
Memasuki bulan ramadan umat Islam diwajibkan untuk berpuasa seperti dikatakan al-Qur'an dalam Surat al-Baqarah:183: "Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu."
Hasil yang diharapkan dengan berpuasa ramadan adalah agar manusia
mencapai derajat taqwa. Ketaqwaan seseorang mungkin hanya Allah yang
tahu, tetapi ada ada tanda-tanda orang yang bertaqwa yang bisa dilihat,
diantaranya adalah sabar dan jujur.
Berpuasa melati seseorang
menjadi sabar. Kita diminta untuk bersabar tidak makan atau minum, tidak
hanya dari segala yang haram saja, tetapi juga dari segala makanan dan
minuman yang halal. Kita dituntut bersabar tidak bercumbu-mesra dengan
pasangan yang sah---apalagi pasangan yang haram---dari waktu terbit
fajar hingga berbuka puasa. Puasa juga melatih kita untuk sabar dalam
menahan amarah.
Agar puasa kita baik dan benar, kita diharuskan
jujur dan diharamkan untuk berbohong. Maka dengan puasa ramadan kita
harus menjadi orang yang bisa dipercaya dalam segenap aktivitas kita.
Jika kita menjadi pedagang, maka jadilah pedagang yang tidak tidak
menipu, menutupi cacatnya barang dan tidak mengurangi timbangan,
misalnya. Jika menjadi petani, harus menjadi petani yang jujur yang
tidak menggeser batas sawah-ladangnya dengan milik orang lain.
Dan
jika berprofesi pegawai maka bisa menjadi pegawai yang amanah yang
tidak korupsi, tidak mengambil hak orang lain. Apabila menjadi penegak
hukum, jadilah penegak hukum yang jujur yang tidak mencari-cari
kesalahan orang lain. Berani mengatakan yang benar adalah benar dan yang
salah adalah salah. Tidak hanya itu, penegak hukum juga harus berani
membawa spirit (ruh) hukum itu sendiri, yakni rasa keadilan.
Berbicara
tentang kejujuran, saya masih ingat setahun yang lalu ramat Islam diwajibkan untuk berpuasa seperti dikatakan al-Qur'an dalam Surat al-Baqarah:183: "Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu."
Hasil yang diharapkan dengan berpuasa ramadan adalah agar manusia
mencapai derajat taqwa. Ketaqwaan seseorang mungkin hanya Allah yang
tahu, tetapi ada ada tanda-tanda orang yang bertaqwa yang bisa dilihat,
diantaranya adalah sabar dan jujur.
Berpuasa melati seseorang
menjadi sabar. Kita diminta untuk bersabar tidak makan atau minum, tidak
hanya dari segala yang haram saja, tetapi juga dari segala makanan dan
minuman yang halal. Kita dituntut bersabar tidak bercumbu-mesra dengan
pasangan yang sah---apalagi pasangan yang haram---dari waktu terbit
fajar hingga berbuka puasa. Puasa juga melatih kita untuk sabar dalam
menahan amarah.
Agar puasa kita baik dan benar, kita diharuskan
jujur dan diharamkan untuk berbohong. Maka dengan puasa ramadan kita
harus menjadi orang yang bisa dipercaya dalam segenap aktivitas kita.
Jika kita menjadi pedagang, maka jadilah pedagang yang tidak tidak
menipu, menutupi cacatnya barang dan tidak mengurangi timbangan,
misalnya. Jika menjadi petani, harus menjadi petani yang jujur yang
tidak menggeser batas sawah-ladangnya dengan milik orang lain.
Dan
jika berprofesi pegawai maka bisa menjadi pegawai yang amanah yang
tidak korupsi, tidak mengambil hak orang lain. Apabila menjadi penegak
hukum, jadilah penegak hukum yang jujur yang tidak mencari-cari
kesalahan orang lain. Berani mengatakan yang benar adalah benar dan yang
salah adalah salah. Tidak hanya itu, penegak hukum juga harus berani
membawa spirit (ruh) hukum itu sendiri, yakni rasa keadilan.
Berbicara
tentang kejujuran, saya masih ingat setahun yang lal
ai diberitakan
ada seorang petugas kebersihan di sebuah mal di Jakarta yang menemukan
dan mengembalikan tas berisi uang seratus juta. Petugas tersebut bernama
Mulyadi asal Natar, Lampung Selatan. Dengan sifat jujurnya ia berani
mengembalikan uang yang bukan haknya, walaupun ia adalah orang yang
dalam kekurangan, hanya seorang petugas kebersihan.
Andai saja
ia mau, mungkin dengan uang sebanyak itu hidup dan kehidupannya lebih
sejahtera dan mapan, tidak lagi menjadi tukang sapu. Tetapi ia tidak
melakukannya. Mulyadi memilih jujur pada nuraninya. Dah hal itu adalah
pilihan yang berat yang tidak banyak orang bisa melakukannya.
Di
Kota Malang juga ada kisah seorang polisi yang memegang teguh
kejujuran. Adalah Bripka Seladi, anggota Polres Malang yang memilih
mencari uang tambahan dengan menjadi pengumpul barang bekas (rongsok).
Padahal dengan posisinya sebagai petugas bagian pembuatan Surat Izin
Mengemudi (SIM) ia bisa mendapat uang yang besar dari orang-orang yang
ingin memiliki SIM mengambil jalan pintas, tetapi ia tidak mau disuap.
Kekurangan gajinya ia tambahi dengan mencari rongsokan saat tidak
bertugas. Apa yang dilakukan Seladi sekali lagi tidak ringan. Jangankan
dilakukan orang yang berseragam dan berpangkat, orang biasa pun mungkin
tidak kuat menahan malu dan gengsi untuk mencari barang bekas.
Kisah
Mulyadi dan Seladi yang jujur dalam menjalankan profesinya mengundang
simpati banyak orang. Contoh kejujuran seperti itu yang sekarang
hampir-hampir tidak ada, baik dari pejabat bahkan dari para tokoh agama
sekalipun. Maka dengan puasa ramadan diharapkan bisa lahir orang-orang
yang jujur seperti Mulyadi dan Seladi. Minimal menjadi orang jujur
selama satu bulan. Karena selama sebulan penuh kita sudah dilatih untuk
jujur pada diri sendiri dan berpuasa hanya mengharap keridhaan Allah
semata. Semoga.
0 comments:
Post a Comment