TANGERANG-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Pusat Penelitian
Fisika (P2F) memamerkan sejumlah hasil penelitiannya di Pusat Penelitian
Fisika LlPl, Kawasan Puspitek Serpong, Jalan Raya Serpong, Setu, Kota
Tangsel, Selasa (2/6/2019).
Hasil penelitian ini, meliputi dari pengembangan energi terbarukan di
bidang listrik, pengembangan teknologi untuk mendeteksi bahan
berbahaya, pengembangan teknologi sensor antisipasi kebencanaan, sampai
eksperimen terkait perilaku eksotik suatu partikel.
Dr. Rike Yudiyanti, Kepala Pusat Penelitian Fisika LIPI memaparkan
beberapa penelitian di bidang energi kelistrikan salah satunya ialah fuel cell.
“_Fuel cell_merupakan piranti pembangkit listrik yang terbarukan dan
ramah lingkungan karena tidak bising dan produk sampingnya hanya air
atau uap air,” jelas Rike.
Lebih lanjut, kata Rike, fuel cell memiliki keunggulan dengan efisiensinya yang tinggi 60%, fleksibel, portabel, kerapatan daya yang besar, dan memerlukan waktu start-up relatif lebih cepat.
Selain itu, bahan bakar yang dipakai fuel cell ini juga
ramah lingkungan. Dengan mengembangkan teknologi produksi hidrogen yang
melalui proses elektrolisis daya rendah, dengan memanfaatkan CO2 yang
dikenal sebagai penyebab efek rumah kaca.
Adapun pengembangan lain yang dilakukan LIPI, terkait teknologi
pendeteksi bahan berbahaya dan bencana, dilakukannya dengan melakukan
pengembangan laser.
Teknologi alternatif untuk mendeteksi bahan berbahaya dan beracun yaitu teknologi laser spectroscopy, photoluminescence dan raman spectroscopy.
Ketiga teknik tersebut menggunakan laser sebagai sumber deteksinya
dan tidak memerlukan sampel uji, sehingga pengujian bisa cepat.
“Laser induced plasma spectroscopy dapat mendeteksi
keberadaan unsur berbahaya dan beracun seperti timbal, arsenik, kadmium
pada konsentrasi rendah. Teknik photoluminescence dapat mendeteksi
senyawa berbahaya yang dapat berpendar seperti pestisida. Sementara raman spectroscopy mendeteksi molekul-molekul yang terkandung dalam bahan uji itu berbahaya dan beracun,” terangnya.
Adapun yang digunakan sebagai antisipasi kebencanaan, dijelaskan Rike, dengan menggunakan teknologi berbasis fiber optik.
Fiber optik dapat dikembangkan menjadi sensor kebencanaan untuk
keselamatan transportasi darat. Peristiwa longsor rel kereta api, jalan,
maupun jembatan.
“Kegiatan grup penelitian ini merupakan program antisipasi kecelakaan
lalu lintas yang bisa disebabkan oleh faktor alam maupun manusia,"
bebernya.
Sementara, penelitian Fisika LIPI yang juga menarik ialah eksperimen
perilaku eksotik dari suatu partikel atau zat yang ada di bumi jika
dipanaskan pada suhu sangat tinggi.
Dijelaskannya, bahwa LIPI sejak 2014 telah berkontribusi dalam eksperimen ALICE (A Large Ion Collider Experiment) di CERN (Organisasi Eropa untuk Riset Nuklir).
Dalam laboratorium partikel terbesar tersebut, diuji berapa suhu paling tinggi yang bisa dicapai oleh manusia.
Suhu tertinggi yang pernah tercipta dalam eksperimen ALICE adalah
lima trilyun (5.000.000.000.000) derajat Celsius. Jauh lebih panas
daripada suhu matahari.
“Situasi suhu tinggi itu mirip dengan situasi di dalam bintang-bintang dan di masa awal pembentukan alam semesta," tutupnya.
0 comments:
Post a Comment