JAKARTA - Pemerintah menargetkan seluruh provinsi membuat dan
mengembangkan kebun raya di daerahnya masing-masing. Keberadaan kebun
raya sangat dibutuhkan untuk kegiatan konservasi keanekaragaman hayati.
Selain itu juga memiliki nilai edukasi, sosial, dan dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat sekitar.
Conservation Expert Yayasan Kebun Raya Indonesia, Sudjati Budi
Susetiyo, mengatakan sebenarnya kebijakan untuk membuat kebun raya di
setiap provinsi sudah ada sejak pemerintahan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono, bahkan Megawati Soekarnoputri. “Sudah ada kebijakan untuk
membentuk kebun raya di setiap provinsi,” kata Sudjati disela-sela acara
Diskusi Bhumi “Mengenal Biopiracy dan Perdagangan Satwa Liar Ilegal”,
di Jakarta, Kamis (28/9).
Menurutnya, saat ini baru ada 30 kebun raya di Tanah Air, padahal
idealnya ada 47 kebun raya. Namun sayangnya, belum semua pemimpin daerah
meletakkan pembangunan kebun raya sebagai sebuah prioritas. Oleh karena
itu, ia mengajak agar seluruh pemimpin daerah untuk tidak melihat kebun
raya hanya dari sisi komersialnya saja, melainkan dari investasi lain
seperti kemajuan pengetahuan dan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar.
“Kalau ditanya berapa tahun bisa balik modal, saya selalu katakan
tidak akan bisa break event point (BEP) dari menjual karcis masuk. Tapi,
coba lihat keuntungan tidak langsung lainnya,” kata dia. Sudjati
menambahkan bahwa sebenarnya pemerintah tidak menargetkan batas minimal
luas kebun raya yang harus dibangun.
“Tidak ada patokan yang baku. Hal itu tentu disesuaikan dengan luas
wilayah masing-masing daerah, tapi selama ini yang terkecil 80 hektare.
Disesuaikan saja dengan ketersediaan lahan yang ada” ujarnya. Menurut
Sudjati, salah satu fungsi utama dari keberadaan kebun raya adalah untuk
menyelamatkan tumbuhan-tumbuhan yang sudah langka dan hampir punah.
“Tanaman kita banyak yang belum terselamatkan. Padahal ada
keanekaragaman hayati flora di Indonesia sekitar 25 ribu–30 ribu,”
jelasnya. Ketua Umum Yayasan Kebun Raya Indonesia yang juga Presiden
ke-5, Megawati Soekarnoputri, meminta pemerintah daerah membangun kebun
raya. Menurutnya, kebun raya sangat penting untuk melestarikan dan
mengembangkan kekayaan plasma nutfah Indonesia.
Harus Dijaga
Sementara itu, Peneliti Senior Mikrobiologi Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), Endang Sukara mengatakan, perlindungan terhadap
kekayaan hayati di Indonesia harus dijaga dan dikelola lebih baik lagi.
Ia menjelaskan, Indonesia diberi anugerah menjadi laboratorium alam yang
sangat diminati peneliti asing di seluruh dunia, bahkan 10 persen dari
total spesiea tumbuhan dunia ada di Indonesia.
“Anugerah itu membuat Indonesia sering menjadi korban pembajakam aset
keanekaragaman hayati,” jelas Endang. Untuk itu pemerintah harus
membatasi akses penelliti asing ke sumber-sumber kekayaan hayati
Indonesia. “Sebaliknya, harus diberi akses yang seluasluasnya bagi
peneliti dalam negeri,” kata Endang. Salah satunya dengan mengoptimalkan
badan atau lembaga yang ada seperti LIPI untuk mengelola keanekaragaman
hayati yang memilili potensi ekonomi. c
0 comments:
Post a Comment