Sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Mathlaul Anwar yang berlokasi di
Desa Susukan, Kecamatan Tirtayasa kondisinya cukup memprihatinkan.
Bagaimana tidak, ruang kelas yang biasa digunakan murid kelas 4, 5, dan 6
kondisi dindingnya sudah dipenuhi banyak lubang, bahkan plafonnya ada
beberapa yang bolong. Ironisnya, demi perbaikan dan kenyamanan ruang
kelas, pihak sekolah harus rela utang kepada pihak material.
Kepala Sekolah MI Mathlaul Anwar, Marlina mengatakan, sekolahnya
tersebut telah berdiri sejak 1971. Di sekolahnya tersebut terdapat tiga
lembaga pendidikan, yakni Raudatul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah
(MI), dan Madrasah Tsanawiyah (MTs). Namun saat ini, kondisi sekolahnya
sedang memerlukan bantuan rehab. Sebab, beberapa bagian bangunannya
sudah rusak. “Perlu perbaikan atap, kusen, dan juga pintu yang sudah
pada rusak,” katanya n saat ditemui di ruangan, Kamis
(27/7/2017).
Ia menuturkan, rusaknya beberapa bagian ruang kelasnya tersebut sudah
terjadi cukup lama, sejak dia masuk menjadi kepala sekolah pada 2015
lalu. Akibatnya, banyak murid yang sering tidak nyaman saat sedang
belajar, terlebih jika kondisi hari sedang turun hujan. “Enggak konsen
katanya belajar kalau hujan, karena banjir masuk ke ruangan. Airnya
sampai semata kaki tiap kali hujan itu, karena atapnya bocor,” ujarnya.
Anak-anak didiknya juga banyak yang serngkali bertanya pada dia
terkait kapan sekolahnya akan mendapatkan perbaikan. Ia seringkali
terenyuh dengan pertanyaan anak didiknya tersebut. Karena, hal tersebut
lah kemudian dia berinisiatif mengumpulkan uang sumbangan dari walimurid
dan terkumpul Rp 5 juta rupiah. Berbekal uang sumbangan tersebut,
akhirnya dia memberanikan diri untuk mendatangi toko material. Beruntung
pemilik material tersebut bersedia memberikan pinjaman untuk rehab
tersebut. “Soalnya saya suka sedih, makanya kami datang ke material
bagaimana caranya dengan uang segitu kami bisa dapat (rehab), untung ada
material yang mau mengutangkan,” ucapnya.
Namun, uang Rp 5 juta tersebut nyatanya masih jauh dari cukup. Sebab,
untuk biaya material setidaknya membutuhkan uang sebesar Rp 20 juta
rupiah, ditambah uang untuk membayar para tukang yang bekerja. “Sama
tukang itu hampir Rp 20 juta dan belum terbayar. Tapi, sekarang masih
bingung bagaimana pelunasannya, karena ada perjanjian Agustus nanti
harus bayarnya. Mungkin gali lubang tutup lubang,” tuturnya.
Ia menuturkan, sejak 2015 lalu, sekolahnya tersebut memang sudah
banyak mengalami kerusakan. Total ruang kelas di sekolahnya ada 6 kelas
dengan total murid sebanyak 106 orang. Ada sekitar 30 orang tenaga
pengajar di sekolahnya tersebut. Dari 6 ruang kelas tersebut, 3 di
antaranya sudah mengalami kerusakan. “Yang kemarin diperbaiki itu ruang
kelas 4, 5, dan 6,” katanya. Meskipun sudah bersusah payah untuk
melakukan perbaikan, namun nyatanya sampai saat ini kondisi ruang
kelasnya juga masih banyak yang belum memadai. Meja dan kursinya juga
masih jauh dari kata nyaman.
“Meja kursinya sudah banyak yang rusak juga itu paling ditambal dan di paku lagi,” ujarnya.
“Meja kursinya sudah banyak yang rusak juga itu paling ditambal dan di paku lagi,” ujarnya.
Pihaknya sudah pernah mengajukan bantuan ke pihak Kementerian Agama,
namun saat ini masih belum kebagian anggaran. Ia menuturkan, besarnya
tekad untuk terus mengajar di sekolah tersebut, sebab melihat semangat
anak-anak didiknya setiap hari yang tidak pernah patah semangat untuk
terus belajar. Ia berharap, ke depan sekolahnya tersebut bisa lebih
maju, seperti halnya sekolah lainnya.
“Anak-anaknya pada semangat di sini,” ucapnya.
“Anak-anaknya pada semangat di sini,” ucapnya.
0 comments:
Post a Comment