BELAJAR, BERBAGI DAN BERKARYA
Berdasarkan pengalaman hidup yang pernah saya jalani, ilmu yang saya
pelajari, spiritualitas yang saya geluti, serta juga pengamatan dari
berbagai cerita kehidupan orang lain, saya menyimpulkan bahwa hidup ini
akan sangat bermakna ketika kita belajar, berbagi dan berkarya.
Belajar
itu bukan ilmu saja, tetapi apa saja. Juga dari siapa saja. Bahkan dari
orang yang dianggap kelas bawah pun kita bisa belajar. Berbagi
itu tidak selalu dengan uang. Sebenarnya 1000 pun berarti asalkan
ikhlas. Berbagi dalam berbagai bentuk. Berbagi informasi lowongan
pekerjaan, asalkan disertai dengan niat baik, pun termasuk berbagi.
Berbagi informasi yang bermanfaat, berbagi ilmu yang dimiliki, dan
sebagainya. Berkarya
itu tidak selalu melalui pekerjaan yang kita miliki atau pun profesi.
Berkarya bisa dalam banyak bentuknya. Mempelopori gerakan doa bersama
untuk kedamaian negara pun termasuk karya. Berikut ini ada kisah yang menjadi inspirasi saya dalam merumuskan 3B itu.
Waktu itu saya sedang bertugas menjaga pameran (sekitar tahun 2000) di
TP.
Kami mengambil katering untuk makan siang. Pak Gandhi, nama
penjualnya. Suatu siang Bapak itu datang terlambat. Ya bisa dibayangkan,
beliau dimarahi banyak orang. Karena kami tidak bisa meninggalkan
tempat untuk cari makan, lagipula biaya makan di TP lebih mahal dari
honor yang diterima. Saya tanya kenapa dia terlambat lama sekali. Begini
ceritanya. Dia melihat ada seorang ibu dengan 2 anaknya yang masih
kecil duduk di depan resto D*nde*. Mereka duduk di pinggiran sambil
ngobrol. Si anak kecil ngomong sama kakaknya, "Dulu Bapak janji kita
bisa makan di sana ya?" katanya pada kakak dan ibunya. "Iya..tapi Bapak
nggak ada, Ibu nggak punya uang untuk makan di sana". (percakapan dalam
bahasa Jawa). Mendengar itu, Bpk. Gandhi ini mendekat. Ternyata ayah
kedua anak itu pernah berjanji kalau sudah selesai pekerjaannya sebagai
tukang batu, ia akan mengajak keluarganya makan di sana. Namun sebelum
niatnya terlaksana, sang ayah meninggal karena kecelakaan di tempat
kerja. Jadilah keluarga kecil itu hanya bisa duduk termangu di depan
resto yang pernah dijanjikan ayahnya. Tergerak dengan kisah mereka, pak
Gandhi lalu mengajak mereka makan di resto itu. Mereka boleh pesan
makanan sepuasnya. Saya tanya apa dia nggak kuatir uangnya habis karena
hasil katering itu cuman sedikit? Dia berani traktir plus masih
membawakan makanan untuk mereka pulang. Masih juga ngasih uang untuk
keluarga kecil itu belanja. Pak Gandhi menggeleng dan menjawab singkat,
"Gusti Allah ora sare kok, Mbak!" (Allah tidak tidur kok) Lalu dia
melanjutkan, "Saya percaya makin banyak kita memberi, makin banyak kita
dikasih rejeki!". Hebat! Saat itulah saya percaya bahwa Tuhan sudah
berjanji pada kita, dan tugas kita hanya percaya pada janji-Nya. Saya
percaya bahwa hidup ini seimbang : Belajar, Berbagi dan Berkarya.
0 comments:
Post a Comment