
JAKARTA – Masa libur Lebaran tahun ini lebih lama menimbulkan pro dan kontra. Ada yang merasa senang, ada juga yang kecewa,
“Sedikit kecewa, tapi mau bagaimana lagi. Kami selalu patuh aja.
Keputusan mesti kami dukung dengan baik,” ujar Ketua Asosiasi Pengusaha
Indonesia Bidang Kebijakan Publik Danang Girindrawardana, Senin (7/5),
dilansir JawaPos.com.
Danang mengungkapkan, libur Lebaran yang panjang akan menimbulkan
keuntungan serta kerugian bagi pengusaha. Cuti panjang bakal
menguntungkan pengusaha di sejumlah sektor seperti pariwisata, jasa
transportasi, dan perhotelan. Sebab, bisnis mereka berpotensi meningkat
selama masa liburan.
Namun, di sisi lain, menurut Danang, hal itu akan menurunkan
produktivitas dan memicu hambatan di sektor-sektor yang bergantung satu
sama lain. “Misalnya pengguna jasa pelabuhan atau aktivitas ekspor yang
harus selalu berkoordinasi dengan operator dan jasa perbankan,” tambah
Danang.
Karena itu, lanjut Danang, beberapa catatan yang ada dalam keputusan
tersebut, misalnya yang menjelaskan bahwa pelayanan publik tetap
beroperasi, transaksi pasar modal tak terganggu, serta sektor
perhubungan dan logistik dipastikan bisa tetap berjalan, dapat
terealisasi dengan baik.
Danang menjelaskan, secara nasional agregat produktivitas Indonesia
sudah terbilang rendah. Karena itu, yang menjadi catatan, menurut dia,
ke depan pemerintah harus merancang perencanaan libur jauh-jauh hari
atau bahkan berbulan-bulan sebelumnya. Dengan begitu, perusahaan dapat
mempersiapkan dengan baik urusan operasional selama musim liburan. “Nah,
yang jadi masalah, kan ini mendadak. Padahal, setiap tahun kan ada
Lebaran. Jadi, seharusnya bisa diproses jauh sebelumnya,” papar Danang.
Sementara itu, Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI)
setuju bahwa cuti Lebaran yang panjang diyakini menjadi keuntungan
tersendiri bagi pengusaha. Pengusaha ritel, khususnya di pusat
perbelanjaan, optimistis masa liburan dapat meningkatkan konsumsi di
sektor mereka.
“Bagus saja keputusannya. Secara operasional tidak akan mengganggu.
Libur panjang malah lebih bagus. Kami punya lebih dari 300 pusat
belanja, semua berpotensi dikunjungi saat liburan,” ujar Ketua Umum
Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia Stefanus Ridwan.
Bukan hanya pusat perbelanjaan di Jakarta, kebiasaan masyarakat
Indonesia yang pulang kampung saat Lebaran juga membuka peluang
meningkatkan omzet pusat perbelanjaan di daerah. “Saya kira, di daerah
lain justru akan lebih besar peningkatannya,” ucap Stefanus.
0 comments:
Post a Comment