SERANG, (KB).- Aksi mahasiswa dari aliansi nasional
pemuda mahasiswa mengkritisi kepemimpinan Jokowi dan Jusuf Kalla di
depan Kampus UIN SMH Banten, Jalan Jenderal Soedirman, Ciceri, Kota
Serang, Jumat (20/10/2017) berujung ricuh.
Pantauan Kabar Banten di lapangan, aksi tersebut dimulai puluhan
mahasiswa sekitar pukul 16.00. Pada awalnya aksi berlangsung damai.
Beberapa perwakilan secara bergantian menyampaikan orasi kritik terhadap
kepemimpinan Jokowi-JK. Aksi juga sempat diisi oleh teatrikal
mahasiswa.
Pada jam berikutnya sekitar pukul 17.45 aksi mulai tegang. Puluhan
mahasiswa yang awalnya berdiri di samping jalan mulai merangsek secara
bersamaan ke tengah jalan. Belum lama berada di tengah jalan, puluhan
polisi yang mengamankan datang dan memukul mundur peserta aksi.
Sempat terjadi aksi dorong-dorongan antara anggota polisi dengan
peserta aksi. Kedua belah pihak secara kuat saling mendorong. Saat itu
pula ada beberapa mahasiswa yang diamankan. Tidak berlangsung lama,
polisi berhasil mendorong masuk hingga masuk ke kampus UIN SMH Banten.
Tidak berhenti disitu, saat berada di dalam kampus, beberapa peserta
aksi sempat mencoba keluar kembali seperti tidak terima aksinya dipukul
mundur. Di dalam kampus juga mahasiswa menyuarakan yel-yel untuk
membakar semangat.
Ketegangan mulai redam, namun mahasiswa tetap meneruskan aksinya.
Beberapa perwakilan mereka kembali menyampaikan orasi. Mahasiswa mulai
membubarkan diri pada 18.50. Seorang mahasiswa yang semula diamankan
dibawa ke kantor polisi.
Seorang peserta aksi, Sobirin mengatakan, aksi dilakukan untuk
mengkritik 3 tahun usia kepemimpinan Jokowi-JK. Sejak dilantik,
menurutnya, Jokowi-JK belum mampu merealisasikan janji kampanye.
“Harapan-harapan yang diberikan oleh rezim semasa kampanye nyatanya tidak terbukti,” katanya.
“Harapan-harapan yang diberikan oleh rezim semasa kampanye nyatanya tidak terbukti,” katanya.
Indikatornya yaitu keduanya belum mampu menjadikan Indonesia
berdaulat, yang terjadi malah banyak aset sumber daya trategis dikuasai
oleh korporasi global yang memonopoli. Bukti nyatanya, sebanyak 85
persen sumber daya pertambangan dan 60 persen perkebunan dikuasai modal
asing.
“Tanah 93 persen dikuasai oleh korporasi dan migas dikuasai sebesar
88 persen dikuasai korporasi global. Dan ditambah meningkatnya dua kali
lipat utang luar negeri di era Jokowi-JK ini menandakan rezim Jokowi-JK
tidak lain hanya perkepanjangtanganan dari kapital global,” tuturnya.
Program pembangunan infrastrukur yang gencar dilakukan juga tidak
berdampak terhadap pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat. “Secara terang
pembangunan infrastuktur ialah sebagai penunjang kepentingan korporasi
yang terus meningkatkan eksploitasinya di Indonesa, bukan untuk
kebutuhan rakyat,” katanya.
Begitupun dengan pendidikan, kata dia, saat ini pendidikan digiring
dalam kondisi liberalisasi pendidikan melalui otonomi kampus dan
mekanisme UKT/BKT. Sejatinya itu menjadi bagian negara dalam memperkecil
peran dalam memenuhi hak berpendidikan pemuda. “Kondisi itu menimbulkan
reaksi perlawanan dari rakyat ulah dari kebijakan rezim dan watak
keberpihakan rezim semakin jelas yang anti rakyat,” ujarnya. (
0 comments:
Post a Comment