Kata “amanah” secara etimologis (lughawi/bahasa) berasal dari bahasa
Arab yang berarti jujur atau dapat dipercaya. Sementara kata amanah
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai sesuatu yang
dipercayakan (dititipkan) kepada orang lain. Dari definisi ini
mengandung pengertian bahwa sikapamanah melibatkan dua pihak
antarapemberi dan penerima amanah. Dimana antara keduanya harus ‘saling’
menjaga amanah yang diberikan. Sementara itu secara
terminologi/istilah, ada beberapa pendapat tentang makna kata ‘amanah’.
Menurut Ahmad Musthafa Al-Maraghi, amanah adalah sesuatu yang harus
dipelihara dan dijaga agar sampai kepada yang berhak memilikinya.
Sementaraitu,Ibn Al-Araby berpendapat bahwa amanah adalah segala sesuatu
yang diambil dengan izin pemiliknya atau sesuatu yang diambil dengan
izin pemiliknya untuk diambil manfaatnya. Jadi amanah adalah
menyampaikan hak apa saja kepada pemiliknya, tidak mengambil sesuatu
melebihi haknya dan tidak mengurangi hak orang lain. Sikap amanah
merupakan salah satu empat sifat Nabi yaitu Siddiq, Amanah, Tablig dan
Fathanah.
Menurut Ahmad Musthafa Al-Maraghi, amanah itu ada tiga macam:
1. Amanah terhadap Allah Swt.
Amanah terhadap Allah artinya kita harus taat akan segala perintah dan
menjauhi segala larangan-Nya. Manusia adalah makluk yang diciptakan oleh
Allah dan Allah adalah sang Kholiq. Pencipta segala yang ada di dunia
ini. Itu sebabnya manusia memiliki amanah terhadap Allah untuk beribadah
hanya kepada-Nya. Manusia harus amanah terhadap semua yang sudah Allah
anugerahkan kepada manusia. Hal ini seiring dengan Firman Allah: “Wahai
orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan
kepadamu, sedangkan kamu mengetahui.” (QS. Al Anfal: 27)
2. Amanah terhadap Sesama Manusia.
Manusia adalah makluk individu sekaligus sebagai makluk sosial. Amanah
terhadap sesama manusia berarti bahwa manusia memiliki kewajiban yang
harus ditunaikan sebagai konsekuensi dirinya sebagai bagian dari
masyarakat dimana dia hidup. Ada hak dan kewajiban yang harus
dilaksanakan sebagai sosialisasi diri dalambermasyarakatuntuk menjaga
keharmonisan hubungan antar sesama manusia berkaitan dengan tatanan
berinteraksi sosial (muamalah) atau hablun min an-nas.Allah Taala berfirman:“Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya,
dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi
Maha Melihat”.(QS An-Nisa:58)
3. Amanah terhadap diri sendiri.
Amanah terhadap diri sendiriartinya bahwa setiap individu memiliki
tugas, kewajiban dan tanggung jawab yang harus selesaikansendiri. Allah
SWT. berfirman: “Dan (sungguh beruntung) orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya”(Q.S. al-Mu’minun:8).
Berdasarkan ayat tersebut di atas, sifat amanah itu melekat pada setiap
individu, setiap manusia sebagai mukallaf dalam kapasitasnya sebagai
hamba Allah, individu dan makhluk sosial.
Orang yang amanah bisa dipastikan orang tersebut jujur dan bertanggung
jawab. Dengan demikian maka amanah itu berkaitan dengan sifat dan sikap
baik yang lain yaitu jujur dan bertanggung jawab. Jujur adalah sifat
penting seorang kader. Bahkan Nabi besar Muhammad sebelum diangkat
menjadi rasul, beliau sudah dijuluki alaminyang
artinya dapatdipercaya. Itu sebabnya kita harus selalu jujur dalam
segala perkataandan perbuatan kita.Menjadikan Rasullullah sebagai contoh
teladan dalam kepemimpinan maupun dalam aspek kehidupan dan
kesehariannya. Sebagaimana Firman Allah Ta’ala:“Sesungguhnya telah
ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah”(QS. Al-Ahzab: 21). Amanah
adalah akhlak dari para Nabi dan Rasul. Mereka adalah orang-orang yang
paling baik dalam menjaga amanah, paling terpercayadan paling jujur.
Dalam hal kejujuran Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertawakkallah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur” (Qs. At-Taubah: 119).
Dengan demikian sikap amanah memiliki dimensi yang luas. Dalam ranah
kepemimpinan, sifat amanah harus menjadi ciri khas yang melekat bagi
seorang muslim. Jabatan yang tinggi merupakan bentuk amanah yang harus
dijaga.Karena setiap individu terlebih lagi seorang pemimpin untuk level
manapun pasti Allah akan meminta pertanggung jawaban. kita semua
merupakan pemimpin, setidaknya bagi diri sendiri dan keluarga. Sehingga,
nanti kita pasti akan ditanya dan dimintai pertanggungjawaban tentang
kepempinan kita. Hal ini tercantum dalam Alquran surat Al Anfaal ayat
27:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah
dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati
amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.Rasulullah saw juga bersabda: "Kamu
sekalian pemimpin dan kamu sekalian akan diminta pertanggung-jawabannya
tentang apa yang kamu pimpin, imam (pejabat apa saja) adalah pemimpin
dan ia akan diminta pertanggungjawabannya tentang apa yang dipimpinnya,
dan orang laki-laki (suami) adalah pemimpin dalam lingkungan
keluarganya, dan ia akan ditanya tentang apa yang ia pimpin, orang
perempuan (istri) juga pemimpin, dalam mengendalikan rumah tangga
suaminya, dan ia juga akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya, dan
pembantu rumah tangga juga pemimpin dalam mengawasi harta benda
majikannya, dan dia juga akan ditanya tentang apa yang ia pimpin." (H.R. Ahmad, Muttafaq 'alaih, Abu Daud dan Tirmidzi dari Ibni Umar)
Seorang pemimpin harus amanah dan bertanggung jawab penuh terhadap
masyarakat yang dipimpinnya. Pemimpin yang amanah adalah pemimpin yang
tidak hanya bertanggung jawab tetapi juga jujur. Pemimpin yang amanah
adalah pemimpin yang bisa diandalkan dalam melaksanakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. Pemimpin yang membawa
perubahan, pencerahan dan kebaikan. Itu sebabnya seorang pemimpin harus
betul-betul waspada dan amanah terhadap tugas kepemimpinannya.
Rasulullah SAW mengingatkan para pemimpin, “Siapa saja yang dianugerahkan Allah
sebagai pemimpin, tetapi dia tidak berbuat sesuatu untuk kebaikan
umatnya (malah sebaliknya menipu dan menzalimi umatnya ), Allah akan mengharamkan surga untuknya.”(HR. Bukhori). Dalam Hadistlain, Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang paling sakit siksaan di hari kiamat adalah pemimpin yang dhalim (curang).”(HR. Thabrani).
Life is choice: hidup adalah pilihan. Dalam menerima sebuah amanah
kepemimpinan atau pekerjaan yang dipercayakan maka seseorang memiliki
pilihan. Yaitu pilihan untuk amanah, jujur, istiqomah bertanggung jawab
dengan tugas yang diberikan atau bersikap sebaliknya.
Sikap amanah harus dimiliki dan diupayakan serta dilatihkan agar sifat
itu betul-betul mendarah daging dalam kehidupan kita. Amanah itu
berkenaan dengan tanggung jawab tugas yang harus diemban dan
diselesaikan. Orang yang amanah itu orang yang apabila diberikan
tanggung jawab dan tugas untuk diselesaikan orang tersebut bisa
menyelesaikannya dengan baik dan maksimal.
Hikmah Perilaku Amanah
Segala sesuatu yang dilakukan manusia maka dampak positif dan
negatifnya akan kembali kepada manusia itu sendiri. Begitu juga dengan
bersikap amanah, manfaatnya tidak hanya bagi diri sendiri tetapi juga
bagi anggota keluarga dan masyarakat sekitarnya. Kebaikan yang kita
lakukan memberikan nilai dan manfaat yang berlipat. Sebagaimana firman
Allah yang berbunyi: Dan barang siapa berjihad, maka sesungguhnya
jihadnya itu untuk dirinya sendiri. Sungguh, Allah Mahakaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari seluruh alam. Dan orang-orang yang beriman dan
beramal saleh, pasti akan Kami hapus kesalahan-kesalahannya dan mereka
pasti akan Kami beri balasan yang lebih baik dari apa yang mereka
kerjakan. (Q.S. Al Ankabut: 6-7).
Dengan demikian, manfaat dan dampak yang dirasakan bagi orang yang amanah terhadap tugas yang dipercayakan kepadanya adalah:
- Mendapat kepercayaan yang lebih besar. Ketika seseorang amanah dalam
menjalankan tugasnya dengan baik, maka orang tersebut akan semakin
mendapat kepercayaan dan tanggung jawab yang lebih besar. Sehingga karir
kepemimpinannya akan semakin sukses. Demikian juga karir pekerjaannya
juga akan lebih baik. Karena orang tersebut sudah mendapatkan ‘trust’
dari masyarakat.
- Dicintai dan dihargai. Pemimpin yang amanah dan bertanggung jawab
akan dicintai oleh masyarakat yang dipimpinnya. Karena pemimpin yang
amanah bisa membawa kepada perubahan ke depan yang lebih baik.
Kesejahteraan akan lahir dan merata kalau pemimpinnya amanah terhadap
tugas yang diamanahkan.
- Hidup yang berkahdan bahagia. Ketika seorang pemimpin amanah terhadap
jabatan yang diembannya dengan baik maka hidupnya akan lebih bahagia
dan penuh kebaikan. Dia tidak perlu kuatir kalau difitnah seputar
keuangan, dll karena dia selama ini sudah membuktikan bahwa dia orang
yang amanah, tanggung jawab, jujur dan bisa dipercaya baik dalam
perkataan maupun tindakannya.
Oleh sebab itu hendaklah kader senantiasa amanah terhadap tugas
tanggung jawab yang diamanahkan kepadanya. Menjaga amanah itu sangat
penting dan bagi orang-orang yang mengabaikan amanahmaka dampaknya bisa
fatal.Orang yang tidak amanah terhadap tugas yang dipercayakan bisa saja
terjerumus melakukan tindakan-tindakan yang tidak terpuji. Korupsi
merupakan satu contoh sikap orang yang tidak amanah terhadap tugasnya.
Begitu besarnyadampak yang diakibatkan bila seseorang tidak amanah,
hingga bumi, langit, dan gunung pun takut menerimanya. Hal ini tercantum
dalam Alquran surat Al Ahzab ayat 72: “Sesungguhnya Kami telah
mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka
semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya
manusia itu amat zalim dan amat bodoh.
Kaderyang baik, seharusnya menghindari dari meminta-minta jabatan.
Karena jabatan adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan dihadapan
Allah. Apalagi kalau seseorang sudah menyadari bahwa dia memiliki
kekurangan atau ketidakmampuan, tidak memiliki kompetensileadership dan
manajerial yang baik. Maka sikap meminta jabatan hanya akan merendahkan
harga dirinya sendiri. Kalau tidak hati-hati, seorangpemimpin bisa
tergelincir dalam menjalankan amanah yang diembannya. Hadist riwayat
Muslim dari hadits Abu Dzar,“Aku berkata, “Wahai Rasulullah, kenapa
Engkau enggan mengangkatku (jadi pemimpin)?” Rasulullah -shallallahu
‘alaihi wa sallam- menjawab, “Engkau itu lemah. Kepemimpinan adalah
amanat. Pada hari kiamat, ia akan menjadi hina dan penyesalan kecuali
bagi yang mengambilnya dan menunaikannya dengan benar.
Oleh sebab itu, suatu jabatan itu bukan untuk diminta apalagi
diperebutkan. Ada beberapa upaya yang bisa dilakukan agar bisa amanah
dalam menjalankan tugas yang dipercayakan kepada kita,
diantaranyayaitu:jujur, ikhlas, kerja kerasuntuk memberikan dan
melakukan yang terbaik, bertanggung jawab dan kesatria berani menerima
resiko apapun sebagai konsekwensi dari sikap amanah yang diambilnya.
Amanah dalam melaksanakan tugas yang diamanahkan seharusnya menjadi
karakter bagi setiap Muslim. Apapun dan dimanapun posisi kita, kitaharus
tetap bisa amanah, jujur dan bertanggung jawabdengan tugas yang
dipercayakankepada kita.Semoga Allah meridhoi segala apa yang kita
lakukan dan upayakan. Selagi kita masih diberi waktu dan kesempatan,
mari kita berikan yang terbaik untuk persyarikatan, umat, agama, negara
dan bangsa. Do and be the best.
*) Anggota MPK PP Muhammadiyah
0 comments:
Post a Comment