Sejatinya yang menjadi pemimpin adalah orang yang terbaik di negeri ini. Baik kepribadiannya, baik kemampuan memimpinya dan juga baik pemahaman agamanya. Memimpin bukanlah pekerjaan |
Sejatinya yang menjadi pemimpin adalah
orang yang terbaik di negeri ini. Baik kepribadiannya, baik kemampuan
memimpinya dan juga baik pemahaman agamanya. Memimpin bukanlah pekerjaan
mudah. Tidak bisa jika hanya mengandalkan semangat yang membara dan
harta yang melimpah apalagi hanya sekedar bermodalkan wajah atau
popularitas melalui media masa. Namun memimpin merupakan kerja besar dan
luar biasa yang hanya bisa diemban oleh “orang besar” dan orang yang
“luar biasa “ juga. Maka tidak semua orang yang bisa dan mampu menjadi
pemimpin karena begitu besarnya amanah dan begitu beratnya
pertanggungjawabannya pada rakyat dan Tuhannya.Di
negeri ini, banyak orang yang berminat dan berambisi menjadi pemimpin.
Mereka berusaha mengambil hati rakyat dengan slogan-slogan indah dan
memesona. Seperti slogan “ Pembela wong cilik”, “ Pembawa Pembaharuan” ,
”Penyambung suara rakyat” dan banyak lagi slogan yang memikat namun itu
hanya ada sebelum mendapat suara , setelah menjabat, mereka lupa dengan
slogan yang selama ini didendangkan – sibuk berpikir mengembalikan
biaya besar yang dikeluarkannya. Selama kampanye, mereka berusaha dekat
dengan rakyat, suka menyapa, membantu kesulitan dengan pembagian
sembako, lantang menyuarakan kepahitan rakyat bahkan rajin datang ke
rumah ibadah untuk mendapatkan simpati massa.Tetapi ketika kursi jabatan
sudah ditangan dan kekuasaan sudah dalam gengaman, kebiasaan mulia ini
secara perlahan hilang dalam kehidupannya. Begitulah kebanyakan pemimpin
zaman sekarang yang hanya butuh rakyat pada saat tertentu saja. Maka
tipe pemimipin semacam ini tidak bisa diharap untuk mengubah nasib
rakyat.Model pemimpin mana yang
dibutuhkan rakyat? Yang dibutuhkan rakyat saat ini adalah pemimpin
sejati- pemimpin yang memahami makna kepemimpinan, kewajiban dan
tanggung jawabnya dalam memimpin. Berusaha untuk melaksanakan amanah
kepemimpinan dengan baik dan benar sebagai wujud kesetiaan pada rakyat.
Ketika dirinya dipilih menjadi pemimpin, dia tidak berpesta pora bak
seorang olah ragawan merayakan kemenangan atau syukuran kebahagian
seperti artis yang berhasil meraih piala citra. Namun justru dirinya
tidak terlalu menampakkan kebahagian sembari memohon pada yang Maha
Kuasa untuk membantu dirinya melaksanakan amanah. Menjadi peminpin bagi
dirinya adalah sebagai sarana ibadah dan panggilan jiwa untuk bisa
berbuat membangun negeri tercinta.Pemimpin
yang sejati adalah pemimpin yang tidak mementingkan diri pribadi dan
kelompok atau partainya tetapi mengutamakan kepentingan rakyat yang
dipimpinnya. Ketika amanah sudah dipundak maka baju partai dibukanya dan
atribut politik disimpannya. Dirinya siap meninggalkan jabatan
tertinggi di partainya dan berkonsentrasi memangku jabatan penuh dari
rakyat sebagai bentuk kesungguhannya dalam mengemban amanah rakyat.
0 comments:
Post a Comment