SERANG – Gubernur Banten Wahidin Halim mengatakan, akan tetap
menyelesaikan target-target prioritas yang sudah termaktub dalam rencana
pembanguan jangka menengah daerah (RPJMD). Yakni, pembangunan di bidang
pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan pariwisata.
“Infrastruktur yang mendukung pariwisata, infrastruktur yang
mendukung pertanian, infrastruktur yang mendukung pendidikan, dan
sebagainya,” ujar pria yang akrap disapa WH ini.
Terkait start pembangunan awal yang dinilai masih lambat, WH
menganggap sebagai hal yang masih wajar. Terlebih, ada perubahan sistem
yang butuh penyesuaian. “Simral itu kan sistem perencanaan sampai
pelaporan (masih) keterbatasan tenaga-tenaga. Biasa sistem baru,”
ujarnya pada Musrenbang RKPD 2019 Pemprov Banten di Hotel Horison Ultima
Ratu Serang, Kota Serang, Selasa (10/4).
“Tapi, saya bilang tidak ada yang terlambat. Nanti kita lihat saja di
triwulan II, III, IV kan kelihatan penyerapan, kelihatan realisasi
kita. Jadi, sekarang kita enggak bicara lambat, saya merasa tidak ada
yang terlambat karena prosesnya jalan, administrasinya jalan, dan
kegiatan-kegiatan sesuai kita targetkan,” sambung pria kelahiran 14
Agustus 1954 ini.
WH mengaku, tidak pernah menyatakan target triwulan I harus tercapai.
Sebab, di triwulan tersebut semua kegiatan masih berkutat pada
persiapan penyiapan administrasi yang mendukung pelaksanaan kegiatan.
“Ya kejar, apalagi sekarang Dewan sudah menyetujui tahun jamak.
Proyek-proyek yang hari ini tidak selesai bisa diselesaikan besok,”
katanya.
Kepala Bappeda Banten Hudaya Latuconsina mengatakan, prioritas
Gubernur pada 2019 masih pada penyelesaian infrastruktur, pendidikan,
kesehatan, dan ekonomi yang konsep pembangunannya melalui pendekatan
integratif, tematik, holistik, dan spasial. “Termasuk di dalamnya
persoalan kedaulatan pangan, pengangguran, pariwisata, dan khusus
dibahas Banten Lama,” katanya.
Pendekatan spasial atau keruangan untuk melihat pembangunan
berdasarkan satu titik kawasan. “Misalnya pangan, kita lihat satu
kecamatan antara perbatasan Lebak-Pandeglang konsentrasi saja di sana.
Tidak hanya pertanian, tapi juga perikanan, peternakan, dan lainnya,”
katanya.
Pada pembangunan pariwisata, lanjutnya, harus dilihat terlebih dahulu
wilayah mana yang menjadi kewenangan provinsi. Lalu dilakukan
identifikasi masalahnya untuk diselesaikan oleh dinas-dinas pariwisata
dan lainnya yang masih terkait. “Pengangguran juga begitu, kita
selesaikan per spasial atau kelompok kawasan,” katanya.
Kata Hudaya, masing-masing OPD sebenarnya sudah memiliki usulan
program. Namun, perlu penajaman kembali agar formulasinya tepat dan
matang menggunakan pendekatan tematik. “Misalnya, dinas pertanian
terbiasa menyediakan bibit, tapi di mana kan belum jelas. Sekarang kita
pastikan, kita tentukan,” katanya.
Dalam pembangunan pertanian, lanjutnya, bisa saja persoalannya tidak
hanya sebatas penyediaan bibit. Bisa saja terkait irigasi yang butuh
keterlibatan Dinas Pekerjaan Umum dan Pentaan Ruang (PUPR). “Atau pada
penyediaan pupuk yang bisa jadi Indag (Dinas Industri dan Perdagangan)
masuk. Kemudian sudah hasil (panen), sistem logistiknya bisa di Dishub
atau Dinas Perdagangan yang menyalurkan pada pelaku usaha,” jelasnya.
0 comments:
Post a Comment