![]() |
Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) dalam pidato di Visi Indonesia di Sentul, Bogor, Jawa Barat. |
JAKARTA – Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan pidato
politiknya dalam acara Visi Indonesia di Sentul International Covention
Center, Bogor, Jawa Barat, Mingu (14/7/2019) malam.
Berbeda dari biasanya, Jokowi bicara dengan berapi-api hampir
sepanjang 30 menit. Bahkan ia tak segan mengancam siapa saja yang
menghalangi rencananya membangun Indonesia.
Ia bicara berkali-kali dengan kata ‘hati-hati’ sebagai sebuah pesan
untuk mengingatkan dengan serius. Ia juga menggunakan kata ‘hajar’ dan
‘pangkas’ untuk siapa saja, bahkan menterinya, yang dianggap tak
bekerja sebagai mana seharusnya. Barkali-kali pula massa yang hadir
bertepuk tangan, berteriak memberi dukungan sambil berdiri mengayunkan
bendera merah putih.
Dalam pidatonya, Jokowi menyebutkan lima poin yang menjadi visi dalam
mengemban amanah sebagai presiden untuk lima tahun mendatang. Pada
visi ketiga, ia mengatakan akan mengundang investasi seluas-luasnya
dalam rangka membuka lapangan kerja yang besar. Ia juga minta untuk
tidak ada yang alergi berinvestasi karena cara itu akan membuka lapangan
pekerjaan yang besar.
“Yang menghambar investasi semua harus dipangkas, baik berizinan yang
lambat, berbelit-belik apalagi yang ada punglinya,” ujarnya.
“Hati-hati, hati-hati ke depan, ke depan saya pastikan akan saya kejar.
Akan saya keja sama akan saya kontrol, saya cek, dan saya hajar kalau
diperkukan!”
Poin keempat, Jokowi mengingatkan pentingnya reformasi birokrasi.
Reformasi struktural diperlukan agar lembaga menjadi sederhana, simpek,
dan lincah. “Ini juga hati-hati, kalau pola pikir maindset tak berubah
saya pastikan akan saya pangkas!” ujarnya.
Jokowi juga mengingatkan kepada menteri-menterinya untuk tidak
membiarkan lembaga-lembaga yang tidak bermanfaat dan bermasalah. “Sekali
lagi kalau ada lembaga tak bermanfaat dan bermasalah, saya pastikan
saya bubarkan,” janjinya.
Ia mengatakan tak ada lagi pola-pola lama yang linier, yang kerja
hanya rutinitas, monoton dan begitu-begitu saja dan berada di zona
nyaman. “Penyakit kita ada di situ,” katanya. “Kita harus bangun
Indonesia yang adaptif, kompetitif, inovatif.”
0 comments:
Post a Comment