LEBAK – Tujuh rumah di Kecamatan Sobang, dan Kecamatan
Lebak Gedong, Kabupaten Lebak, hancur tertimpa longsor, Sabtu (4/2).
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lebak
Kaprawi mengatakan, longsor yang terjadi di Desa hariang, Kecamatan
Sobang akibat tebing yang di wilayah tersebut bergeser yang akhirnya
longsor dan menimpa empat rumah milik Rapin, Sarman,Dede dan Anang. Begitu juga longsor yang terjadi di Kampung Bojong
Sarung, Desa Lebak Gedong, Kecamatan Lebak Gedong yang merusak tiga
rumah warga milik Ijah, Ami dan Bahri yang diakibatkan tebing yang
longsor dan menimpa rumah mereka. “Memang daerah tersebut merupakan
daerah bertebing dengan kondisi yang sudah kritis karena pohon-pohon
besar sebagai penyerap air sudah mulai berkurang,” kata Kaprawi, kepada
Banten Raya, Minggu (5/2).BPBD telah menyalurkan bantuan kepada
korban. "Yang menjadi prioritas dalam penanganan bencana adalah
meminimalisir jatuhnya kerban, serta menyalurkan logistic makanan agar
tidak terjadi kelaparan akibat bencana,” ujarnya.Ia mengimbau
warga mewaspadai cuaca ekstrem beberapa pekan ke depan. Terpisah, sebuah
rumah di Kampung Babadan RT 6 RW 02 Kelurahan Terumbu, Kecamatan
Kasemen, Kota Serang, ambruk kemarin siang. Dua penghuni rumah yang
sedang berada di dalamnya, yaitu Bahro (50 tahun) dan Irfan (16 tahun)
terluka karena tertimpa atap dan dinding yang ambruk. Haji
Muhari (1938), sesepuh Kampung Babakan, mengatakan bahwa saat kejadian
ia sedang berada di ruang tengah rumah Bahro. Dari tempat ia duduk dan
tembok roboh hanya berjarak sekitar tiga meter. Sebetulnya ia mengaku
mendengar suara derit dari atap tetapi saat itu tidak disangka suara itu
sebagai pertanda bahwa atap dan dinding akan roboh. "Tembok ambruk
nimpa dapur dan tempat tidur sampe acak-acakan," kata Muhari kepada
Banten Raya, Minggu (5/2). Muhari menyatakan bahwa sebelum atap
dan dinding ambruk Bahro sedang memasak nasi untuk para petukang yang
akan makan siang di dapur rumahnya. Para petukang itu berada di rumahnya
karena sedang memperbaiki dinding rumahnya yang mulai aus. Tak disangka
dinding dapur yang membatasi ruang tengah itu malah kemudian ambruk. Ia
menyaksikan sebelumnya dinding dapur itu sedang diketuk-ketuk karena
akan dibuat menjadi pintu yang baru. "Kejadiannya sekitar jam 11.30,"
katanya. Batu bata yang berasal dari dinding yang ambruk dan
bambu setra genting dari atap rumah menimbun sebagian besar tubuh Bahro.
Yang masih bisa dilihat hanya kepala Bahro. Kepala Bahro penuh darah
akibat benturan benda keras. Paku besar bahkan tertancap di tengkuknya.
Muhari mengaku kondisi Bahro saat itu sangat memprihatinkan. Setelah
kejadian itu ia memanggil tetangga dan orang-orang yang ada di
sekitar untuk menolongnya mengeluarkan Bahro dari reruntuhan. Ia
memperkirakan nyawa Bahro tidak akan tertolong bila tidak segera
dikeluarkan dari reruntuhan. "Setengah jam lagi aja udah itu," katanya
seraya menambahkan warga dengan susah payah mengeluarkan tubuh Bahro
dari puing-puing reruntuhan. Muhriji, adik kandung Bahro,
mengaku saat kejadian juga berada di ruang tengah bersama dengan Muhari.
Ia sebelum kejadian hanya melihat-lihat para tukang yang sedang bekerja
memperbaiki dinding samping rumahnya. Dan tidak disangka ketika itu
tembok seketika ambruk dan menimpa kakak perempuannya. “Setelah
dikeluarin (dari reruntuhan) langsung dibawa ke rumah sakit umum (RSUD
Drajat Prawiranegara),” katanya. Lurah Terumbu M Aeni mengaku
sudah mengetahui informasi ambruknya rumah warga tersebut. Namun sejak
kemarin ia sedang berada di Bandung bersama camat dan pengurus PKK.
Meski demikian ia berjanji setelah pulang dari Bandung akan segera
mengunjungi lokasi bencana dan akan melaporkannya ke Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kota Serang. “Saya akan laporkan ke BPBD
insya allah Selasalah,” katanya.
0 comments:
Post a Comment