JAKARTA ( KONTAK BANTEN) Sebanyak 71 persen Gen Z mengatakan mereka siap menggunakan hak pilihnya pada pemilihan umum (Pemilu) 2024. Gaung wacana tentang penundaan Pemilu 2024, juga dianggap menjadi isu penting bagi Gen Z.
Demikian hasil riset Research Institute bekerja sama dengan Populix dalam riset berjudul Indonesia Gen Z Report 2022. Riset ini dirilis secara rutin berbararengan dengan agenda tahunan Indonesia Millennial & Gen-Z Summit (IMGS) by IDN Media yang dihelat pada 29-30 September 2022.
Survei ini digelar pada 27 Januari - 7 Maret 2022 dengan melibatkan 1.000 responden di 12 kota dan daerah aglomerasi di Indonesia, dengan metode survei multistage random sampling. Sementara, margin of error survei ini kurang dari 5 persen.
Berikut hasil survei selengkapnya soal pandangan Gen Z terhadap politik di Tanah Air, calon kandidat untuk Pilpres 2024, hingga antusiasme mereka untuk menggunakan haknya pada Pemilu 2024.
1. Mayoritas Gen Z siap menggunakan hak pilihnya pada Pemilu 2024
Klaim Menteri Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, soal penundaan pemilu dengan mengatakan didukung 110 juta netizen, telah dibantah para ahli.
Lantas, apakah Gen Z siap menggunakan haknya pada Pemilu 2024? Di antara populasi sampel riset ini menunjukkan sebanyak 41 persen menyatakan siap, 30 persen menyatakan netral, dan 29 persen menyatakan tidak peduli.
Sebanyak 82,83 persen pemilih pada Pemilu 2019 siap memilih kembali pada Pemilu 2024--menunjukkan partisipasi aktif. Mereka yang mengatakan tidak tertarik pada pemilu, bisa merasakan urgensi untuk pergi ke tempat pemungutan suara (TPS) dan memberikan suara mereka.
Gen Z juga telah menunjukkan partisipasi aktif dalam politik dengan berdemonstrasi mahasiswa. Ini menjadi optimistis karena ketika Gen Z menganggap pemilu hal penting, mereka akan melakukan kewajiban sipil mereka dengan membantu menjaga demokrasi yang sehat.
2. Mayoritas Gen Z mengakses berita politik
Hasil temuan riset menunjukkan konsumsi berita menjadi lebih lazim bagi Gen Z, karena berita dapat diakses secara bebas di media digital dan televisi, tidak seperti generasi sebelumnya yang hanya beberapa orang membaca koran harian dan memiliki televisi.
Sebanyak 53 persen, Gen Z mengakses berita-berita politik, dan 47 persen tidak mengakses berita politik atau isu lainnya.
Lebih
dari setengah (53 persen) Gen Z mengatakan mereka mengakses berita
politik dengan frekuensi yang bervariasi. Sebanyak 47 persen mengatakan
mereka tidak pernah mengakses berita politik sama sekali.
Kalangan remaja dewasa lebih mungkin membaca berita politik dibandingkan dengan rekan-rekan remaja akhir mereka.
3. Gen Z menjadi penggerak 'Reformasi Dikorupsi'
Meski hampir sebagian Gen Z akhir tidak mengakses berita politik, bukan berarti mereka tidak peduli tentang politik. Pada 2019, mahasiswa Indonesia dari 26 universitas di bawah payung Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI), mengadakan demonstrasi mahasiswa terbesar setelah 1998 – dikenal dengan aksi Reformasi Dikorupsi.
Pada 2020, di tengah pandemik COVID-19, para pelajar juga menggelar unjuk rasa lagi untuk memprotes pembahasan RUU Omnibus, yang kemudian disahkan menjadi UU Cipta Kerja.
Kemudian pada 2022, mahasiswa di bawah BEM SI kembali turun ke jalan untuk memprotes penundaan pemilihan umum 2024, yang akan efektif memberikan masa jabatan ketiga Presiden Joko “Jokowi” Widodo, yang dianggap inkonstitusional di Indonesia.
4. Mayoritas Gen Z optimistis kondisi Indonesia lebih baik
Hasil survei pandangan Gen Z terhadap kondisi politik di Indonesia pada masa mendatang menyebutkan, sebanyak 49 persen optimistis akan lebih baik, dan bahkan 28 persen mengatakan Indonesia dalam kondisi baik dan akan lebih baik lagi.
Hanya 22 persen Gen Z yang mengatakan situasi negara akan berubah
lebih
buruk pada masa mendatang. Satu dari 10 Gen Z percaya Indonesia berada
pada kondisi yang baik, meski ada hal-hal yang tidak baik.
Kendati, sebanyak 12 persen Gen Z dalam survei ini mengatakan segala sesuatunya buruk dan akan terus berlanjut menjadi lebih buruk pada masa mendatang.
Keberagaman menjadi alasan utama mereka tetap optimistis, meskipun tak dapat dipungkiri tak terhitung isu intoleransi dan konflik antaretnis terjadi pasca-reformasi.
Gen Z juga yakin adanya kerukunan dan keamanan di Indonesia, meski menunjukkan adanya pemisahan atau konflik bersenjata. Masalah ini bukanlah sesuatu yang dikhawatirkan generasi ini.
5. Gen Z pesimistis penindakan korupsi berjalan baik
Namun dalam hal ekonomi, sebanyak 10 persen Gen Z tidak setuju kondisi ekonomi akan lebih baik. Ini mungkin terkait 16 persen pandangan Gen Z yang pesimistis pemberantasan korupsi akan berjalan baik.
Pesimisme ini agak bisa dimaklumi, seperti yang dialami banyak orang Indonesia yang masih mengalami kesulitan ekonomi di tengah pandemik. Ditambah lagi, kasus korupsi mantan Menteri Sosial Juliari Batubara yang seharusnya membantu orang miskin saat pandemik, justru mengkorupsi uang rakyat.
Optimisme Gen Z terhadap tujuh hal di Indonesia:
1. Keberagaman 78 persen
2. Kerukunan 75 persen
3. Demokrasi 75 persen
4. Keamanan 74 persen
5. Kondisi ekonomi 70 persen
6. Pengakan hukum 67 persen
7. Pemberantasan korupsi 65 persen.
Pendapat Gen Z terhadap kondisi Indonesia:
1. Kondisi buruk dan akan lebih baik 49 persen
2. Kondisi baik dan akan lebih baik 28 persen
3. Kondisi buruk dan akan memburuk 12 persen
4. Kondisi baik dan akan memburuk 10 persen.
0 comments:
Post a Comment