BANTEN ( KONTAK BANTEN) Rencana aksi demo massa Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang
Pandeglang di Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), disambut baik
Kepala Balai TNUK. Perwakilan HMI diajak duduk bareng dalam audiensi,
dialog dan diskusi bersama membahas pelestarian badak Jawa, Jum’at
(29/9/2023).
Dalam audiensi yang digelar di aula rapat kantor Balai TNUK itu,
Ardi Handono selaku Kepala Balai TNUK menyambut baik atas kritik yang
disampaikan terkait isu hilangnya badak Jawa, pembangunan JRSCA dan juga
penggarap di TNUK.
Dalam presentasinya yang dijelaskan dengan bantuan layar proyektor di
ruangan tersebut, Kepala Balai menjelaskan tantangan yang dihadapi
dalam pelestarian badak Jawa.
“Beberapa tantangan itu di antaranya populasi yang tunggal,
penurunan genetik, menurunnya pakan badak Jawa, ancaman bencana alam,
penyakit juga perburuan. Tantangan saat ini adalah peningkatan populasi
badak Jawa yang harus ditingkatkan. Untuk itu BTNUK membangun JRSCA pada
tahun 2021-2022,” terangnya.
Dijelaskannya, pembangunan itu mutlak utamanya untuk penangkaran
terkontrol, termasuk dengan teknologi reproduksi buatan. Dalam
pembangunan JRSCA semua didampingi oleh inspektorat Wil 2, sehingga
risiko kesalahan teknis dan administrasi dapat diminimalisir.
“Terkait isu hilangnya 15 ekor badak Jawa, terjadi salah persepsi.
Yang terjadi adalah 15 ekor tersebut tidak tertangkap kamera jebak yag
dipasang. Kemungkinan karena adanya perubahan perilaku badak Jawa yang
tidak mengikuti jejak yang sudah ada, yang tentunya terpasang kamera
jebak,” terang Ardi.
Pola ini menurut dia wajar karena badak menghindari jejak manusia.
Dengan teknik penghitungan sistem album saat ini jumlah badak Jawa 80
ekor, dan merupakan terbanyak sejak tahun 1930.
“Teknik ini mempersyaratkan bila ditemukan bangkai atau tulang
badak tentunya akan dikurangi jumlahnya, dan hingga saat ini belum
ditemukan badak Jawa yang sudah terkonfirmasi mati. Sedangkan hasil
operasi gabungan kemarin masih menunggu hasil laporan dari
laboratorium,” ungkapnya.
Mengenai para petani penggarap lahan di sekitar kawasan TNUK, Ardi
mengatakan mereka sudah menggarap sejak tahun 1960-an dan tergabung
dalam 12 kelompok. TNUK menyatakan akan dilakukan program kemitraan
konservasi yang merupakan program KLHK.
“Dan saat ini sudah tahap penanganan nota kesepahaman konservasi
(NKK) dan dilanjutkan proses verifikasi serta PKS sesuai aturan yang
berlaku. 12 kelompok ini beranggotakan kurang lebih 1.600 kepala
keluarga,” jelasnya.
Ketua HMI Cabang Pandeglang, Entis Sumantri, mengaku siap
mendukung upaya-upaya penyelamatan badak Jawa, utamanya dari sisi
peningkatan kesadaran masyarakat dalam pelestarian badak Jawa.
“Yang disampaikan dan diberikan Kepala Balai TNUK menyambut aksi kami
diterima dengan baik dan subtansi apa yang kami pertanyakan pekan lalu
saat audiensi itu memang terjawab, walaupun memang ada beberapa hal
sedikitnya belum adanya kepuasan, akan tetapi karena bukan alat pemuas
juga ya ini menjadi catatan bersama dan evaluasi bersama,” kata Entis
Sumantri kepada WBO.
Kepala Balai TNUK, Ardi Andono, saat dikonfirmasi WBO, mengaku
pihaknya menerima dengan baik teman-teman HMI dan sudah menjelaskan
titik perkara masalahnya, sehingga apa yang dipertanyakan bisa terjawab
dengan baik.
“Kami berharap sinerginya pihak Balai TNUK dengan HMI terutama
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pelestarian badak. Nah,
untuk badak sendiri itu tidak hilang atau mati, hanya tidak tertangkap
kamera trap saja, badaknya masih ada, terkait yang DPO kami sudah
menyerahkan sepenuhnya kepada pihak Polda Banten dan kami juga sedang
menunggu jawabannya,” pungkas Ardi.
Sebelumnya diketahui, rencana aksi demo HMI merupakan buntut dari
gagalnya dua kali audiensi massa HMI dengan pihak BTNUK pekan lalu, yang
tidak dihadiri kepala Balai.
Kekecewaan itu lantas berlanjut dengan dikeluarkannya surat aksi demo.
0 comments:
Post a Comment