Friday 19 April 2024

Korban Banjir Dubai Bertahan Hidup dengan Air Minum

 

 
JAKARTA ( KONTAK BANTEN)  Banyak orang asing yang terjebak banjir besar Dubai, Uni Emirat Arab, Rabu (17/4/2024). Mereka diantaranya bahkan terjebak di bandara Internasional Dubai, yang disebut-sebut bandara paling mewah di dunia.
Salah satunya seperti yang dialami Margaret McArthur dan suaminya. Mereka mengalami pengalaman buruk di bandara Dubai karena banjir besar. 
Ketika transit untuk bertolak ke Tokyo, mereka tidak bisa melanjutjan penerbangan dan terjebak di sana selama 13 jam. Pasangan berusia 75 tahun itu pun mengeluhkan tidak adanya makanan, sehingga hanya bertahan hidup dengan air minim.
"Kami sudah di sini 13 jam sejauh ini, tidak ada makanan dan hanya ada air, kopi. Tidak ada fasilitas di mana kami diminta untuk tetap tinggal, kami tidak tahu apa yang terjadi," kata Margaret dilansir dari BBC.
Hal serupa juga dialamai pasangan James asal Elizabeth Devine asal Inggris bersama anaknya yang masih bayi. Mereka harus tertahan berjam-jam di Bandara Internasional Dubai setelah transit dari Australia. 
Meski bandara di sana dikenal mewah, sayangnya karena bencana membuat mereka terdampar. Bahkan tanpa makanan termasuk buat bayinya yang masih berusia enam bulan.
"Restorannya tutup, satu-satunya makanan yang kami punya adalah dari duty free. Jadi mereka tidak menyediakan makanan untuk bayi atau anak kecil, tidak ada popok jadi kami membagi popok kepada orang-orang," katanya.
"Kami semua terjebak di bandara yang kekurangan sumber daya ini. Ada ratusan atau ribuan orang di sini, mereka harus membuka duty free agar kita bisa makan tapi mereka kehabisan makanan," kata James. 
Senada dengan James, hal yang sama dialami Andrew dan Kate Golding. Perjalanan yang seharusnya menyenangkan malah berubah jadi mimpi buruk bagi keduanya. 
Awalnya, mereka pergi ke Dubai untuk merayakan ulang tahun Kate yang ke-60. Tapi setelah badai menerjang, mereka susah payah pergi ke bandara melewati mobil yang terendam banjir. 
Setelah sampai di bandara, mereka malah mendapat sistem yang kacau balau. "Bandara dan Emirates yang aku anggap salah satu penerbangan terbaik, tidak ada staff, tidak ada informasi, tidak ada koordinasi," ucap Andrew.
"Tidak ada profesionalisme, tidak peduli, tidak ada perencanaan bencana. Orang-orang tidur di lounge, di lantai, bekas kotak makanan di mana-mana, benar-benar kotor," ujarnya.

No comments:

Post a Comment