng. Diambil 20% penduduk diimingi dicicipi KPR sedikit 1-10 miliar, ini yang kelihatan nyata di masyarakat,
Oh, anakku sekolah jadi tukang kayu, lumayan di istana, kerja nyata.
Sedangkan crazy rich Surabayan cicip 1-10 triliun.
Jadi coba lihat, kenapa GDP per capita Singapore 17x lipat Republik Indonesia tetapi ada aunty Mc Donald ngelap meja? Kenapa Konglomerat setiap hari suka berinteraksi dengan orang miskin? Golongan menengah inilah katalisator orang kaya yang mereproduksi kemiskinan.
Coba perhatikan, pabrik farmasi karyawannya 20.000 orang. Kenapa? Ya dari tenaga salesman, farmasi, counter obat, perawat, direproduksi menjadi RS.
Coba perhatikan, NSI nawacita sosial inisiatif memberikan 12 lukisan kepada para tokoh Nawacita. Mulai dari Wantimpres, mantan Wakasad, sampai Pangdam, dll. Bayangan orang berapa ratusan juta biayanya? Ya para pelukisnya lembur sudah 3 bulan melukis. Sama dengan tadi tenaga salesman, farmasi, counter obat, perawat, direproduksi menjadi RS.
Maka demikian, seorang konglomerat tidak akan kehabisan resource, anak-anaknya manajer, pun bekerja menjadi karyawan. Dari kakek, paman, aa, teteh kerja. Orang kaya mereproduksi dari kemiskinan. Selama ada kemiskinan proses reproduksi kekayaan berlangsung. (Penulis: Goenardjoadi Goenawan, Kepala Divisi Ekonomi Nawacita Sosial Inisiatif)
0 comments:
Post a Comment