JAWA TENGAH KONTAK BANTEN Hujan deras yang terjadi di
Tanah Air, membawa kabar duka. Di Cilacap, Jawa Jawa Tengah, hujan deras
mengakibatkan bencana longsor dan menimbulkan korban jiwa. Tercatat, 3
orang tewas, 20 orang masih hilang, dan 12 rumah terkubur.
Longsor terjadi di Dusun Tarukahan, Desa Cibeunying,
Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Kamis (13/11/2025) malam. Salah satu
warga Edi mengaku mendengar gemuruh keras sebelum longsor menghantam dan
menguruk rumah-rumah warga.
“Kejadian cepat banget. Saya lagi ngopi di rumah
tetangga, sekitar pukul 19.30 WIB, bunyi gemuruh keras. Kayak suara truk
nurunin material,” kata Edi.
Dia langsung berdiri dan mengecek arah sumber suara.
Saat itulah, tiba-tiba gelap dan berembus angin kencang dari arah
longsoran. “Tahu-tahu gelap semua. Saya lihat pohon kelapa itu jalan di
atas tanah,” ungkapnya.
Longsor merusak delapan rumah, satu rumah rusak
sedang, dan mengancam 16 rumah lain di area seluas sekitar 6,5 hektare.
Material longsor menimbun permukiman dan menyebabkan penurunan tanah dua
meter serta retakan sepanjang 25 meter.
Data terakhir Badan Penanggulangan Bencana Nasional
(BNPB) mencatat, total ada 47 korban. Tiga orang tewas atas nama Julia
Lestari (20), Maya Dwi Lestari (15), dan Yuni (45), seluruhnya dari
Dusun Tarukan. “Korban 47 itu rinciannya 3 yang sudah ditemukan
meninggal,” kata Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto, Jumat (14/11/2025).
Ketiga korban meninggal telah dievakuasi ke Rumah
Sakit Majenang, sedangkan warga yang selamat mengungsi ke rumah kerabat
terdekat. Selain itu, sebanyak 20 korban dinyatakan hilang atau belum
diketahui nasibnya, sedangkan 24 orang berhasil selamat. Saat ini tim
SAR gabungan sudah dikerahkan. Fokusnya mencari korban hilang. Untuk
kebutuhan dasar masyarakat yang mengungsi di sekitar, juga terus
berdatangan.
Dari sisi kerusakan material, 12 rumah dilaporkan
rusak berat akibat tertimbun material longsor, dan 16 rumah lainnya di
Dusun Cibuyut dan Dusun Tarukahan, Desa Cibeunying, terancam longsoran
susulan. Kondisi tanah yang labil, curah hujan tinggi, serta minimnya
penerangan di malam hari menjadi kendala utama tim SAR di lapangan.
Meski demikian, operasi pencarian tetap dilakukan dengan memperhatikan
keselamatan personel dan kondisi cuaca.
BNPB juga menyiapkan langkah untuk merelokasi
permanen bagi warga yang tinggal di kawasan rawan longsor setelah fase
tanggap darurat selesai. Menurut Suharyanto, sebanyak 28 rumah warga
berada di titik kritis yang berpotensi longsor susulan.
“Pemerintah daerah sudah menyiapkan lokasi
relokasinya. Setelah proses tanggap darurat selesai, relokasi akan
segera dilakukan,” jelasnya.
Ia mengimbau masyarakat untuk sementara waktu tidak
melakukan aktivitas di sekitar lokasi bencana demi keselamatan. “Kita
ungsikan dulu warga yang berada di titik-titik rawan supaya meninggalkan
rumah, jangan sampai ada longsor susulan yang mengakibatkan korban
tambahan,” tambahnya.
Sementara itu, Gubernur Jateng Ahmad Luthfi
menambahkan, Pemprov Jateng kini fokus penanganan kedaruratan, dari
mulai pengerahan personel SAR, perlengkapan, dan dukungan logistik.
“Koordinasi dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan instansi
terkait, terus dilakukan untuk mempercepat evakuasi korban dan membantu
warga terdampak,” kata Luthfi.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Jateng Bergas Catursasi Penanggungan menyebut, semua pihak
dikerahkan dalam pencarian korban. Melibatkan BPBD Jateng, BPBD Cilacap,
Basarnas, TNI/Polri, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, perangkat desa,
relawan, dan warga.