![]() |
SERANG – Bareskrim Polri menggerebek pabrik pembuat bahan bakar
minyak (BBM) jenis solar di Jalan Raya Cikande-Rangkasbitung, Kecamatan
Jawilan, Kabupaten Serang, Kamis (15/2) siang. Solar yang diproduksi
dinilai tidak sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan pemerintah.
Pabrik tersebut bernama PT Tialit Anugerah Energi. Polisi langsung
mengamankan Direktur Utama PT Tialit Anugerah Energi Suheri (46), warga
Muara Ciujung Barat, Rangkasbitung, Kabupaten Lebak.
Dari keterangan tersangka, polisi mengungkap bahwa pabrik ini membeli
bahan baku berupa minyak mentah (solar kotor) dari Lampung. Minyak itu
biasa disebut minyak Lampung. “Bahannya berasal dari limbah kapal dan
oli bekas bengkel dan industri,” kata Wadir Tindak Pidana Ekonomi dan
Khusus Bareskrim Polri Kombes Pol Daniel Tahi Monang Silitonga.
Daniel menuturkan, bahan tersebut kemudian ditampung di gudang PT
Tialit lantas dicampur dengan bahan kimia bleaching active merek Thianyu
dengan rasio perbandingan satu sak Tianyu untuk satu ton minyak
Lampung. “Selanjutnya diendapkan di tangki storage selama empat jam
supaya kotoran padatnya terpisah,” ungkapnya.
Minyak hasil campuran tersebut lantas disedot dengan menggunakan
mesin pompa dan dimasukkan ke dalam bak penampungan sebelum dipasarkan
sebagai bahan bakar jenis solar. Dalam seminggu, PT Tialit memproduksi
hingga 100.000 liter solar atau 400.000 liter solar per bulan.
Solar tersebut didistribusikan pada konsumen sesuai permintaan. PT
Tialit mengirimkan solar tersebut dengan surat izin HSD (solar). Solar
hasil campuran tersebut dijual seharga Rp1.000 hingga Rp1.500 per liter.
“Tersangka meraup keuntungan Rp500 juta per bulan,” ungkap Daniel.
Kegiatan produksi PT Tialit diperkirakan sudah berlangsung sejak
2017. Namun, sempat terhenti pada Oktober 2017. Kemudian berproduksi
kembali pada Desember 2017 sampai sekarang. Solar dipasarkan rata-rata
pada industri, nelayan, dan penambang pasir di sekitar Jakarta dan Jawa
Barat.
PT Tialit mempekerjakan 20 orang karyawan yang terdiri atas satu
orang staf administrasi, dua orang petugas sekuriti, tiga orang operator
produksi, serta sisanya adalah sopir dan kenek.
Dari TKP, polisi mengamankan 29.000 liter minyak mentah sebagai bahan
baku, 13.500 liter solar hasil campuran, dua unit mesin diesel
dompleng, satu unit mesin alkon, satu mesin pompa, 40 sak karung bubuk
bleaching, beserta 20 jeriken versi cairnya, tiga unit truk tangki, dan
beberapa dokumen.
Kabid Humas Polda Banten AKBP Zaenudin saat dihubungi Radar Banten
enggan berkomentar mengenai kasus solar palsu tersebut. “Ke mabes saja
ya,” singkatnya.
Direktur Reskrimsus Polda Banten Komisaris Besar (Kombes) Abdul Karim
berjanji untuk memberikan informasi terkait kasus solar palsu tersebut.
“Nanti saya kabari. Masih pendalaman,” ucapnya. Ia mengelak pihaknya
telah kecolongan dalam pengungkapan kasus tersebut. “Kita saling
tukar-menukar informasi,” katanya.
Dia mengaku sebelum Mabes Polri menggerebek pabrik solar palsu
tersebut, Polda Banten telah mendeteksi aktivitas ilegal tersebut.
Perwira menengah kepolisian itu menduga ada bisnis ilegal serupa yang
produksinya jauh lebih besar.
Salah seorang warga menjelaskan tentang aktivitas di pabrik itu. Kata
dia, sering melihat truk-truk besar masuk ke dalam pabrik pada siang
hari. Muatan truk-truk itu ditutupi interval. “Setelah masuk ke dalam
pabrik, pintu pabrik langsung ditutup,” ujarnya.
Kata dia, warga sekitar tidak menyangka bahwa pabrik itu memproduksi
solar palsu. “Kami juga kaget ternyata mereka (pabrik-red) memproduksi
solar palsu setelah digerebek polisi,” ujarnya.
Camat Jawilan Agus Saefudin mengatakan, PT Tialit sudah beroperasi
sejak tahun lalu. Dalam dokumen perizinannya, perusahaan itu melakukan
kegiatan ekspedisi. “Kami juga kaget, baru tahu kalau ada pemalsuan
solar,” katanya.
Agus mengatakan, PT Tialit berdiri di atas lahan 4.000 sampai 8.000
meter persegi. Selama menjalankan produksinya, PT Tialit setiap bulan
rutin menyampaikan laporan seperti perusahaan-perusahaan lain. Namun,
kata Agus, PT Tialit termasuk perusahaan yang tertutup. “Kita juga belum
pernah masuk ke dalam, agak sulit,” ujarnya.







0 comments:
Post a Comment