![]() |
Lahapnya Makan Bareng di Atas Daun Pisang Sepanjang 500 Gerakan Relawan Tanpa Warna (GRTW) Karena Rasa Tidak Akan Bohong... |
Gegap gempita pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada), saat ini sudah
tidak asing lagi terdengar di telinga masyarakat.
Pada tataran ideal
pemilukada bertujuan untuk melakukan pergantian kekuasaan, dengan cara
yang demokratis serta mengikutsertakan rakyat secara langsung untuk
memilih calon pemimpinnya.
Sehingga diharapkan akan terpilih sosok
penguasa terbaik pilihan rakyat, berkualitas dan ikhlas mengabdi untuk
daerahnya. Namun kendati demikian, realitasnya masih banyak muncul
distorsi, sehingga Pemilukada tidak lagi bisa diandalkan untuk
memunculkan pimpinan daerah yang berkualitas.
Tetapi cenderung hanya
untuk menjadi raja-raja kecil di daerah kekuasaanya. Terlepas dari
semua motif itu, menjadi seorang kepala daerah tentunya hampir menjadi
dambaan semua pihak, termasuk saya sendiri. Tetapi karena keterbatasan
kemampuan, keinginan itu baru sebatas anggan-angan di dalam hati.
Belajar dari pengalaman saat duduk di bangku kuliah, saya mencoba meramu
konsep strategi di lapangan dengan dicampur aduk dengan literatur buku
yang berkaitan dengan pemenangan kepala daerah. Saya mencoba
menyimpulkan itu dalam beberapa langkah strategis.
Sebenarnya ada banyak
cara untuk mengoalkan suatu pasangan calon yang diusung menang dalam
pemilukada, baik secara legal maupun ilegal. Karena harus kita akui, di
dalam pertarungan perebutan kursi kekuasaan, apapun harus dilakukan yang
terpenting kemenangan bisa didapat. Ibarat bermain sepak bola, meskipun
tidak mampu bermain secara terbuka dan memilih stratategi bertahan,
kalau itu kunci kemenangan harus dilakukan. Ingat, dalam permainan politik
itu bukan hanya permainan cantik yang diperagakan, tetapi hasil akhir
pertandingan untuk menentukan sang juara.
Uang Bukan Segala-galanya
Sebelum perang dimulai, langkah yang harus dilakukan dengan melakukan
pemetaan kekuatan parpol. Karena jangan sampai menumpangi perahu yang
tidak jelas dan tidak memiliki kekuatan di masyarakat. Langkah ini
bertujuan agar pencalonan tidak hanya menghabiskan uang tanpi hasil yang
diharapkan. Selanjutnya, sudah bukan rahasia umum lagi, di dunia ini
tidak ada yang gratis. Apalagi hidup di kota-kota besar, mau buang air
kecil saja ada tarifnya.
Apalagi mau mencalonkan diri menjadi kepala
daerah. Untuk itu, bagi calon kandadita, iming-imingi parpol dengan
uang. Mainkan opini itu, bahwa calon memiliki simpanan dana yang besar,
atau paling tidak ada sponsor yang siap menyiapkan dana besar untuk
modal Pemilukada. Tak hanya itu, kenyataan di lapangan bahwa kekuatan
uang juga sangat dominan. Itu fakta yang tidak bisa dihindari.
Masyarakat menjadi pragmatis ini, sebenarnya terjadi berkat pendidikan
dan kesalahan para pelaku politik sendiri yang tidak menempati
janji-janji politiknya. Pertanyaan mengapa masyarakat sudah dibutakan
dengan uang? ini terjadi karena masyarakat sudah tidak percaya akan
komitmen calon kepala daerah dengan slogan untuk memperbaiki
kesejahteraan mereka. Yang sudah-sudah, kacang lupa kulitnya.
Sehingga
memontum itulah dimanfaatkan oleh masyarakat, untuk meminta kompensasi
baik dalam bentuk uang maupun imbalan lainnya sebelum pemilukada
dilaksanakan. Logis permintaan itu, karena rakyat sekarang sudah cerdas
dan selalu berpikir siapa pun yang jadi pemenang, tidak bakal
berpengaruh bagi kehidupan mereka. Karena itu, mereka meminta imbalan
suara terlebih dulu. Karena itu, lakukanlah pemahaman uang bukanlah
segala-galanya, meski manusia semuanya butuh uang, kecuali binatang.
Maka dari itu, ketika akan
mencalonkan harus memiliki sosok figur harapan rakyat dan tim sukses
harus mampu menjualnya ke publik. Membentuk Citra Positif Langkah
selanjutnya, memetakan kecenderungan politik di masyarakat.
Masyarakat
atau pemilih pada umumnya belum mengetahui track record calon, sehingga
perlu dibentuk opini yang baik tentang kandidat yang diusung.
Caranya
dengan memberikan jawaban dan solusi atas permasalahan yang terjadi di
tengah masyarakat. Itu dilakukan baik oleh tim sukses, relawan maupun
oleh kandidat tersebut. Misalnya, permasalahan di Kabupaten A, yang
paling menonjol adalah kurangnya perhatian di dalam bidang kesehatan dan
pendidikan.
Sebagai calon kepala daerah, harus mampu memberikan jalan
keluar untuk agar keluar dari cengkreman masalah yang membelit
masyarakat setempat. Singkatnya, bentuk tim yang mengatur manajemen isu
baik untuk calon maupun untuk lawan.
Pantau terus perkembangan isu
tersebut baik dalam opini masyarakat maupun pemberitaan di media. Bentuk
Tim Sukses Tak hanya itu, untuk mempromosikan calon, tidak mungkin bisa
berjalan sendiri atau meniru manajamen tukang bakso. Sehingga perlu
dibentuk tim yang profesional, solid, bisa dipercaya, cerdas,
komunikatif dan menguasai lapangan serta menguasi bidang-bidang yang
dibutuhkan.
Tim Pemenangan bisa dibentuk baik dari partai pengusung
maupun Tim Khusus sendiri.Pasanglah orang yang tepat untuk menjadi
anggota tim berdasarkan pengaruh kewilayahan dan mobilitasnya di
masyarakat. Contoh ada tim yang bergerak mengawal dari proses hingga
akhir di KPU, PPK atau PPS. Bukan hanya sekedar itu, tim sukses,
relawan juga harus bisa memantau selalu situasi yang berkembang di
masyarakat.
Tempat paling strategis untuk menyebarkan isu maupun
memantaunya, adalah tempat-tempat keramaian, pasar, kantor, warung kopi,
pos kamling, perkumpulan warga. Manfaatkan Media Sosial Dan juga untuk
media komunikasi-sosialisasi
Tetapi manfaatkan kemajuan teknologi dewasa ini. Seperti media
jejaring sosil, twitter, facebook, blogspot, BBM, websate dll. Tujuan
semua ini untuk memberi akses informasi kepada masyarakat melalui dunia
maya. Bangun image yang baik tentang calon dalam setiap kesempatan yang
ada, baik saat bertatap muka dengan masyarakat maupun melalui berbagai
media. Lihat Jokowi saat berkampanye sekedar contoh. Ia mampu memikat
media massa hingga gerak-geriknya selalu menjadi bahan berita (kampanye
gratis melalui berita). Bahkan gurauannya juga menilai bobot berita. Di
samping bermain di media.
Calon juga harus banyak berinteraksi dan
melakukan pertemuan langsung dengan masyarakat secara langsung. Tujuan
semua ini agar mampu mendongkrak popularitas calon di masyarakat.
Karena salah satu kunci kemenangan juga terukur dari popularitas dan
elektabilitas (keterpilihan) calon. Jangan pernah lumpa membaca
karakteristik pemilih. Karena biasanya antara daerah satu dengan wilayah
lainnya terjadi perbedaan. Dengan mampu meneropong itu akan memudahkan
jagoan kita masuk merebut hati pemiilih setempat. Strategi Lawan
Petahana (incumbent) Bila lawan incumbent, maka perlu tenaga ekstra dan
kecerdikan luar biasa.
Masalahnya berkaca pada pengalaman data
menunjukkan hampir 75 persen pemilukada dimenangkan oleh incumbent. Ini
terjadi karena kekuatan finansial dan pengaruh ke urat nadi masyarakat
lebih memadai. Karena itu, gunakan semua peluang untuk mengurangi
pengaruh itu. Lalu setelah itu, buat isu yang mampu menjatuhkan dan
image buruk di tengah masyarakat, sehingga masyarakat merasa antipati.
Lalu selanjutnya sebelum peperangan di lakukan jangan lupa juga untuk
melakukan analisis SWOT. Untuk membaca kekuatan, kelemahan, peluang dan
hambatan dari masing- masing kandidat yang akan berlaga. Setelah itu
terpetakan, akan mudah bagi pasangan calon untuk melakukan penyerangan.
Penutup Tentunya masih banyak lagi cara untuk memenangkan Pemilukada
ini. Ini sekedar hanya diskusi ringan, terutama bagi tim sukses yang
saat ini tengah berlangsung di Provinsi Jawa Barat dengan empat kota dan
kabupaten lainnya yang secara secara serentak akan dilaksanakan pada
pada 24 Februari 2012 mendatang. Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat
dan bukan satu-satunya sumber referensi untuk memangkan pemilukada.
Karena masih banyak cara selain yang dipaparkan di atas. Bagi Provinsi
Jawa Barat selamat bertarung para jagoan. Dari kelima calon tersebut,
sudah barang pasti yang tampil menjadi pemenang itu hanya satu. Jadilah
pemimpin sesuai dengan harapan rakyat. Dan kepada masyarakat jangan
memilih pemimpin seperti kucing dalam karung. Karena hal ini hanya akan
menyengsarakan rakyat selama lima tahun mendatang. ***
Ketua Gerakan Relawan Tanpa Warna (GRTW) Provinsi Banten
Akdemisi di Jakarta
0 comments:
Post a Comment