DUA golongan manusia, jika mereka baik, akan baik
seluruh manusia, dan jika ia rusak, akan rusak seluruh manusia. Mereka
adalah para ulama dan umara.” (HR Ibnu Nu’aim dalam Hilyatul Auliya).
Ulama adalah pewaris para nabi dan penyambung lidah mereka. Mereka
semua mewariskan ilmu. Ilmu itulah yang ditransmisikan dari masa ke masa
kepada ahli ilmu, yaitu ulama. Ulama yang saleh, adalah yang ucapannya
sesuai dengan perilakunya dan senantiasa berkata benar meskipun kepada
dirinya sendiri.
Sedangkan umara adalah pemegang amanah Tuhan untuk mengurus kehidupan
rakyatnya. Hidup matinya rakyat bergantung pada kebijakan dan
keputusannya. Di tangannya pula ditegakkan hukum dan peraturan demi
ketentraman umum. Umara yang saleh, yaitu umara yang adil, amanah, dan
bertakwa kepada Tuhannya, dan bekerja untuk kepentingan rakyatnya.
”Alim ulama dan pemerintah merupakan dua sisi mata uang yang tidak
dapat dipisahkan. Pemerintah bertugas melindungi ulama dalam menjalankan
fungsinya mengajarkan dan menyebarkan ilmu agama dengan regulasinya.
Sedangkan ulama berkewajiban mengingatkan pemerintah agar menjalankan
amanah dengan adil demi kepentingan rakyat,” ujar Wabup Ade Sumardi
dalam sambutannya di acara haul almarhum Almaghfurllah KH. Husni, para
Masyaikh dan Haflah Santri Ponpes Al-Hidayah Wanti di Wantisari,
Kecamatan Leuwidamar, beberapa waktu lalu.
Menurut Wabup Ade, sinergitas antara alim ulama dan umara merupakan
hal yang sangat penting dalam membangun sebuah daerah, baik pembangunan
fisik maupun pembangunan mental spiritual dan sumber daya manusia.
”Sebagai daerah seribu madrasah, Kabupaten Lebak telah menerbitkan
berbagai regulasi seperti Perda Wajib Diniyah, Perda Zakat, Maghrib
Mengaji dan lain-lain. Tentu perlu kesadaran semua pihak, dan terutama
dorongan dan dukungan dari para ulama agar perda itu berjalan dengan
baik,” ujar Wabup.
Wabup berharap agar alim ulama tetap bersatu, sebagai penyeimbang
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, terlebih menghadapi tantangan
global, dimana negara Indonesia yang kaya akan sumber daya alam ini akan
mudah dihancurkan jika semua komponen masyarakat tidak bersatu dalam
melawan upaya perusakan moral yang dimotori oleh negara-negara yang
tidak suka akan kemajuan Indonesia.
”Banyaknya perusahaan asing di Indonesia, merupakan ancaman yang
nyata jika kita tidak mempersiapkan SDM yang tidak hanya menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi. Namun juga harus memiliki sikap mental yang
baik dan ilmu agama yang kuat. Ada upaya-upaya adu domba, peredaran
gelap narkoba dan pelemahan mental. Untuk itu, peran alim ulama sangat
diperlukan jika tidak ingin sumber daya alam kita dikuasai asing. Saya
tidak ingin kita hanya jadi penonton,” tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Wabup juga mengatakan, sekolah yang paling baik
adalah pondok pesantren. Karena, selain diwajibkan menguasai ilmu
agama, para santri juga diharuskan mempelajari Iptek, sehingga mampu
mencetak SDM yang tidak hanya sekadar sehat jasmani namun juga sehat
rohani.
Sementara Ketua Yayasan Al-Hidayah, KH. Baejuri mengatakan, Ponpes
Al-Hidayah siap mencetak generasi yang Islami, yang berpegang teguh pada
ajaran agama Islam. Baejuri mengatakan, ponpes yang didirikan sejak
tahun 1961 ini mengajarkan Ahlul sunah wal jama’ah dan tidak fanatik
pada salah satu madhab. ”Santri di sini kami perintahkan untuk memerangi
hawa nafsunya sendiri sebelum memerangi yang lainnya. Untuk itu, semua
santri harus selalu berdzikir,” tutur KH. Baejuri.
0 comments:
Post a Comment