![]() |
| Yudi, Zulkifli dan Edi (dari kiri ke kanan) bersama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Balaikota Jakarta. |
JAKARTA – Zulkifli Ibrahim merupakan pendonor darah
tertua yang tercatat menerima tanda kehormatan Satyalancana Kebaktian
Sosial dari Presiden Joko Widodo. Zulkifli meruapakan satu dari 182
warga Jakarta yang menerima penghargaan tersebut dari Presiden di Istana
Bogor Desember 2017 lalu. Satyalancana Kebaktian Sosial merupakan
anugerah yang diberikan kepada mereka yang sudah lebih dari 100 kali
melakukan donor darah.
Terbiasa mendermakan darahnya untuk bantuan kemanusiaan, tidak
disangka kakek 73 tahun itu awalnya mengaku terpaksa donor darah.
Zulkifli terpaksa donor saat harus membuat Surat Izin Mengemudi (SIM)
pada 1977. Menurut Zulkifli, saat itu untuk mengambil SIM, seseorang
harus melakukan donor darah terlebih dahulu.
“Saya sebenarnya dulu tuh nggak ada niat donor darah. Cuma waktu itu,
waktu ngambil SIM, itu harus ada donor darah. Jadi saya itu bukannya
sukarela, karena dulu tahun 1977 diwajibkan,” tuturnya di Balaikota
Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Minggu (11/2/2018).
Setelah merasa terpaksa melakukan donor darah, Zulkifli merasa
terpanggil untuk kembali donor darah. Zulkifli mengaku tidak terlalu
rutin mendonorkan darah, sehingga di usia yang ke73, dirinya baru
melebihi catatan 100 kali donor. Zulkifli menjadi pendonor darah tertua
diantara 181 pendonor lainnya asal Jakarta.
“Setelah setahun saya merasa ini saya kok sudah donor tapi nggak
donor lagi. Akhirnya saya setahun berikutnya donor, tapi nggak (rutin)
juga. Saya kan pindah ke Depok, jadi saya ke Jakarta tu agak jarang,
cuma saya kantor di TIM. Jadi kadang-kadang ada yang 3 bulan, ada yang 6
bulan juga, kadang-kadang ada yang setahun sekali. Jadi karena itu saya
jadi tertua jadinya,” terangnya.
Zulkifli mengaku merasa lebih sehat setiap kali donor darah. Hal itu
terlihat dari postur badannya yang tetap terlihat tegap meski di usia
senja. Zulkifli berharap generasi berikutnya juga mau berbagi dengan
rutin mendonorkan darahnya.
“Jadi kepada adek-adek yang masih kecil ini nantinya meneruskan
perjuangan kami bisa mmbantu masyarakat. Tidak tahu masyarakat siapa
yang mau kita bantu. Ada yang kecelakaan, ada yang melahirkan. Jadi kita
mendonorkan darah itu tidak terpaksa, tapi ikhlas. Kita nggak tau siapa
saja yang nerima, kita nggak akan tahu,” ujar Zulkifli.
Penuturan serupa juga disampaikan Edi. Kakek 63 tahun ini mengaku
tidak pernah merasa terganggu kesehatannya karena rajin melakukan donor
darah. Menurut catatan PMI DKI Jakarta, Edi merupakan pendonor terbanyak
dengan mendonorkan darah sebanyak 144 kali sepanjang hidupnya. Edi
mengaku melakukan rutinitas terpuji tersebut sejak berusia 20 tahun.
“Saya tahun 1980 sudah mulai donor, itu sudah sekitar umur 20 tahun.
Sampai sekarang umur 63, sudah 144 kali donor. Kesehatan, sehat semua
alhamdulillah, ga ada halangan satu apapun,” kata Edi.
Jejak Edi juga diikuti oleh Yudi. Jika Edi mulai mendonorkan darahnya
sejak usia 20 tahun, Yudi memulai perbuatan mulia itu dua tahun lebih
muda dari Edi, yakni di umur 18 tahun. Hal inilah yang membuat Yudi
menjadi pendonor darah termuda yang melebihi 100 kali donor darah di
Jakarta.
“Sungguh bahagia saya temasuk pendonor termuda pada tahunn ini. Saya
donor darah pas usia 18 tahun, saya mulai donor darah merah,” ucap Yudi.
Selain donor darah merah, Yudi juga melakukan donor apheresis. Donor
apheresis merupakan donor darah yang hanya diambil bagian dari darah,
seperti trombosit. Jika dijumlahkan antara donor darah umum dan donor
apheresis, Yudi mengaku sudah melakukan donor sebanyak 155 kali.
“Berlanjut ke donor apheresis, donor yang berupa trombosit aja, yang
dalam jangka waktu 1 bulan bisa dua kali. Alhamdulillah saya masuk di
donor yang ke 155 kali sekarang,” ungkap Yudi.
Seperti Zulkifli dan Edi, Yudi pun mengaku hidupnya lebih sehat
dengan teratur melakukan donor darah. Yudi pun mengajak generasi
milenial untuk melakukan aksi kemanusiaan itu.
“Harapannya untuk para generasi muda agar bisa meneruskan phlawan
kemanusiaan. Dan efeknya dari donor darah itu ialah bikin badan kita
sehat, tambah bugar, karena sirkulasi darah kita kan berganti terus tiap
bulannya atau per 3 bulannya,” pungkas Yudi.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menerima 182 orang penerima tanda
kehormatan Satyalancana Kebaktian Sosial dari Presiden Joko Widodo di
Balaikota Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Minggu (11/2/2018).
Tanda kehormatan Satyalancana Kebaktian Sosial merupakan penghargaan
kepada orang yang telah mendonorkan darahnya lebih dari 100 kali.







0 comments:
Post a Comment