
Lebak-Wisatawan yang mengunjungi 23 obyek wisata di Kabupaten Lebak sejak
Januari hingga awal pekan Desember 2016 mencapai 319.118 orang."Kami
optimistis target pengunjung wisatawan tahun 2017 mencapai 500.000
orang bisa direalisasikan," kata Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda
Olahraga Budaya dan Pariwisata, Kabupaten Lebak, Oktavianto Arief di
Lebak, Kamis.Pemerintah daerah terus mengoptimalkan promosi-promosi pariwisata Kabupaten Lebak melalui pameran maupun media.Promosi tersebut untuk mendongkrak kunjungan wisatawan sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat.Selama ini, kata dia, kunjungan wisatawan di Kabupaten Lebak mulai bangkit setelah dilakukan pembangunan infrastuktur."Kami
berharap Lebak ke depan menjadikan daerah wisatawan karena lokasinya
berdekatan dengan DKI Jakarta dan Jawa Barat," katanya.Menurut
dia, dari 319.118 wisatawan yang berkunjung ke-23 destinasi wisata di
Kabupaten Lebak sebagian besar pantai pesisir selatan dan budaya Baduy.Kebanyakan wisatawan itu dari sejumlah daerah di Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten.Mereka para pengunjung itu memadati sejumlah objek wisata pada liburan sekolah, peringatan hari keagamaan dan akhir pekan."Kami yakin potensi wisata Lebak tidak kalah dengan daerah lainnya di Banten maupun DKI Jakarta," katanya.Ia
juga mengatakan, pemerintah daerah mengembangkan Pantai Sawarna agar
menjadikan objek wisata yang bisa menarik wisatawan domistik maupun
mancanegara.Kelebihan Pantai Sawarna itu karena memiliki gelombang cukup tinggi sehingga cocok dikembangkan sebagai wisata selancar.Kawasan
Pantai Sawarna yang kerap menjadi tempat berselancar antara lain Pantai
Ciantir, Pantai Tanjung Layar, Pantai Karang Bokor, Pantai Karang
Seupang, Pantai Karang Taraje, Pantai Legon Pari, dan Pantai Pulo Manuk.Selain itu juga terdapat objek wisata goa, seperti Goa Lalay dan Goa Langir."Kami
terus mendorong objek wisata Pantai Sawarna bisa mendunia, sehingga
dapat menghasilkan pendapatan asli daerah (PAD)," ujarnya.Ia juga menyebutkan objek wisata lainya adalah Suku Baduy yang hingga kini masih mempertahankan budaya leluhur mereka.Mereka menolak hidup modernisasi, seperti televisi, radio, naik kendaraan, jalan beraspal, rumah bertembok dan sepatu.Oleh
sebab itu, kata dia, hingga kini kawasan Baduy yang tinggal di
Pegunungan Kendeng dengan jumlah penduduk sebanyak 10.500 jiwa tidak
bisa dilintasi berbagai jenis angkutan."Kami
tidak bisa membangun kawasan Baduy, karena bertentangan dengan adat
budaya mereka. Itu menjadikan kesulitan bagi pemerintah daerah,"
ujarnya.
0 comments:
Post a Comment