![]() |
Wasekjen PB PMII Bidang Politik, Hukum dan HAM, |
JAKARTA ( Kontak Banten) Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia ( PB PMII)
menyerukan agar rakyat jangan memilih calon presiden (Capres) dan calon
wakil presiden (Cawapres) hasil desain oligarki pada Pemilihan Umum
(Pemilu) di tahun 2024. Wasekjen PB PMII Bidang Politik, Hukum dan HAM, Hasnu menjelaskan rakyat
Indonesia harus cerdas dalam memilih Capres dan Cawapres di Pilpres
2024 yang menjadi produk desain oligarki.
Ia menjelaskan, calon
presiden dan calon wakil presiden yang muncul di Pilpres 2024 tidak akan
bisa mewujudkan janji-janji politik selama oligarki yang mengusung “Jangan heran bila janji-janji manis untuk mewujudkan keadilan sosial
dan kemakmuran rakyat yang diucapkan Capres-Cawapres dalam kampanye
politik tidak akan pernah terwujud. Sebab, yang membiayai proses
munculnya pasangan calon adalah Oligarki," ujar Hasnu kepada Kantor
Berita Politik RMOL, Minggu siang (26/6).
Hasnu mengatakan
bahwa dalam praktiknya, oligarki yang mengatur kebijakan dan kekuasaan
agar berpihak kepada kepentingan bisnisnya. Artinya, tidak akan mungkin
seorang Capres-Cawapres menghentikan impor garam, impor gula, impor
beras dan komoditas lainnya.
Sementara, oligarki yang mendesain
dan membiayai Paslon tersebut adalah bagian dari penikmat uang rente
dari keuntungan impor, bisnis tambang, dan energi kotor di Indonesia.
Menurut
Hasnu, rakyat berhak menolak Capres-Cawapres oligarki. Kemudian, rakyat
berhak juga agar menentukan pilihannya guna mendukung Capres-Cawapres
yang mempunyai integritas, kapabilitas, elektabilitas, dan spritualitas.
"Rakyat jangan pernah terpengaruh dengan polesan sejumlah
lembaga survei yang diduga hasil bayaran para oligarki untuk menaikkan
popularitas tokoh tertentu. Maka dari itu, penting sekali agar publik
mencaritahu terkait rekam jejaknya," jelas Hasnu.
Aktivis asal
KUpang, NTT itu menegaskan bahwa akyat harus sadar bahwa Pemilu 2024 itu
pesta rakyat, bukan pesta para oligarki dalam membajak hak publik,
serta mengeruk sumber daya rakyat dan negara.
Oligarki itu, kata
Hasnu, ancaman terbesar terhadap kelangsungan sistem demokrasi. Dalam
teorinya, oligarki itu segelintir orang yang bisa mengendalikan
kekuasaan, bisa mengatur dan mengkondisikan situasi politik, seperti
dalang yang mengatur wayang. Demokrasi yang mahal kerap memerlukan oligarki. Oligarki mempengaruhi
aktor politik, partai politik, bahkan sistem politik. Modus operandi
oligarki yaitu fasilitasi rekrutmen politik, fase koalisi politik, fase
elektoral, pembentukan pemerintahan hingga pembuatan kebijakan," ungkap
Hasnu
0 comments:
Post a Comment