![]() |
Ketua Bappilu Partai Golkar Nusron Wahid (dua dari kiri) bersama sejumlah pengurus harian partai memberikan keterangan pers di Jakarta, Rabu (4/9/2019). |
JAKARTA- Ketua Bidang Badan Pemenangan
Pemilu (Bappilu) DPP Partai Golkar Nusron Wahid mendesak Dewan Pimpinan
Pusat (DPP) untuk menggelar rapat pleno segera mungkin. Banyak aspek dan
isu menyangkut organisasi yang perlu dibahas dalam forum tertinggi di
tingkat DPP Partai Golkar tersebut.
Nusron mengaku heran sampai
hari ini DPP Partai Golkar belum juga menggelar rapat pleno. Padahal,
jika mengacu kepada AD/ART partai, rapat tersebut minimal harus
dilaksanakan satu kali dalam dua bulan. Sementara, pelaksanaan rapat
pleno ini terakhir digelar pada Desember 2018.
"Sampai hari ini,
bulan September berarti sudah 10 bulan tidak ada rapat pleno. Padahal
banyak agenda penting yang membutuhkan keputusan bersama dalam rapat
pleno, salah satunya keputusan penetapan AKD (alat kelengkapan Dewan)
pimpinan DPRD provinsi atau kabupaten se-Indonesia yang itu perlu
ditetapkan melalui pleno," kata Nusron, di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu
(4/9/2019).
Tak hanya AKD, ada juga penetapan pimpinan MPR dan DPR
yang beberapa bulan lagi akan dilantik. Menurut dia, untuk memilih
kader Golkar yang akan diproyeksikan mengisi kursi pimpinan itu perlu
diambil keputusannya di dalam rapat pleno."Itu harus melalui lembaga permusyawaratan, di mana permusyawaratan
tertinggi di DPP melalui rapat pleno. Tanpa permusyawaratan, itu namanya
adalah keputusan secara sepihak atau individual yang kemudian
diinstitusikan," ujarnya.
Ketiga, DPP Partai Golkar juga harus
menggelar evaluasi pelaksanaan Pilpres dan Pileg 2019. Evaluasi ini
penting untuk mengkaji apakah pelaksanaan pemilu serentak efektif atau
tidak.
Menurut Nusron, ada sejumlah daerah yang Partai Golkar menang tapi
pasangan capres dan cawapres-nya justru kalah. Fenomena ini berbeda
dengan partai-partai pendukung Joko Widodo-Ma’ruf Amin lainnya.
"Saya
sebut katakanlah PDIP dan PKB itu kan linier. Di manapun daerah yang
PDIP menang, di situ Jokowi-Maruf pasti menang. Di mana pun daerah yang
PKB menang, di situ Jokowi-Maruf pasti menang," tutur Kepala BNP2TKI
itu.
Belum lagi, secara khusus DPP juga harus menyoroti hasil
pemilihan legislatif partai Golkar kemarin. Jika dilihat secara nasional
hasilnya justru turun dari Pileg 2014. Golkar kini harus puas
mendapatkan 85 kursi dari sebelumnya 91 kursi di DPR.
"Ini suatu sinyal bahwa ada yang missed, yang kurang pas dalam pengelolaan partai," kata dia.
"Ini suatu sinyal bahwa ada yang missed, yang kurang pas dalam pengelolaan partai," kata dia.
Terakhir,
Nusron mengingatkan bahwa Partai Golkar akan menghadapi momen pesta
politik berupa Pilkada Serentak 2020 mendatang. Untuk menghadapi ajang
ini, sebagian besar partai politik sudah melakukan konsolidasi
berjenjang dari mulai tingkat pusat hingga kecamatan.
"Kita belum melakukan konsolidasi semua sehingga bisa dikatakan kita belum ready to play dalam kontestasi politik tahun depan," ujar Nusron.
Sejumlah aspek itulah yang membuat akhirnya dia bersama pengurus
harian lainnya mendorong Ketua Umum Airlangga Hartarto dan Sekjen
Lodewijk F Paulus, serta jajaran pengurus DPP lainnya menggelar rapat
pleno sesegera mungkin.
"Kita akan taat asas ketika ada rapat
pleno. Daripada ide ini menjadi liar, lebih baik kita menyarankan ada
kristalisasi di dalam rapat pleno," kata dia.
0 comments:
Post a Comment