Sosialasi RME Rekam Medis Elektronik Se Provinsi Banten Oleh Dinkes Banten

BANTEN KONTAK BANTEN – Dinas Kesehatan Provinsi Banten mengadakan sosialisasi mengenai Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan.

Prabowo ajak kader tidak sekadar menjadi politisi, tapi juga menjadi pejuang politik

JAKARTA KONTAK BANTEN Presiden Prabowo Subianto yang juga Ketua Umum DPP Partai Gerindra mengajak para kade dan anggota organisasi sayap partainya untuk tidak sekadar menjadi politisi, tetapi juga menjadi pejuang politik.

Gubernur Andra Soni mendorong konektivitas OPD guna efektivitas pembangunan

BANTEN KONTAK BANTEN Gubernur Banten Andra Soni mendorong pentingnya konektivitas antarprogram dan sinergi antarorganisasi perangkat daerah (OPD) dalam mewujudkan pembangunan yang efektif dan merata..

Manchester United takluk dari tuan rumah Chelsea 0-1

JAKARTA KONTAK BANTEN Marc Cucurella mencetak gol semata-mata wayang untuk membawa Chelsea menang 1-0 atas tamunya, Manchester United, pada pertandingan Liga Inggris di Stamford Bridge, Sabtu.

Wali Kota , Kapolres Metro Tangerang Kota dan PT Jasa Raharja Teken MoU TACS

Kota Tangerang KONTAK BANTEN – Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) bersama Polres Metro Tangerang Kota, PT Jasa Raharja Cabang Tangerang, dan BPJS Kesehatan Kota Tangerang untuk implementasi Traffic Accident Claim System (TACS).

Thursday, 31 July 2025

Kekeringan, Warga Cilegon andalkan mata air di hutan

 

Seorang warga saat sedang mengambil air bersih di Lingkungan Gunung Batur, Kelurahan Mekar Sari, Kota Cilegon, Banten, Rabu (30/7/2025).

KOTA CILEGON KONTAK BANTEN   Kekeringan yang terjadi selama sepekan terakhir memaksa sejumlah warga di Lingkungan Gunung Batur, Kelurahan Mekar Sari, Kota Cilegon, Banten, untuk bergantung pada satu sumber air yang berada di dalam kawasan hutan.

Salah seorang warga, Sumiati (45), di Cilegon, Rabu, menuturkan bahwa mata air di hutan itu kini menjadi satu-satunya tumpuan di tengah sulitnya mendapatkan air di wilayah permukiman mereka. Ia mengaku harus berjuang setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarganya.

Kondisi tersebut membuat warga harus menempuh perjalanan yang tidak mudah setiap harinya. Mereka terpaksa berjalan kaki menyusuri jalan setapak sejauh kurang lebih satu kilometer untuk mencapai lokasi mata air demi mendapatkan air bersih.

"Setiap hari kami harus berjalan kaki sekitar satu kilometer ke dalam hutan. Ini menjadi satu-satunya sumber mata air kami saat kekeringan melanda seperti sekarang," katanya.

Air yang diambil dengan susah payah itu, lanjutnya, digunakan untuk seluruh kebutuhan esensial rumah tangga. Kebutuhan tersebut mencakup keperluan vital seperti untuk memasak, air minum, hingga untuk aktivitas mandi dan mencuci pakaian.

Hal senada diungkapkan warga lainnya, Ahmad (52). Ia menjelaskan besarnya volume air yang harus diangkut untuk mencukupi kebutuhan harian. Dalam sehari ia bisa mengangkut hingga puluhan liter air menggunakan jeriken.

"Sehari bisa bolak-balik mengangkut sampai 10 jeriken. Airnya dipakai untuk masak, minum, mencuci, dan mandi," ujar Ahmad.

Ia juga menegaskan betapa krusial nya sumber air tersebut bagi kelangsungan hidup warga di lingkungannya.

"Kalau tidak ada mata air ini, kami tidak tahu lagi harus mencari air ke mana," tambahnya.

Oleh karena itu, warga berharap kondisi kemarau ini dapat segera berakhir atau pemerintah setempat dapat memberikan solusi berupa bantuan distribusi air bersih untuk meringankan beban mereka.

Share:

BPBD Kota Serang petakan wilayah rawan kekeringan

 

Ilustrasi foto petugas BPBD dan Damkar melakukan pemadaman kebakaran lahan di Ciruas, Kabupaten Serang, Banten, Senin (21/7/2025

KOTA SERANG KONTAK BANTEN   Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Serang, Banten, telah memetakan sejumlah wilayah rawan kekeringan dan kebakaran sebagai langkah antisipasi menghadapi puncak musim kemarau yang diperkirakan oleh BMKG berlangsung hingga Agustus 2025.

Kepala BPBD Kota Serang, Diat Hermawan, di Serang, Kamis, mengatakan pihaknya telah menyosialisasikan langkah kesiapsiagaan kepada masyarakat.

"Kita sosialisasikan kepada masyarakat, khususnya di wilayah terdampak, untuk mengantisipasi datangnya musim kemarau dengan menyiapkan dan menghemat air serta mewaspadai potensi penyakit dan kebakaran," katanya.

Berdasarkan data tahun 2024, beberapa wilayah masuk dalam zona rawan kekeringan, terutama di Kecamatan Kasemen yang mencakup Kelurahan Banten, Kasunyatan, Terumbu, dan Sawah Luhur.

"Selain itu, ada juga yang terdampak kemarau tetapi tidak terlalu ekstrem yaitu wilayah Kecamatan Taktakan, khususnya Kelurahan Cibendung, dan sebagian wilayah Kecamatan Cipocok Jaya," jelasnya.

Terkait risiko kebakaran, Diat menyebut tugas utama pendataan dan pemetaan berada di Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan Pemadam Kebakaran (Damkar). Namun, ia menegaskan BPBD siap memberikan dukungan teknis.

"Secara teknis bilamana terjadi kebakaran hutan, lahan, atau pemukiman, kita backup dengan suplai air menggunakan mobil tangki," ujarnya.

Ia menambahkan, berdasarkan pengalaman, kebakaran lahan akibat ilalang kering sering terjadi di wilayah Kecamatan Serang, khususnya di sekitar perumahan KSB.

Untuk mendukung mobilitas pendistribusian air bersih ke wilayah terdampak kekeringan, BPBD Kota Serang telah menyiagakan satu unit mobil tangki air bersih.
Share:

Menag Nasaruddin Umar sampaikan duka atas wafatnya Suryadharma Ali

 

 

JAKARTA KONTAK BANTEN Menteri Agama Nasaruddin Umar menyampaikan duka cita yang mendalam atas wafatnya Suryadharma Ali, Menteri Agama RI periode 2009–2014, pada Kamis, pukul 04.18 WIB di Rumah Sakit Mayapada, Jakarta.

"Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Saya, atas nama pribadi dan keluarga besar Kementerian Agama, menyampaikan belasungkawa yang sangat mendalam atas wafatnya Bapak H. Suryadharma Ali," ujar Menag Nasaruddin di Jakarta, Kamis.

Nasaruddin mengenang almarhum sebagai figur yang berdedikasi dalam penguatan tata kelola keagamaan nasional.

Selama menjabat sebagai Menteri Agama, Suryadharma Ali dikenal aktif dalam memperkuat kelembagaan keagamaan, meningkatkan layanan pendidikan madrasah dan pesantren, serta melakukan berbagai upaya reformasi birokrasi di lingkungan Kemenag.

“Beliau berperan penting dalam modernisasi penyelenggaraan ibadah haji, termasuk digitalisasi layanan haji yang menjadi fondasi bagi transformasi haji di masa kini," kata Menag.

"Kiprah beliau dalam membangun dialog antarumat beragama juga patut dikenang sebagai bagian dari upaya menjaga kerukunan nasional," ujar dia menambahkan.

Menag Nasaruddin juga sempat menjadi Wakil Menteri Agama pada era kepemimpinan Suryadharma Ali.

Menag Nasaruddin juga mengajak seluruh jajaran Kementerian Agama untuk melaksanakan shalat gaib dan mengirimkan doa terbaik bagi almarhum.

"Semoga almarhum
Share:

Mantan Menteri Agama Suryadharma Ali meninggal dunia

 

 JAKARTA KONTAK BANTEN   Mantan Menteri Agama RI periode 2009-2014 Suryadharma Ali meninggal dunia pada Kamis sekitar pukul 04.18 WIB di Rumah Sakit Mayapada, Jakarta.

"Mohon ikhlas doanya, semoga Allah SWT menganugerahi tempat yg mulia bagi almarhum. Semoga almarhum senantiasa berlimpah rahmah," demikian pesan yang disampaikan keluarga dekat Almarhum.

Almarhum disemayamkan di rumah duka di Jl. Cipinang Cempedak I No.30, Cipinang Cempedak, Kecamatan Jatinegara, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13340

Sementara pemakaman akan digelar di Pondok Pesantren Miftahul'Ulum Jl. KH. Ahmad. Kp. Mariuk, Rt 002/008, Ds Gandasari. Kec. Cikarang Barat, Kab. Bekasi.

"Kami dari segenap keluarga almarhum, memohon doa dan keikhlasan dari bapak/ibu/saudara/i agar Almarhum diampuni segala dosa-dosanya, diterima amal ibadahnya, dan diberikan tempat terbaik di sisi Allah Swt.," tutup pesan tersebut.
Share:

Prabowo Minta Pengoplos Beras Ditindak Tegas

 

Presiden Prabowo menggelar rapat membahas soal beras oplosan, Rabu (30/7). Foto : Ist

 JAKARTA  KONTAK BANTEN  Presiden Prabowo Subianto menggelar rapat mendadak bersama sejumlah pejabat, di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (30/7/2025) malam. Rapat yang berlangsung sekitar pukul 21.00 WIB itu membahas kasus beras oplosan yang beredar di pasaran.

Rapat tersebut dihadiri Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Jaksa Agung ST Burhanuddin, Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Ivan Yustiavandana, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, serta Kepala Badan Pengendalian Pembangunan dan Investigasi Khusus (Bappisus) Aries Marsudiyanto.

 Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya menyampaikan, Presiden Prabowo memberi arahan agar penegakan hukum dilakukan secara tegas terhadap pelanggaran yang ditemukan.

 Salah satu isu yang dibahas adalah terkait penertiban pasokan beras dan temuan pelanggaran standar mutu beras premium dan medium di pasaran,” kata Teddy, melalui akun Instagram @sekretariat.kabinet, Kamis (31/7/2025). 

 Prabowo juga mengingatkan agar proses penegakan hukum dilakukan sesuatu ketentuan. "Kepala Negara memberikan arahan agar tindakan tegas diambil terhadap pihak-pihak yang terbukti melakukan pelanggaran serta memastikan bahwa proses penegakan hukum berjalan sesuai ketentuan," ungkap Teddy. 

 Sebelumnya, Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengungkapkan, pihaknya menemukan 212 merek beras premium dan medium yang tidak memenuhi standar mutu nasional. Dia menegaskan, pelanggaran ini akan ditindak, terutama pada praktik pengoplosan beras.

 

Ini khusus untuk beras premium dan medium yang tidak sesuai standar. Kami tegaskan, ini adalah standar pemerintah,” ucap Amran.

 

Dalam pengusutan kasus ini, Satgas Pangan Polri telah menaikkan status penyidikan terhadap empat produsen besar, yakni PT FS, PT WPI, SY, dan SR. Dari pemeriksaan terhadap 16 produsen beras, penyidik telah memeriksa 39 saksi, empat ahli, serta menyita barang bukti dari gudang dan tempat produksi yang diduga melanggar aturan.

 

“Pengungkapan kasus beras ini juga dilakukan di sejumlah daerah,” kata Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam keterangan resmi.

Share:

Rapat Paripurna Perubahan KUA-PPAS TA 2025 Pandeglang Dibatalkan

 

Suasana rapat paripurna dengan agenda laporan Banggar mengenai Kesepakatan Perubahan KUA dan PPAS TA 2025 di DPRD Pandeglang, Kamis (31/7/2025).(
 

PANDEGLANG KONTAK BANTEN  - Rapat paripurna dengan agenda laporan Badan Anggaran mengenai pembahasan Perubahan Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA dan PPAS) TA 2025 dan Penandatanganan Nota Kesepakatan tentang Perubahan KUA dan PPAS TA 2025, di Gedung DPRD Kabupaten Pandeglang yang dijadwalkan, Kamis (31/7/2025) pukul 10.00 WIB hingga empat jam berlalu tidak kunjung dimulai.

 Tidak kunjung dimulainya rapat paripurna karena jumlah anggota dewan belum kunjung kuorum seperti yang disyaratkan pada Pasal 118 Huruf C Tata Tertib DPRD Pandeglang yakni 1/2 dari jumlah anggota atau 25 anggota.

 Bahkan saat Ketua DPRD Pandeglang, Tb. Khotibul Umam membuka rapat pada pukul 14.15 WIB, jumlah anggota yang menandatangani daftar hadir hanya 18 orang atau kurang 7 anggota untuk bisa rapat dimulai.

 "Berdasarkan ketentuan Pasal 118 huruf C Tata Tertib DPRD, rapat paripurna dinyatakan kuorum apabila dihadiri minimal satu per dua dari jumlah anggota. Maka jumlah anggota belum memenuhi kuorum," ujar politisi Golkar yang akrab disapa Agus Umam ini.

 Dengan kondisi tersebut, Agus Umam menanyakan kepada peserta rapat, apakah rapat paripurna akan ditunda dan diagendakan kembali sesuai ketentuan yang berlaku atau menunggu kuorum.

 Mendengar pertanyaan itu, mayoritas peserta rapat paripurna menjawab rapat dijadwalkan kembali.

 "Rapat paripurna Kamis 31 Juli dengan resmi ditutup," ucap Agus Umam.

 Usai rapat ditutup, peserta rapat dan tamu undangan bergegas meninggalkan ruang rapat. Bahkan beberapa di antara tamu undangan yang merupakan Aparatur Sipil Negara (ASN) menggerutu karena terlalu lama menunggu tetapi rapat ditunda.

 "Dari jam 10 nunggu tapi akhirnya dibatalkan. Huuh...," ujar salah satu pegawai.

 Usai rapat paripurna, Agus Umam menjelaskan kepada wartawan perihal batalnya rapat paripurna.

Kata dia, rapat paripurna tertunda karena Fraksi PDIP Perjuangan yang berjumlah enam orang tengah mengikuti bimbingan teknis (bimtek) partai di Bali. Kemudian ada juga beberapa anggota dewan yang memiliki agenda lain yang lebih penting dan akhirnya tidak bisa menghadiri rapat paripurna 

 "Karena tidak memenuhi kuorum, maka rapat paripurna ditunda. Kita agendakan lagi, ini juga mau penjadwalan di Bamus (Badan Musyawarah, red). Mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa terjadwalkan," singkatnya.(*)

Share:

Presiden PKS Dan Presiden Prabowo Bicara Demokrasi 2,5 Jam

 

Presiden PKS Almuzzammil Yusuf bersama jajaran pengurus seusai bertemu dengan Presiden Prabowo Subianto di Istana Negara, Selasa (30/7/2025). Foto : Ist
 

JAKARTA KONTAK BANTEN  Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS),  Almuzzammil Yusuf menceritakan kisah pertemuannya bersama jajaran DPP-PKS dengan Presiden Prabowo Subianto, di Istana Kepresidenan, Jakarta, pada Selasa (29/7/2025). Pertemuan tersebut berlangsung 2,5 jam, di antaranya ngomongin kualitas demokrasi.

“Kami bersilaturahmi ke Pak Presiden Prabowo bersama Ketua Majelis Syura PKS, dalam rangka membicarakan berbagai pendapat tentang perkembangan bangsa dan negara,” kata Almuzzammil dalam keterangannya, Rabu (30/7/2025).

 Almuzzammil mengungkap­kan, salah satu topik yang diba­has dalam pertemuan itu adalah penguatan kualitas demokrasi di Indonesia. Yaitu, pentingnya demokrasi yang tidak berbiaya tinggi dan mampu melahirkan pemimpin-pemimpin terbaik yang diharapkan masyarakat.

 “Ikhtiar kami bagaimana me­minimalkan, mengurangi ko­rupsi, money politics yang ada, dan korupsi secara umumnya di negara kita,” jelasnya.

 Selain itu, Almuzzammil mengungkapkan, isu ekonomi juga masuk dalam pembicaraan. Khususnya, kata dia, terkait am­anat konstitusi Pasal 33 UUD 1945 tentang pengelolaan kekayaan alam yang perlu dibuat­kan peraturan perundangan-undangan yang khusus.

 Presiden Prabowo memiliki komitmen besar dalam penge­lolaan kekayaan alam untuk mensejahterakan masyarakat," ujarnya.

 Dalam konteks geopolitik dan diplomasi internasional, PKS juga menyampaikan pandangannya mengenai pentingnya peran Indonesia dalam dunia Islam, khususnya pada isu Palestina.

 Almuzzammil mengaku me­nyampaikan peran Indonesia dalam Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). Presiden Prabowo, kata dia, juga memberikan per­hatian besar kepada dunia Islam. Situasi dunia Islam, kata Almuzzammil, sangat membutuhkan peran Indonesia yang mayoritas muslim.

 Kita (Indonesia) terkenal muslim yang moderat, yang bisa banyak diterima oleh segenap pihak,” pungkasnya.

 

Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera menjelaskan tentang demokrasi tidak berbiaya tinggi. Menurutnya, salah satu aturan main untuk mencegah politik uang adalah kembali menerap­kan sistem pemilihan propor­sional tertutup.

 

Di antara usulan kami adalah proporsional tertutup. Karena partai yang akan diperkuat,” ujar Mardani kepada Rakyat Merdeka, Rabu (30/7/2025).

 

Diketahui, sistem propor­sional tertutup adalah sistem Pemilu di mana pemilih hanya dapat memilih partai politik, bukan calon anggota legislatif secara individu. Nantinya, calon legislatif atau caleg ditentukan oleh partai.

 

Indonesia, pernah menerapkan sistem proporsional tertutup pada Pemilu 1955 hingga 1999. Dalam sistem ini, pemilih hanya dapat memilih partai politik, bukan calon legislatif secara individu.

 

"Kami yakin sistem ini dapat menekan biaya politik. Nanti, parpol yang akan berlomba untuk tampil maksimal, baik programatik maupun ideologis," jelasnya.

 

Sehingga, kata Mardani, caleg-caleg ideologis maupun yang terbaik akan menguat dan ditentukan partai politik secara demokratis. Tidak seperti sistem proporsional terbuka yang para calegnya, bahkan anggota DPR saat ini kebanyakan berasal dari kalangan pengusaha.

 

Caleg-caleg ideologis akan menguat. Bukan caleg pengusaha saja,” pungkas Mardani.

 

Sebelumnya, Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar, A Doli Kurnia Tandjung menegas­kan, Partai Golkar memiliki komitmen menjaga, melestari­kan, dan menguatkan pelem­bagaan demokrasi di Indonesia. Dia memastikan, Golkar tidak akan membiarkan demokrasi Indonesia kebablasan ke arah demokrasi super liberal.

Share:

Wednesday, 30 July 2025

Presiden Prabowo Melayat Kwik Kian Gie

 

Presiden Prabowo melayat Kwik Kian Gie di Rumah Duka Sentosa RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, Rabu (30/7/2025). Foto : Ist

JAKARTA KONTAK BANTEN - Presiden Prabowo Subianto menyampaikan duka cita mendalam atas wafatnya tokoh ekonomi nasional, Kwik Kian Gie.

Prabowo melayat langsung ke Rumah Duka Sentosa RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, Rabu (30/7/2025).

 Menurutnya, almarhum adalah tokoh bangsa yang telah berjasa besar dalam pemikiran ekonomi, khususnya dalam mempertahankan prinsip-prinsip ekonomi Pancasila.

 Tokoh bangsa yang sangat berjasa. Pemikiran-pemikiran beliau sangat mempertahankan ekonomi Pancasila, ekonomi Pasal 33. Beliau tokoh yang sangat luar biasa," ungkap Prabowo.

 Dia juga mengungkapkan, kedekatannya secara pribadi dengan Kwik. Bahkan, beberapa hari sebelum wafat, Kwik masih sempat mengirimkan pesan melalui WhatsApp.

 Saya merasa dekat dengan beliau. Beliau banyak memberi nasihat kepada saya. Bahkan beberapa hari yang lalu pun masih mengirim WA, memberi saran saran. Beliau terus memberi pesan," kenangnya.

 Prabowo menyebut kepergian Kwik Kian Gie merupakan kehilangan besar bagi bangsa Indonesia.

 "Saya kira itu yang bisa saya sampaikan. Kita, Indonesia, kehilangan putra terbaik," ujarnya.

 Kwik Kian Gie wafat pada Senin malam, 28 Juli 2025, di usia 90 tahun di RS Medistra setelah beberapa minggu menjalani perawatan. Jenazah disemayamkan di RSPAD Gatot Soebroto.

 Semasa hidupnya, Kwik dikenal sebagai tokoh penting dalam bidang ekonomi. Ia pernah menjabat sebagai Wakil Ketua MPR, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, serta Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri.

 Saat melayat, Prabowo didampingi sejumlah tokoh senior TNI, di antaranya Jenderal (Purn) Wiranto, Letjen (Purn) Terawan Agus Putranto, dan Mayjen (Purn) Glenny Kairupan.

Share:

Pemprov Banten jadikan hasil asesmen ASN dasar mutasi dan promosi

 

Gubernur Banten Andra Soni meninjau pelaksanaan Penilaian Kompetensi dan Potensi ASN di Ruang Asesmen Center BKD Banten, Selasa (29/7/2025).

 BANTEN KONTAK BANTEN  Gubernur Banten Andra Soni menegaskan bahwa hasil asesmen digunakan untuk menentukan promosi dan mutasi aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Provinsi Banten ke depan.

Andra menekankan hal itu akan berbasis pada kualitas dan kapasitas individu, bukan lagi senioritas atau kedekatan personal.

“Hasil asesmen ini akan menjadi dasar promosi, mutasi, pelatihan, dan perencanaan kerja jabatan ASN di Provinsi Banten,” ujar Andra Soni dalam keterangannya di Kota Serang, Rabu.

Andra sempat meninjau pelaksanaan Penilaian Kompetensi dan Potensi ASN di Ruang Asesmen Center BKD Banten, Selasa (29/7).

Menurutnya, asesmen merupakan langkah strategis dalam membangun manajemen ASN yang profesional dan adaptif terhadap tantangan pelayanan publik. Ia menekankan bahwa proses ini harus menjadi ruang refleksi dan peningkatan kapasitas individu setiap pegawai.

“Penilaian ini bukan sekadar formalitas, tapi bagian dari transformasi manajemen ASN menuju pelayanan publik yang lebih profesional dan berkualitas,” ujar dia tegas.

Asesmen dilakukan dalam dua tahap. Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Banten Nana Supiana menjelaskan bahwa sebanyak 500 ASN mengikuti asesmen lanjutan pada tahap kedua, setelah sebelumnya sebanyak 2.079 ASN telah menyelesaikan tahap pertama.

“Asesmen ini bertujuan mengevaluasi kompetensi, potensi, dan penempatan posisi ASN secara objektif sesuai kebutuhan organisasi,” ujar Nana.

Ia menambahkan, asesmen dilakukan sebagai bagian dari amanat Undang-Undang ASN, yang mewajibkan penilaian minimal setiap tiga tahun sekali.

Pemerintah Provinsi Banten menargetkan penataan jabatan berdasarkan hasil asesmen ini dapat memperkuat tata kelola birokrasi, serta mempercepat terciptanya pelayanan publik yang adaptif, transparan, dan berbasis kinerja.

Share:

Pemkot Tangsel Salurkan 360 Ton Beras Gratis untuk 18.024 Keluarga

 


 SERPONG KONTAK BANTEN Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Pemkot Tangsel) kembali menyalurkan bantuan pangan berupa beras gratis kepada warga yang membutuhkan. Bantuan ini merupakan bagian dari program nasional penyaluran Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) untuk periode Juni–Juli 2025, yang bertujuan meringankan beban ekonomi masyarakat serta mendukung percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem.

Secara simbolis, penyaluran beras dilakukan di Kelurahan Ciater, Kecamatan Serpong, Selasa (30/7), dan dihadiri langsung oleh Wakil Wali Kota Tangsel, Pilar Saga Ichsan. 

 Dalam sambutannya, Pilar menyampaikan rasa syukur dan apresiasinya kepada seluruh pihak yang terlibat, khususnya Perum Bulog dan Kementerian Sosial.

 “Alhamdulillah hari ini kita menyalurkan bantuan kepada 18.024 kepala keluarga di seluruh wilayah Tangsel, dengan total 360.480 kilogram beras. Masing-masing keluarga mendapatkan 20 kilogram,” ujar Pilar.

 Ia juga menekankan pentingnya ketepatan sasaran dalam penyaluran bantuan. Seluruh data penerima mengacu pada Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN) yang diperbarui secara berkala oleh Pemkot Tangsel melalui musyawarah bersama kecamatan, kelurahan, Dinas Sosial, dan Kementerian Sosial.

 “Sekarang semua data kemiskinan sudah terpadu dalam satu sistem. Tidak ada data ganda, semuanya satu pintu,” jelasnya.

 Penyaluran ini dinilai sangat penting, terutama di tengah kondisi harga beras yang cenderung naik di pasaran. Pilar berharap program ini bisa terus berlanjut di bulan-bulan mendatang untuk menjaga ketahanan pangan masyarakat yang paling rentan.

 Sementara Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan Kota Tangsel, Yepi Suherman, merinci jumlah penerima bantuan di setiap kecamatan. 

 

"Paling banyak ada di wilayah Pamulang dengan jumlah 4.604 KK, Setu 2.514 KK, Serpong 2.310 KK, Serpong Utara 1.194 KK, Pondok Aren 2.674 KK, Ciputat 2.941 KK, dan Ciputat Timur: 1.920 KK," paparnya. 

 

Adapun distribusi bantuan di tahun ini dikelola langsung oleh Perum Bulog sebagai penyedia dan transporter, menggantikan sistem sebelumnya yang melibatkan PT Pos.

 

“Untuk Kelurahan Ciater sendiri terdapat 442 KK penerima. Insya Allah, hari ini seluruh bantuan sudah bisa tersalurkan,” ujar Yepi.

 

Pemerintah berharap bantuan ini tidak hanya menjadi solusi jangka pendek, tetapi juga bagian dari upaya berkelanjutan untuk menanggulangi kemiskinan dan menjaga kesejahteraan warga Tangsel.

Share:

Sekretaris Daerah Provinsi Banten : Dorong Keterbukaan Informasi Publik Kerja Sama Dengan Fisip Untirta

 

Penandatanganan nota kesepahaman antara Sekretariat Daerah Provinsi Banten dan FISIP Untirta, Selasa (29/7/2025).(HO-Pemprov Banten)

 KOTA SERANG KONTAK BANTEN  Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten menjalin kerja sama dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) guna mendorong keterbukaan informasi dan partisipasi publik dalam pembangunan daerah.

Gubernur Banten Andra Soni menegaskan kolaborasi dengan perguruan tinggi merupakan strategi untuk memperkuat kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) serta mendekatkan agenda pembangunan kepada masyarakat.

“Kampus adalah Kawah Candradimuka untuk mendidik anak-anak. Melalui kerja sama ini kita bisa mengamplifikasi hal-hal positif dan agenda yang telah terencana dalam RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah)," ujar Andra dalam keterangannya di Kota Serang, Rabu.

Andra sempat menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Sekretariat Daerah Provinsi Banten dan FISIP Untirta pada Selasa (29/7).

Ia menekankan pentingnya penerapan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam mendukung program pemerintah. “Ini juga bentuk keterbukaan informasi kepada publik, sekaligus mengajak masyarakat peduli terhadap program-program pemerintah,” ujarnya.

Dekan FISIP Untirta Prof Leo Agustino mengatakan kerja sama tersebut akan difokuskan pada penguatan komunikasi publik, amplifikasi agenda pembangunan, serta monitoring dan evaluasi kebijakan daerah.

“Salah satunya mengamplifikasi agenda Provinsi Banten, program-program Pak Gubernur. Kita juga bisa melakukan agenda monitoring dan evaluasi ke depan, itu yang paling utama,” ujar Leo

Sementara itu Sekretaris Daerah Provinsi Banten Deden Apriandhi menyebutkan kerja sama ini menjadi bagian dari upaya menjabarkan visi dan misi kepemimpinan Gubernur dan Wakil Gubernur Banten.

“Termasuk delapan program prioritas dan turunannya. Harapannya, kerja sama ini membawa manfaat baik bagi Pemprov Banten maupun Untirta, serta mendorong keterlibatan mahasiswa secara aktif,” ujar Deden.

Pemprov Banten menargetkan sinergi dengan institusi pendidikan tinggi dapat memperluas ruang partisipasi masyarakat dalam pembangunan serta meningkatkan efektivitas kebijakan publik berbasis kajian akademis.
Share:

Andra Soni Tegaskan Komitmen Percepatan Reforma Agraria

 

Rapat Koordinasi (Rakor) Gugus Tugas Reforma Agraria (GTRA) di Aula Baduy, Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional (BPN) Banten. Foto : Humas Pemprov
 

KOTA SERANG KONTAK BANTEN  - Gubernur Banten, Andra Soni menegaskan komitmennya untuk mempercepat pelaksanaan reforma agraria di Provinsi Banten. 

 Hal itu disampaikan saat memimpin Rapat Koordinasi (Rakor) Gugus Tugas Reforma Agraria (GTRA) di Aula Baduy, Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional (BPN) Banten, KP3B, Curug Kota Serang, Rabu (30/7/2025).

 Sebagai Ketua GTRA Banten, Andra Soni menyebut rapat itu menjadi langkah awal untuk merumuskan strategi konkret dalam penataan lahan serta redistribusi tanah bagi masyarakat.

 “Ini adalah rapat pertama saya, dan hari ini akan ada rapat panjang membahas program reforma agraria di Provinsi Banten tahun ini,” ujar Andra.

 Ia menyampaikan, bahwa dirinya menekankan reforma agraria di Provinsi Banten bisa berjalan sesuai harapan pemerintah, sekaligus mendukung Asta Cita Presiden dan Wakil Presiden RI. 

Andra Soni juga menekankan pentingnya kesepahaman antar instansi serta koordinasi lintas sektor untuk memastikan kebijakan berjalan efektif.

“Kami punya satu kesepahaman.

  Selanjutnya tinggal bagaimana semua pihak, mulai dari pemerintah provinsi hingga kabupaten/kota, berkoordinasi dengan baik agar program reforma agraria ini benar-benar bermanfaat bagi masyarakat,” tegasnya.

 Dalam rakor tersebut, salah satu fokus utama adalah penataan lahan  terlantar. Andra Soni menyebut, lahan tersebut harus segera dimanfaatkan untuk kepentingan negara maupun masyarakat.

 Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Provinsi Banten, Sudaryanto mengatakan rakor tersebut membahas permasalahan pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) di Provinsi Banten.  

 Sudaryanto menyebut sesuai arahan Gubernur Banten Andra Soni, GTRA di Provinsi Banten menyatakan siap mengawal penyelesaianya. 

 Gubernur menegaskan bahwa reforma agraria bukan hanya soal penataan tanah, tetapi juga upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui akses yang adil terhadap sumber daya. 

“Percepatan reforma agraria di Provinsi Banten harus memberikan kepastian hukum, penataan akses, penataan aset  dan membuka peluang bagi peningkatan ekonomi masyarakat,” pungkasnya.

 Melalui rakor ini, Pemerintah Provinsi Banten bersama BPN berkomitmen mempercepat redistribusi tanah untuk menumbuhkan kepastian hak atas tanahnya

Share:

Kebakaran Dahsyat Lalap Minimarket di Pisangan Tangsel, Diduga Akibat Korsleting Listrik

 

 


CIPUTAT TIMUR KB— Suasana dini hari di kawasan Pisangan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan (Tangsel) mendadak mencekam saat kobaran api membakar habis sebuah minimarket di Jalan Cirendeu Raya, Rabu (30/7).

Api melahap hampir seluruh bangunan, menyisakan puing-puing hangus dan kepulan asap pekat.

 

Kejadian ini diduga kuat akibat korsleting listrik.

Kebakaran hebat ini pertama kali dilaporkan sekitar pukul 02.45 WIB. 

 

Tak butuh waktu lama, tim pemadam kebakaran dari Pleton Alpha segera meluncur ke lokasi dan tiba di tempat kejadian pukul 03.00 WIB. Namun, si jago merah sudah membesar dan menyelimuti hampir seluruh bangunan toko retail tersebut.

 

Sebanyak 6 unit pemadam kebakaran Tangsel dan 1 unit rescue dikerahkan, melibatkan 30 personel yang berjibaku menjinakkan api di tengah malam. 

 

Setelah hampir dua jam bertempur dengan kobaran api, upaya pemadaman berhasil diselesaikan sekitar pukul 04.46 WIB.

 

Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Tangsel, Ahmad Dohiri menjelaskan, si jago merah melahap hingga menyebabkan 97% bangunan terbakar.

 

"Dengan taksiran kerugian material mencapai Rp600 juta," jelas pria yang akrab disapa Adam ini.

 

Meski kerugian sangat besar, beruntung tidak ada korban jiwa maupun luka dalam peristiwa ini. Area sekitar juga dilaporkan aman dan tidak terdampak langsung oleh api.

 

Adam mengatakan bahwa kecepatan respons tim menjadi kunci dalam mencegah api meluas ke permukiman sekitar.

 

“Kami bersyukur tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini. Api begitu cepat membesar, tapi berkat koordinasi yang baik dan kesiapan tim di lapangan, kami berhasil mengisolasi titik api agar tidak merembet ke bangunan lain,” ujar Adam.

 

Saat ini, kondisi telah dinyatakan hijau dan kondusif, dengan tidak ditemukan hambatan selama proses evakuasi dan pemadaman. Dugaan sementara penyebab kebakaran adalah korsleting listrik dari instalasi dalam bangunan minimarket tersebut.

 

“Masyarakat kami imbau untuk rutin memeriksa instalasi listrik, terutama di bangunan komersial yang beroperasi 24 jam. Kebakaran bisa datang tanpa aba-aba,” tambahnya.

 

Peristiwa ini kembali menjadi peringatan penting bahwa kesiapsiagaan, baik dari pihak warga maupun instansi terkait, merupakan kunci utama dalam menghadapi bahaya kebakaran.

Share:

Akhirnya Punya Meja dan Kursi, Siswa SMKN 8 Tangsel Belajar dengan Ceria

 

Bantuan ratusan meja dan kursi dari Dinas Pendidikan Provinsi Banten akhirnya tiba dan langsung digunakan oleh para siswa SMKN 8 Tangsel, Rabu (30/7
 

SERPONG  KONTAK BANTEN - Suasana belajar di SMKN 8 Tangerang Selatan kini berubah lebih nyaman dan tertib. Setelah sempat mengalami kekurangan fasilitas, akhirnya seluruh siswa tidak perlu lagi belajar sambil lesehan di lantai.

Bantuan ratusan meja dan kursi dari Dinas Pendidikan Provinsi Banten akhirnya tiba dan langsung digunakan oleh para siswa untuk belajar. 

 Riska, siswi kelas X SMKN 8 Tangsel, mengaku sangat senang akhirnya bisa belajar seperti semestinya.

 "Senang banget. Akhirnya ada bangku sama meja," ujar Riska penuh ceria saat dijumpai di depan ruang kelasnya, Rabu (30/7).

 Selama dua minggu sejak Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), Riska dan teman-temannya harus belajar duduk di lantai karena belum tersedia cukup bangku dan meja. Hal itu membuat mereka merasa tidak nyaman dan merasa sakit di sebagian tubuhnya.

 "Sakit banget badan, karena kan pegel belajarnya menunduk gitu. Terus dengkul sakit banget," tambah Riska.

 Sementara, Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana SMKN 8 Tangsel, Muraja mengatakan, bantuan yang diterima terdiri dari berbagai jenis kursi dan meja.

 "Terdiri dari kursi dan meja lipat 80 unit, dan sisanya kursi meja kayu 200-an lebih," kata Muraja.

Seluruh kebutuhan bangku dan meja tersebut, kata Muraja, langsung dipenuhi dalam waktu sehari, Selasa (29/7) kemarin. 

 "Yang datang semalam totalnya sekitar 300 unit. Ada kursi lipat, kursi kayu panjang, dan meja. Kalau ditambah dengan yang sebelumnya, jumlahnya sekarang sudah mencapai sekitar 500 meja dan kursi," jelas Muraja.

 Seluruh ruang kelas yang berjumlah 11 ruangan kini sudah terisi penuh dengan kursi dan meja yang sesuai kebutuhan. Bahkan, kelebihan sekitar 40 kursi dalam kondisi baik ditempatkan di ruang pertemuan sekolah.

 

Pihak sekolah pun bersyukur karena kini proses belajar mengajar bisa berjalan lebih optimal dan nyaman.

 

Kedatangan bantuan ini juga disusul oleh kunjungan dari tim Dinas Pendidikan serta staf ahli Gubernur Banten. Mereka memastikan kebutuhan dasar siswa terpenuhi dan berjanji akan terus memantau perkembangan fasilitas pendidikan di sekolah-sekolah.

 

Kini, siswa SMKN 8 Tangsel bisa fokus belajar dengan lebih baik—tanpa harus duduk di lantai lagi.

 

Pantauan di lokasi setelah kursi dan bangku tiba, para siswa terlihat tengah bersih-bersih seluruh sudut ruang kelas mereka. Sehingga mereka bisa belajar dengan suasana kelas yang lebih bersih dan nyaman
Share:

Tuesday, 29 July 2025

BRIN Siap Bikin Menu MBG Awet Lebih Lama

 

BRIN hadirkan aplikasi iradiasi pangan berbasis nuklir untuk mendukung program MBG di Setu, Selasa (29/7)

 SETU KONTAK BANTEN Supaya menu Makan Bergizi Gratis (MBG) lebih berkualitas, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) menciptakan teknologi pengawetan makanan berbasis nuklir. Upaya itu dilakukan sebagai bentuk dukungan BRIN terhadap program nasional tersebut. 

 Teknologi ini adalah iradiasi pangan, yaitu metode pengolahan makanan dengan radiasi yang mampu memperpanjang masa simpan tanpa mengurangi kualitas rasa maupun kandungan gizinya.

 Kepala ORTN BRIN, Syaiful Bakhri menjelaskan, bahwa teknologi ini dapat menjadi solusi atas tingginya tingkat kehilangan pangan (food loss) di Indonesia. Menurutnya, dengan iradiasi, bahan pangan, baik segar maupun olahan dapat bertahan hingga sepuluh kali lebih lama.

 “Teknologi ini sangat relevan untuk mendukung program makan bergizi. Makanan jadi lebih tahan lama, tetap aman dan bergizi, serta bisa didistribusikan ke lebih banyak wilayah, termasuk daerah terpencil atau saat libur panjang,” ujar Syaiful dalam forum diskusi yang berlangsung di kawasan Puspiptek, Kecamatan Setu, Selasa (29/7).

 Ia menambahkan, potensi kerugian akibat food loss di Indonesia mencapai sekitar Rp 551 triliun per tahun, jumlah yang disebutnya cukup untuk memberi makan 129 juta penduduk.

 “Dengan mengurangi food loss, distribusi pangan menjadi lebih efisien dan merata. Teknologi iradiasi ini memiliki peran penting dalam memastikan ketersediaan makanan bergizi secara nasional,” katanya.

 Teknologi iradiasi sebenarnya bukan hal baru dan sudah banyak digunakan di negara lain seperti Amerika Serikat dan Australia. Bahkan, teknologi ini menjadi standar untuk ekspor produk pangan ke pasar internasional.

 BRIN berharap inovasi ini dapat dimanfaatkan lebih luas, tak hanya untuk memenuhi standar ekspor, tetapi juga untuk mendukung pemenuhan gizi masyarakat melalui program-program dalam negeri seperti MBG.

 Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana menyambut baik langkah BRIN tersebut. Ia menilai, teknologi iradiasi sangat berguna untuk memperpanjang daya tahan makanan, terutama dalam konteks distribusi makanan MBG di luar jam operasional.

 

“Iradiasi memungkinkan makanan tetap aman dikonsumsi hingga dua atau tiga hari setelah diproses. Ini sangat penting untuk kelancaran distribusi makanan bergizi, terutama dalam kondisi khusus,” jelas Dadan.

 

Ia juga mengungkapkan, bahwa BGN dan BRIN tengah melakukan pengkajian terkait perbedaan antara makanan yang telah diiradiasi dengan yang tidak. Hasil pengujian sejauh ini menunjukkan tidak ada dampak negatif, baik dari segi kimia maupun biologis, termasuk pada hewan uji seperti tikus.

 

Dadan menerangkan, BGN turut mendorong pengembangan iradiator portabel yang bisa digunakan langsung di dapur-dapur Sentra Produksi Pangan Gizi (SPPG), sehingga pengolahan makanan tidak selalu bergantung pada fasilitas industri besar.

Share:

Masyarakat Kota Serang dan Pemkot Serang Bersihkan Sungai Cibanteni 50 Truk Sampah Terangkut

 


 KOTA SERANG KONTAK BANTEN  Pemerintah Kota Serang bersama Komunitas Peduli Sungai Banten melaksanakan aksi bersih-bersih Sungai Cibanten pada Senin (28/7/2025), bertepatan dengan peringatan Hari Sungai Nasional. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari inspeksi Gubernur Banten Andra Soni yang sebelumnya menyoroti kondisi sungai dipenuhi sampah.

Penyusuran dan pembersihan dilakukan sepanjang lima kilometer dari Kaujon hingga Jembatan Kidemang. Turut hadir dalam kegiatan ini Wali Kota Serang Budi Rustandi dan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Serang, Farach Richi.

Sebanyak tiga jaring dipasang di titik Lopang, Unyur, dan Jembatan Kidemang untuk menghalau aliran sampah. Dua tim dikerahkan, masing-masing bertugas di badan sungai dan daratan.

“Tim sungai bertugas mengurai dan mengangkat sampah yang menyangkut di badan air, kemudian sampah yang mengalir dihadang dengan jaring di tiga titik lokasi. Sedangkan tim darat melakukan pembersihan sisi-sisi sungai. Pekerjaan ini didukung peralatan lengkap, termasuk dump truck dan ekskavator. Bahkan Wali Kota Serang, Bapak Budi Rustandi, turut memimpin langsung tim darat di lapangan,” jelas Farach Richi.

Ia menyampaikan bahwa sebanyak 50 truk sampah berhasil diangkut dari seluruh titik pembersihan. Meski sempat mengalami kendala teknis, pembersihan tetap berjalan lancar.

“Di lokasi Unyur, tim darat menggunakan ekskavator, dan hasil keseluruhan dari semua titik mencapai 50 truk sampah. Terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi. Mari bersama kita wujudkan Sungai Cibanten yang bersih, asri, dan bebas sampah,” tambahnya.

Ketua Komunitas Peduli Sungai Banten, Lulu Jamaludin, turut menekankan pentingnya menjaga kebersihan sungai demi kesehatan masyarakat dan pencegahan banjir.

“Jika Sungai Cibanten bersih, kualitas lingkungan dan kesehatan warga akan meningkat, potensi banjir dapat ditekan, dan sungai pun bisa menjadi ruang publik yang bermanfaat bagi banyak orang. Sungai bukan tempat sampah, tapi sumber kehidupan yang harus kita jaga bersama,” ujarnya.

Kegiatan ini melibatkan unsur Pemerintah Provinsi Banten, Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian (BBWSC3), Kwarda Banten, Kwarcab Kota Serang, Trash Ranger Banten, serta masyarakat dan media lokal.

Sebelumnya, Gubernur Banten Andra Soni meninjau Sungai Cibanten dan meminta Wali Kota Serang untuk segera menindaklanjuti temuan tumpukan sampah.

“Saya pikir ini tak perlu biaya besar, Pak Budi. Hanya perlu pemicu dari Pak Wali kepada masyarakat. Beliau bisa meminta kepada camat, lurah, yang ada di sekitar bantaran sungai untuk peka, untuk aktif mengatasi masalah di bantaran sungai,” kata Andra saat kunjungan ke Kota Serang, Selasa (15/7/2025).

Ia yakin Budi Rustandi akan bergerak cepat menindaklanjuti masalah tersebut.

“Sekarang mungkin dia WA Kadis, lurah. Dia punya tipikal tidak menunggu esok untuk mengerjakan apa yang bisa dikerjakan hari ini,” tambahnya.

 

 

Share:

Ketika Instansi Pemerintah Dipaksa Muhasabah Berjamaah

 

 Indonesia, negeri tropis yang kaya akan musim. Selain musim hujan dan kemarau yang akhir-akhir ini seakan lupa akan jadwalnya, kini kita punya musim baru yang tak kalah rutin: musim penilaian mandiri.  Sepanjang tahun instansi pemerintah di seluruh pelosok negeri “dipaksa” untuk melakukan ritual tahunan yang disebut “muhasabah berjamaah.” Sebuah proses introspeksi massal di mana pegawai yang beruntung tergabung dalam derap langkah pasukan palugada, tenggelam dalam tumpukan dokumen pembuktian dan layar penuh bobot dan angka. 

Ketika Angka Lebih Suci dari Makna

Secara etimologis, “muhasabah” berasal dari bahasa Arab: hasaba–yuhasibu–hisaban, yang berarti menghitung, mengevaluasi, atau mengoreksi. Menukil Umar bin Al-Khattab RA: “Hasibu anfusakum qabla antuhasabu“~ Adakanlah perhitungan kepada dirimu sebelum kamu diperhitungkan kelak. 

Dalam tradisi spiritual, muhasabah adalah praktik mendalam untuk menilai diri secara jujur dan tulus—sebuah upaya kontemplatif untuk memperbaiki diri secara berkelanjutan sebagai bekal menuju kehidupan abadi.

Namun ketika konsep luhur ini dibawa paksa masuk ke dalam ranah birokrasi, ruhnya sering kali terlepas dari raga. Penilaian mandiri yang bertubi menjelma menjadi beban administratif yang kering makna.

Seperti hujan intensitas tinggi tak kunjung henti, pola penilaian semacam ini awalnya menyegarkan, namun lama-lama menenggelamkan. Dan layaknya bencana pada umumnya, banjir self-assessment menyita energi, waktu, dan sumber daya yang besar, bahkan untuk sekedar mempertahankan kewarasan aparatur negara yang dikorbankan.

Pemicu banjir ini dapat diatribusikan pada banyaknya instansi yang latah berlomba mengabadikan ego sektoral dalam balutan bilangan. Masing-masing menerbitkan kitab suci birokrasi modern yang wajib dihafal dan diamalkan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. 

Sebut saja: penilaian kematangan sistem, tata kelola pengadaan, akuntabilitas, hingga transformasi birokrasi. Peraturan dan maklumat datang menerjang lengkap dengan pasal-pasal kriteria, ayat-ayat indikator, dan bobot penilaiannya sendiri. Tak jarang, buku tafsir panduan lebih tebal dari realisasi pelaksanaan. 

Konon, semakin tinggi skor metrik, semakin tinggi pula derajat sebuah instansi di mata otoritas pembina. Predikat “A” atau “Level 3” tak ubahnya gelar kesalehan birokrasi. Dan sebagaimana layaknya ibadah, kesalehan ini harus ditunjukkan secara rapi, lengkap, dan sesuai mazhab. 

Setiap kebijakan, prosedur, laporan, hingga foto kegiatan harus tersedia sesuai daftar uji yang termaktub dalam lampiran. Tak peduli apakah dokumen itu benar-benar mencerminkan praktik atau hanya kosmetik. Yang penting, bukti fisik sesuai narasi yang ingin ditampilkan ke publik. 

Misalnya, demi meraih level tinggi dalam pengendalian internal, sebuah instansi bisa jadi lebih sibuk menyusun dokumen kebijakan, prosedur, dan laporan risiko tanpa memastikan apakah kebijakan itu benar-benar dipahami dan dijalankan oleh pegawai di lapangan, atau apakah risikonya dikelola secara aktif, bukan hanya reaktif ketika ada masalah.

Penilaian akuntabilitas pun tak luput dari pola serupa. Demi predikat BB atau A, instansi berlomba membuat pohon kinerja yang menjulang tinggi namun rapuh di akar substansi. Indikator dirancang rapi, terukur, terstruktur, tapi sering tak menyentuh inti mandat, apalagi menyentuh rakyat. Dalam dunia yang terobsesi angka, relevansi jadi korban pertama.

Begitu pula dengan metrik transformasi, di mana perhatian utama kerap tersedot pada kelengkapan rencana aksi dan laporan aktualisasi. Atau indeks tata kelola pengadaan, yang sering kali tak bisa dicapai tanpa menggunakan aplikasi buatan instansi pembina, terlepas dari apakah aplikasi itu cocok dengan kebutuhan organisasi, dan bebas dari penyakit bawaan aplikasi jebolan proyek perubahan.

Tak heran bila para umbi andalan, yang rutin ditarik ke berbagai “satgas muhasabah”,perlahan mulai mati rasa. Mereka hafal struktur, paham kriteria, tahu padanan dan akronim, serta bisa membedakan narasi berdasarkan selera pemeriksa. 

Maklum, yang diminta memang mirip-mirip, tapi harus dikemas berbagai warna sesuai preferensi masing-masing “kakak pembina”. Maka, pekerjaan introspeksi organisasi pun bergeser menjadi seni adaptasi dan repetisi. 

Repotnya, kadang kita lupa kalau aturan buatan manusia bukan kitab suci. Bisa jadi ada yang salah ketika menyusun operasionalisasi definisi. Contoh sederhana ketika kita bicara tata kelola, harusnya yang diukur itu efektivitas, bukan maturitas. 

Gampangnya, tak semua yang terlihat matang benar-benar enak ketika dimakan. Contoh yang lebih absurd, reformasi terdefinisi sebagai perbaikan berkelanjutan, namun yang dinilai hanya akumulasi dokumentasi serta agregasi dari 29 indeks antara, bukan bagaimana inovasi dapat mencerminkan birokrat yang bersih dan melayani. 

Salah konsep cacat logika semacam ini jelas-jelas mengaburkan tujuan dari muhasabah itu sendiri. Karena, ketika tolok ukurnya tak lagi bisa dipercaya, bisa kita rasakan bersama bagaimana hasilnya. 

Target: Dosa Riya yang Berbahaya

Masalah utama muncul ketika metrik-metrik ini bukan lagi alat ukur, melainkan target yang harus digapai. Target yang sering kali disertai insentif atau sanksi, mengubah niat mulia perbaikan berkelanjutan menjadi sekadar pamer kepatuhan. 

Instansi pun berlomba mempercantik laporan, fokus pada indikator yang mudah dimanipulasi demi predikat di atas piagam penghargaan. Meskipun, realitasnya masih jauh dari harapan.

Namun ironi paling getir justru terasa di pihak evaluator,para “imam besar” yang memimpin jalannya muhasabah berjamaah. Apa jadinya ketika mereka dipaksa menilai anak didiknya sendiri? Ketika keberhasilan kebijakan yang mereka rancang akan diuji bukan berdasarkan dampak, melainkan sejauh mana daerah mampu menyesuaikan narasi dan dokumentasi. 

Di sinilah dilema bermula. Apakah mereka akan jujur, menegakkan kriteria apa adanya meski hasilnya mencerminkan kegagalan program sendiri? Atau akan memilih jalan aman: melonggarkan tafsir, memberi nilai sesuai pesanan, agar semua pihak mendapatkan “keselamatan”? Maka muhasabah pun berubah fungsi: dari alat bantu perbaikan menjadi topeng keberhasilan. Bagaimana jika imam pun tak lagi percaya kepada khotbah yang ia lantunkan?

Reformasi di atas kertas pun kian menjadi pemandangan lumrah. Grafik capaian meroket, indeks membubung tinggi, tapi denyut pelayanan publik tetap datar-datar saja. Integritas yang mestinya jadi fondasi justru terselip di balik presentasi. 

Resistensi birokrasi pun semakin menebal, seperti tembok yang dicat berkali-kali namun retaknya tak pernah ditambal. Sementara itu, rekomendasi hasil evaluasi, yang sejatinya bisa menjadi kompas perubahan, teronggok sunyi dalam lembaran laporan, tanpa ada tangan yang sungguh ingin menyibak jalur perbaikan. 

Mirip lingkaran setan: target memicu formalitas, formalitas mengikis substansi, dan substansi yang hilang tak terpantau membuat perbaikan hakiki sulit terwujud.

Kembali ke Fitrah ~ Perbaikan Berkelanjutan

Untuk mengembalikan ruh muhasabah dalam penilaian mandiri organisasi, kita perlu perubahan paradigma yang radikal, dari sekadar pembangunan repositori menjadi praktik membumi.

Pertama, setiap penilaian mandiri harus dimulai dengan niat yang tulus untuk perbaikan.

Niat adalah inti dari muhasabah, sebuah fondasi batiniah yang menentukan arah dan kejujuran proses. Tanpa niat yang lurus, penilaian hanyalah formalitas yang kehilangan makna, ibadah yang hampa, dan rutinitas yang tidak melahirkan apa-apa.

Dalam konteks birokrasi, niat ini kerap terdistorsi oleh berbagai kepentingan duniawi: insentif menggiurkan, hukuman menakutkan, atau ambisi untuk terlihat berhasil di mata atasan. 

Maka, segala sesuatu yang berpotensi mengganggu kemurnian niat, termasuk penargetan indeks dalam kontrak kinerja atau tekanan untuk mendapatkan predikat tertentu, harus dikaji ulang, kalau perlu dihilangkan.

Kedua, tak semua yang bisa diukur layak dijadikan ukuran.

Ketika terlalu banyak metrik dijadikan target, birokrasi justru kehilangan arah. Energi tersedot untuk mengelola tabel, bukan menyelesaikan masalah. Maka, perlu konsolidasi nasional untuk menyederhanakan, menyatukan, dan memfokuskan indikator ke hal-hal yang benar-benar bermakna. 

Dengan fokus yang lebih tajam, niat baik tadi bisa lebih mudah diterjemahkan dalam arah kebijakan dan pelaksanaan yang berdampak.

Ketiga, niat baik akan menjadi gerak nyata bila dipimpin oleh teladan.

Pimpinan instansi harus menjadi imam dalam “muhasabah berjamaah” ini. Walk the talk, bukan sekadar omon-omon. Keteladanan ini lebih krusial lagi bagi instansi pembina, yang selama ini menjadi arsitek dari berbagai sistem penilaian. Jangan sampai justru terkesan jarkoni, iso ngajar, ora iso nglakoni (bisa ngajarin, ngga bisa ngelakuin)

Keempat, investasi dalam kompetensi dan integritas.

Reformasi sejati tak akan lahir tanpa peningkatan kapasitas evaluator dan pelaksana di semua tingkatan. Evaluasi yang bermakna harus cermat, jujur, kontekstual, dan paham betul makna di balik definisi. Tanpa kompetensi, evaluasi hanya menjadi cermin buram,memantulkan angka, tapi gagal menunjukkan wajah asli birokrasi.

Kelima, kita perlu alat ukur yang bebas dari cacat logika.

Evaluasi harus lebih menekankan pada dampak dan hasil nyata yang dirasakan oleh masyarakat atau pemangku kepentingan, bukan hanya pada kelengkapan dokumen atau rekaman aktivitas. Kesadaran ini sebenarnya mulai tumbuh, misal terlihat dari jargon “RB berdampak”. 

Sayangnya, kertas kerja muhasabah malah ditambah, bukan diubah. Ke depan, kriteria dan pembuktian harus disederhanakan, disesuaikan dengan tujuan perbaikan dan konteks masing-masing instansi, agar tidak menjadi daftar uji administratif yang mudah dimanipulasi.

Keenam, muhasabah menuntut istiqomah

Atau dengan kata lain, ketekunan, komitmen, dan konsistensi. Alat ukur paling canggih dan kekinian pun niscaya kehilangan daya jika tidak diiringi dengan mekanisme tindak lanjut yang nyata, sistematis, dan berkelanjutan. 

Untuk itu, dibutuhkan alat bantu pelacakan substantif: memastikan janji perbaikan benar-benar ditunaikan, bukan sekedar centang hijau,sudah, belum, atau dalam proses perbaikan. Dan misalnya ada salah desain hingga perubahan tidak membawa hasil yang diharapkan, maka diperlukan keberanian untuk mengubah haluan sesuai pencerahan empiris yang terpetakan.

Banjir indeks memang fenomena yang tak terhindarkan dalam aliran reformasi birokrasi negeri ini. Tapi di tengah derasnya arus itu, kita selalu punya pilihan: membiarkannya menjadi ritual penanggulangan bencana tahunan yang melelahkan dan kehilangan makna, atau mengubahnya menjadi hujan rahmat,yang menyuburkan tanah kesadaran, menyemai benih-benih perubahan.

Jadikan tulisan ini sebagai panggilan bagi semua yang terlibat dalam denyut nadi birokrasi: mari kita kembalikan ruh penilaian mandiri sesuai dengan semangat asli muhasabah. Untuk lebih jujur melihat diri, lebih rendah hati menerima kritik, dan lebih berani melangkah ke depan. Bukan sekadar mengumpulkan bukti, tapi membuktikan perbaikan.

Meski perlahan, meski tidak langsung mendapat tepuk tangan.

 oleh by Ditya Permana

 

Share:

ASN, Agama, Etika, dan Malu: Mungkinkah Bersatu dalam Tugas?

 
 
Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah wajah negara. Ia berada di garis depan, melayani rakyat, menjalankan kebijakan, dan menjaga kepercayaan publik. Bukan sekadar pekerja administrasi, melainkan pelayan masyarakat yang memikul misi keadilan dan kemanusiaan. 

Undang-Undang ASN menegaskan pentingnya integritas, netralitas, dan profesionalisme. Namun, bagaimana nilai-nilai itu tetap hidup di tengah tekanan jabatan dan godaan kekuasaan?

Menjadi ASN bukan hanya tentang bekerja,
melainkan juga soal amanah dan pengabdian. Ketahanan nilai-nilai internal seperti agama, etika, dan rasa malu menjadi fondasi karakter ASN yang bertanggung jawab dan berintegritas. 

Tapi dalam praktiknya, ketiganya kerap tergerus oleh budaya kerja yang permisif atau lingkungan yang abai terhadap nilai. Pertanyaannya, mungkinkah nilai-nilai tersebut tetap hidup dalam diri seorang ASN?

Agama sebagai Fondasi Moral

Profesionalisme birokrasi sering diukur dari kepatuhan pada prosedur. Namun di balik itu, ASN memerlukan fondasi yang lebih dalam: moralitas dan spiritualitas. 

Agama mengajarkan nilai-nilai universal seperti kejujuran, keadilan, amanah, dan niat ikhlas. ASN yang menjadikan agama sebagai pedoman moral akan memaknai pekerjaannya sebagai ibadah sosial.

Ia tidak memanipulasi data, tidak mengambil yang bukan hak, dan melayani masyarakat dengan hati. ASN seperti ini sadar bahwa setiap keputusan akan dipertanggungjawabkan, bukan hanya kepada atasan, tetapi juga kepada Tuhan. 

Dalam dirinya, agama melahirkan suara hati yang menjadi pagar moral—bahkan saat tidak ada yang mengawasi.

Integritas dari Kesadaran Iman

Integritas bukan sekadar tampilan luar, melainkan keselarasan antara niat, ucapan, dan tindakan. ASN yang beriman akan menjaga dirinya, karena tahu ada yang lebih tinggi dari kamera pengawas: Tuhan. 

Kontrol internal seperti ini lebih kuat dibanding sanksi eksternal. ASN seperti ini bekerja bukan karena takut hukuman, tapi karena dorongan moral untuk memberi manfaat bagi sesama.

Agama juga menanamkan rasa tanggung jawab sosial. ASN tak hanya bekerja demi gaji atau pangkat, tapi karena ingin memberi maslahat. Ia menjaga keadilan, menghormati orang lain, dan menghindari perilaku menyimpang bukan karena takut ketahuan, tapi karena tidak ingin mengkhianati amanah.

Etika sebagai Penuntun Profesionalisme

Etika adalah kesadaran untuk bertindak benar—bukan karena aturan semata, tapi karena tanggung jawab pribadi. Dalam pelayanan publik, etika menjadi kompas moral. 

Masyarakat bukan objek, tetapi subjek yang harus dilayani dengan hormat, adil, dan empatik. Tanpa etika, pelayanan menjadi sumber ketidakadilan.

Etika mengarahkan ASN agar tidak menyalahgunakan wewenang, tidak tunduk pada tekanan, dan tetap menjunjung profesionalisme. ASN yang etis bersikap transparan, jujur dalam pelaporan, serta sopan dalam komunikasi. 

Ia tidak menyembunyikan informasi penting, tidak memperkaya diri, dan selalu menempatkan kepentingan publik di atas segalanya.

Kode etik ASN menegaskan larangan penyalahgunaan jabatan dan keberpihakan. Namun lebih dari itu, etika sejati hidup dalam hati ASN: jujur, adil, dan peduli. 

Etika menjadikan ASN bukan sekadar “pekerja”, tapi panutan yang menjaga marwah institusi. Etika yang konsisten akan menciptakan budaya organisasi yang sehat, terutama jika dimulai dari keteladanan pimpinan.

Malu sebagai Kontrol Sosial yang Halus tapi Kuat

Dalam birokrasi, pengawasan formal memang penting, namun ada satu bentuk kontrol sosial yang lebih dalam: rasa malu. Malu bukan karena takut dihukum, tapi karena enggan mengecewakan kepercayaan. 

ASN yang punya rasa malu akan menjaga sikap meski tak diawasi. Ia tahu, pelanggaran kecil bisa merusak martabat besar.

Malu adalah suara hati yang tak terdengar, tapi berdampak nyata. ASN yang memiliki rasa malu tidak sekadar menjalankan aturan, tapi menjaga nama baik dirinya, keluarganya, dan institusinya. Rasa malu ini mencegah penyimpangan bahkan sebelum tindakan itu terjadi.

Budaya Malu sebagai Penguat Integritas

Untuk menciptakan birokrasi yang bersih dan melayani, kita tidak cukup mengandalkan sistem formal. Kita perlu membangun budaya malu secara kolektif. Rasa malu yang sehat dan harus dibangun, diwujudkan dan dibudayakan oleh ASN dalam bentuk adalah sebagai berikut:

  • malu datang terlambat atau pulang sebelum waktunya atau menghilang pada jam kerja.
  • malu tidak bekerja pada jam kerja.
  • malu berpura-pura sibuk padahal tidak bekerja.
  • malu menolak melayani masyarakat dengan baik.
  • malu melakukan pungutan liar atau mengambil sesuatu yang bukan haknya meskipun bisa dilakukan diam-diam.
  • malu mengkhianati sumpah jabatan.
  • malu berbuat curang. 
  • malu mengecewakan atau menyia-nyiakan kepercayaan masyarakat, 
  • malu bekerja tidak maksimal, 
  • malu melanggar kode etik profesi, dan lain-lain.
  • malu pada Tuhan dan diri sendiri.

Dalam lingkungan ASN, rasa malu yang terinternalisasi mendorong seseorang untuk bertanggung jawab atas tugasnya, bahkan tanpa diperintah, bekerja dengan jujur, meskipun tanpa pengawasan, menolak segala bentuk penyimpangan.

Budaya malu bukan soal gengsi, melainkan ekspresi kesadaran moral. ASN yang malu melanggar aturan bukan karena takut dicopot, tapi karena ingin menjaga harga diri. Budaya malu ini, jika tertanam dalam birokrasi, akan menjadi tameng dari dalam—membentuk karakter ASN yang bertanggung jawab dan berintegritas.

Ia tahu bahwa jabatan adalah amanah. Ia sadar bahwa setiap kesalahan akan berbalik kepada diri dan institusinya. Ia memilih untuk menjaganya, bukan karena takut dihukum, tapi karena tak ingin kehilangan kehormatan. 

Tantangan terhadap Nilai-Nilai Nurani

Nilai keberagamaan menghadapi tantangan dari sekularisasi ruang kerja—banyak ASN merasa nilai spiritual tak relevan di kantor. Praktik kerja jadi rutinitas kering makna, ibadah dianggap urusan pribadi. Akibatnya, keberagamaan kehilangan daya dorongnya dalam pelayanan publik.

Dalam hal etika, tantangannya adalah tekanan target
dan pragmatisme yang membuat proses sering diabaikan demi hasil. Minimnya keteladanan dari pimpinan membuat bawahan bingung menentukan sikap. Etika pun sering tumbang oleh kepentingan kelompok atau kompromi yang tak sehat.

Rasa malu juga kian memudar. Pelanggaran dianggap biasa. ASN yang bekerja jujur tak dihargai, yang menyimpang tak ditegur. Bahkan, akal-akalan terhadap sistem justru dianggap cerdik. Jika dibiarkan, ini berbahaya: rusaknya budaya kerja dimulai dari lunturnya rasa malu.

Menghidupkan Kembali Tiga Pilar Nurani ASN

Agar nilai-nilai ini kembali hidup, perlu penguatan berkelanjutan:

  • Spiritualitas: pembinaan rohani semua agama secara rutin, bukan hanya seremonial. Tanamkan bahwa bekerja adalah bagian dari ibadah.
  • Etika kerja: sosialisasi kode etik yang dikaitkan dengan praktik harian. Beri penghargaan pada ASN yang menunjukkan sikap etis dalam dilema nyata.
  • Budaya malu: bangun komunitas integritas, dorong refleksi moral, dan jadikan kejujuran sebagai sumber kebanggaan, bukan hanya capaian kinerja.


Apakah Mungkin Ketiganya Bersatu dalam Tugas ASN?

Jawabannya: mungkin, tapi tidak otomatis. Dibutuhkan usaha sadar. ASN yang kuat agamanya akan melihat tugas sebagai amanah. ASN yang beretika akan lebih adil dalam mengambil keputusan. 

ASN yang punya rasa malu akan menjaga integritas bahkan saat pengawasan lemah. Ketiganya, jika bersatu, akan melahirkan ASN yang bekerja dengan hati dan nurani.

Tantangan terbesar adalah menjaga konsistensi. Godaan jabatan, tekanan atasan, dan budaya permisif bisa menggerus nilai-nilai ini. Tapi jika ada pembinaan terus-menerus, keteladanan pimpinan, dan lingkungan yang mendukung, tiga pilar ini bisa tumbuh dan menjadi karakter ASN sejati.

Di tengah rendahnya kepercayaan publik dan kritik terhadap birokrasi, ASN perlu kembali pada nilai-nilai dasar: agama, etika, dan rasa malu. Tiga pilar ini bukan nilai usang, justru menjadi kebutuhan di tengah kompleksitas tugas ASN hari ini.

ASN hebat bukan hanya yang cakap kerja, tapi juga yang tetap lurus saat yang lain mulai menyimpang. Dengan memperkuat nilai-nilai ini, kita tidak hanya membentuk ASN yang patuh prosedur, tapi ASN yang berjiwa luhur. 

Bekerjalah dengan hati, karena bangsa besar dibangun bukan hanya oleh sistem, tapi oleh manusia-manusia bermoral tinggi.

 
Muhamad Yunus Subrata Jakarta 
Share:

Wakil Bupati (Wabup) Serang Najib Hamas Peringatan Hari Lingkungan Hidup

 

 SERANG KONTAK BANTEN – Wakil Bupati (Wabup) Serang Najib Hamas, ‘menyentil’ Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Serang, saat acara peringatan Hari Lingkungan Hidup, di ruang TB Suwandi Setda Kabupaten Serang, Selasa (29/7/2025). Karena kegiatan tersebut, tidak sejalan dengan tema, yaitu ‘Hentikan Polusi Plastik’.

“Tadi (pada saat acara peringatan hari lingkungan hidup,red), masih ada minum kemasan plastik. Tapi, 70 persen sudah sesuai dengan tema,” kata Najib, saat ditemui usai acara.

Namun demikian, Najib mengajak seluruh masyarakat, DLH, para Camat, perusahaan dan pegiat lingkungan, untuk mengkampanyekan pengurangan sampah plastik. Karena plastik ini, merupakan sampah yang tidak dapat diproses ke alam.

“Mudah – mudahan, kalau semua semangat dan sadar terhadap bahaya sampah plastik, mudah – mudahan Kabupaten Serang kedepan lebih sehat lagi,” tuturnya.

Sementara, pada kesempatan tersebut Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Serang, Yadi Priyadi Rochdian, menyampakkan pada hari lingkungan hidup ini memang memiliki tema yaitu ‘Hentikan Polusi Plastik’. Dimana plastik ini, merupakan sampah yang sulit diurai.

Kata Yadi, untuk mengatasi permasalahan sampah plastik ini, pihaknya didukung oleh industri, komunitas untuk mengurangi sampah plastik. Salah satu upayanya, dengan melakukan pemilahan untuk selanjutnya di daur ulang .

“Salah satunya membuat Ecobrick, jadi plastik plastik ini kita bagaimana caranya dikembangkan menjadi yang bermanfaat, sehingga polusi plastik berkurang,” tuturnya.

Soal kondisi sampah plastik di Kabupaten Serang saat ini, diakui Yadi, dimana – mana memang plastik cukup banyak. Kemudian penggunaannya cukup tinggi.
Share:

Selamat HUT Byangkara Ke 79

Selamat HUT Byangkara Ke 79

DPRD KAB SERANG SELAMAT HUT BYANGKARA KE 79

DPRD KAB SERANG SELAMAT HUT BYANGKARA KE 79

BERBUAT BAIKLAH SESUNGUHNYA UNTUK DIRI KITA

BERBUAT BAIKLAH SESUNGUHNYA UNTUK DIRI KITA

DINAS PENDIKAN BANTEN SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL

DINAS PENDIKAN BANTEN SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL

Silakan Klik Kerja sama Publikasi

MOTO KAMI


Cermat Cerdas Tepat Dalam Informasi Menjadi Media Inpendent Berita Tanpa Intervensi

Unsur Pimpinan DPR RI 2024 2029

Ucapan Selamat Pelantikan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Serang

Ucapan Selamat Pelantikan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Serang

PT KONTAK MEDIA PERSADA GROUP KLIK

Aku Tahu Apa Yang Kau Suka ?

Aku Tahu Apa Yang Kau Suka ?

Hidup Untuk Saling Melindungi Bukan Saling Melukai

Hidup Untuk Saling Melindungi Bukan Saling Melukai

BUMN PEDULI BANGSA

BUMN PEDULI BANGSA

Penawaran Kerja Sama

TV KONTAK BANTEN

KEMENTRIAN SEKRETARIS NEGARA

KEMENTRIAN SEKRETARIS NEGARA

Hari Amal Bhakti ke 78 Bakti Untuk Negeri

Hari Amal Bhakti ke 78 Bakti Untuk Negeri

FORUM UNIVERSITAS TRISAKTI

FORUM UNIVERSITAS TRISAKTI
Media yang kuat butuh rakyat yang terlibat, mengelola kebebasan dengan bertanggung jawab._ Najwa Shihab

SILAKAN PASANG IKLAN KLIK

IBU KOTA NUSANTARA

IBU KOTA NUSANTARA

KONTAK MEDIA GROUP

BACA BERITA BIKIN PAS DI HATI YA DI SINI !!

INFO CPNS DAN PPPK 2025 KLIK

PESAN MAKANAN ENGAK RIBET

MOTO KAMI


BERBUAT BAIK TERHADAP SESAMA SESUNGGUHNYA UNTUK KEBAIKAN DIRI KITA

KEMENTRIAN HUKUM DAN HAM

KEMENTRIAN HUKUM DAN HAM

INFO DEWAN PERWAKILAN RAKYAT (DPR) RI

KEMENTRIAN BUMN

KEMENTRIAN BUMN

SELAMAT HARI ADIYAKSA KE 62

SELAMAT HARI ADIYAKSA KE 62

Jadikan Kritik Masyarakat Sebagai INTROPEKSI

Jadikan Kritik Masyarakat Sebagai INTROPEKSI

ENERGI KOLOBORASI

ENERGI KOLOBORASI

Bergerak TAK TERBATAS

Bergerak TAK TERBATAS

KELUARGA BESAR KEJAKSAAN RI

KELUARGA BESAR KEJAKSAAN RI

SENYUM ADALAH IBADAH

SENYUM ADALAH IBADAH

SELAMAT DAN SUKSES

SELAMAT DAN SUKSES

Bergerak Tumbuh Bersama

Bergerak Tumbuh Bersama

SELALU BERBUAT UNTUK BANGSA

AWAS BAHAYA LATEN KORUPSI

AWAS BAHAYA LATEN KORUPSI

Kata Motifasi Koran Kontak Banten

Kata Motifasi Koran Kontak Banten

Mau Kirim Tulisan Artikel Klik aja

MOTO KAMI


Sekecil APAPUN Yang Anda Perbuat Akan Menjadikan Cermin Kami untuk Maju

BARCODE INFO KERJA KLIK

Silakan Pesan Buku Catatan Kehidupan Ali

Berita Populer

INFO KPK

INFO KEJAKSAAN RI

Bergerak Kita Bangkit untuk Indonesia

Bergerak Kita Bangkit untuk Indonesia

BERIKAN SENYUM UNTUK MU INDONESIA

BERIKAN SENYUM UNTUK MU INDONESIA

BANGKIT LEBIH KUAT

BANGKIT LEBIH KUAT

AYO SELAMATKAN BUMI KITA

AYO SELAMATKAN BUMI KITA

PRAJA MUDA JIWA MUDA

PRAJA MUDA JIWA MUDA

Hati Nurani Tidak Ada Dalam Buku Tapi Ada di Hati

Hati Nurani Tidak Ada Dalam Buku Tapi Ada di Hati

BERGERAK DAN BERGERAK

Seputar Parlemen

INFO KPK JAKARTA

INFO ICW NASIONAL KLIK

Salam Damai Untuk Indonesia

Layanan Kota Tangerang Selatan BPHTB

Kementrian

Susunan Redaksi

Kementrian PU

Support