SERANG, (KB).-Menteri Pendidikan dan Kebudayan (Mendikbud), Muhadjir Effendy
meninjau simulasi pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di
SMKN 1 Kota Serang, Senin (20/2/2017).Dalam kesempatan tersebut,
Muhadjir Effendy mengatakan, peninjauan simulasi pelaksanaan UNBK di
SMKN 1 Kota Serang bertujuan untuk mengetahui kesiapan sekolah di Banten
dalam mengikuti UNBK. "Ternyata sudah sangatlah baik, dan persediaan
sarana prasarana sudah memadai. Kalau hasil peninjauan ini sangatlah
baik, dan sudah memadai," katanya.Pelaksanaan UN dengan UNBK
diharapkan bisa mengurangi ulangan berbasis kertas. Bahkan dengan UNBK
siswa akan lebih familiar dengan kemajuan teknologi. "SMA dan SMK di
Banten sudah sampai 80 persen siap melaksanakan UNBK sendiri, dan dengan
peninjauan begitu ketahuan berapa kebutuhan untuk pelaksanaan UNBK,"
ujarnya.Sekretaris Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Banten, Ardius
Prihatono mengapresiasi kunjungan Mendikbud yang telah meninjau langsung
pelaksanaan simulasi UNBK di SMKN 1 Kota Serang. "Karena dengan
kunjungan ini Mendikbud dapat mengetahui kondisi persiapan UNBK di
Banten," ucapnya. Sebelum meninjau simulasi UNBK, Muhadjir memberikan
kuliah umum dalam acara Rakornas Ikatan Mahasiswa Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Seluruh Indonesia (Imakipsi) di Auditorium Gedung B Kampus A
Untirta. Ia mengatakan, anggaran pendidikan Rp 416 triliun dari amanat
20 persen belum secara maksimal mampu menyentuh perbaikan fasilitas
pendidikan seperti sekolah roboh. Menurut mantan Rektur UMM ini, hal
tersebut dikarenakan jumlah anggaran tersebut bukan hanya dikelola oleh
Kemendikbud saja, melainkan disebar ke 19 kementerian dan lembaga dengan
nama anggaran fungsi pendidikan. "Jadi anggaran pendidikan itu
seutuhnya bukan hanya dikelola oleh Kemendikbud tapi disebar ke 19
Kementerian dan lembaga dengan nama anggaran fungsi pendidikan,"
katanya.Tiga Kementerian yang mendapatkan dana fungsi pendidikan yaitu
Kementerian Agama sebesar Rp 50 triliun, Kemendikbud Rp 39 triliun atau 9
persen, dan Kementerian Ristek Dikti sekitar Rp 38 triliun. Khusus
Kemendikbud, dana Rp 39 triliun dialokasikan untuk Kartu Indonesia
Pintar (KIP) sebesar Rp 10 triliun, tunjangan profesi guru sebesar Rp 5
triliun, serta gaji guru dan pegawai kementerian sebesar Rp 4 triliun.
"Jadi dihitung untuk bantu sekolah roboh enggak sampai Rp 24 triliun.
Makanya saya agak prihatin anggaran pendidikan naik, tapi pendidikan
nggak maju," ucapnya. Paling besar dari dana tersebut dialokasikan ke
daerah melalui Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK),
jumlahnya 65 persen. "Yang paling besar turun ke daerah menjadi DAK dan
DAU. Di antara Kementerian, Kemenag kebagian paling besar yaitu mencapai
Rp 50 triliun lebih, karena Kemenag masih terpusat, seperti
sekolah-sekolah madrasah yang semuanya diurus langsung oleh pusat,"
ujarnya.Menurut dia, daerah memiliki tanggung jawab untuk melakukan penguatan
pendidikan, karena daerah mendapatkan alokasi dana paling besar dari
anggaran pendidikan. Jika dibebankan kepada pusat dananya tidak memadai.
"Penguatan pendidikan harusnya dimulai dari level daerah karena dana
yang diterima besar, kalau dibebankan ke level pusat lihat saja
anggarannya," ujarnya. Menurutnya, daerah memiliki tanggung jawab yang
besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Selain peningkatan
kualitas pendidikan juga menjadi tanggung jawab guru. "Guru sebagai
orang yang paling bertanggung jawab terhadap peningkatan kualitas
pendididikan," ucapnya. Saat ini perbandingan rasio antara guru dan
siswa di Indonesia sudah cukup baik, namun ada yang masih menjadi
problem yaitu masih banyaknya kualitas guru yang rendah atau tidak
memenuhi kompetensi. "Perbandingan sudah cukup bagus namun dari segi
kualitas yang masih harus ditingkatkan," tuturnya.
0 comments:
Post a Comment