Dalam
satu hadis Abdullah bin Umar Ra berkata, Nabi SAW bersabda, ”Ada empat
dosa sifat yang jika seseorang memperlihatkan semua cirinya, dia
sepenuhnya orang munafik.
Jika dia punya salah satu ciri, dia dianggap memiliki unsur-unsur
seorang munafik.Ciri-ciri itu adalah berkhianat, berdusta, ingkar janji,
dan melampaui batas jika ada perbedaan pendapat.” (HR Bukhari).
Pengkhianatan menjadi salah satu sifat jahat dalam diri manusia. Di
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), khianat artinya perbuatan
tidak setia, tipu daya, perbuatan ingkar janji. Jika merujuk pada
definisi itu, banyak sekali sifat khianat dipertontonkan di negeri ini.
Contoh sederhananya adalah khianat terhadap amanah yang diberikan
rakyat.
Banyak calon pemimpin di negeri ini yang mengungkapkan seribu satu
janji kampanye demi mendulang suara. Tak jarang, kontrak politik pun
ditekennya agar mendapat rasa percaya. Setelah terpilih, janji pun
tinggal janji. Apa yang dikatakan saat kampanye jauh panggang dari api.
Amanah suara rakyat pun dikhianati. Janji sudah diingkari. Kisah
pengkhianatan bisa dilihat dari Abdullah bin Ubay. Orang yang mengaku
Islam, tetapi kerap menjadi provokator di Madinah. Tokoh ini toleran
terhadap kaum Musyrikin, tetapi menyembunyikan toleransinya terhadap
kaum Muslimin.
Lainnya adalah dusta alias bohong. Berbohong dan menyebarkan kabar
kebohongan seolah sudah menjadi tren di negeri ini. Banyak sekali berita
hoax yang dibagikan tanpa proses tabayun terlebih dahulu kepada si
empunya peristiwa. Dusta dalam konteks berita sangat merugikan. Allah
SWT pun menyuruh kepada kaum mukminin untuk meneliti dan mengonfirmasi
berita yang datang kepadanya. Khususnya ketika berita itu datang dari
orang fasik. “Wahai orang- orang yang beriman, jika ada seorang fasik
datang kepada kalian dengan membawa suatu berita penting, tabayunlah
(telitilah dulu), agar jangan sampai kalian menimpakan suatu bahaya pada
suatu kaum atas dasar kebodohan, kemudian akhirnya kalian menjadi
menyesal atas perlakuan kalian.” (al-Hujurat :6).
Ingkar janji juga digolongkan dalam munafik. Orang-orang beriman pun
harus berhati-hati dalam menepati janji. Karena itu, Rasulullah SAW pun
mengajarkan agar mengucapkan insya Allah jika hendak berjanji atau
memberi harapan. Rasulullah SAW bersabda, ”Berkata Sulaiman bin Daud as:
Malam ini aku akan berkeliling mengunjungi 70 perempuan, tiap perempuan
kelak akan melahirkan seorang anak yang kelak akan berperang di jalan
Allah.” Sulaiman ditegur oleh malaikat, ”Katakanlah Insya Allah.”
Sulaiman tanpa mengucapkan insya Allah mengunjungi 70 perempuan itu dan
ternyata tidak seorang pun di antara wanita-wanita itu yang melahirkan
anak, kecuali seorang wanita yang melahirkan seorang setengah manusia.
Demi Allah yang nyawaku ada di tangan-Nya, seandainya Sulaiman
mengucapkan kata insya Allah niscaya ia tidak gagal dan akan tercapai
hajatnya. (HR Bukhari dan Muslim).
Terakhir, yakni berlebihan saat berbeda pendapat atau berselisih.
Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita untuk meninggalkan hal yang tidak
bermanfaat. Perdebatan tanpa ilmu alias debat kusir yang tidak jelas
ujung pangkalnya kerap kita saksikan di televisi dan kehidupan
sehari-hari. Padahal, seperti diriwayatkan Imam Abu Dawud, Rasulullah
sudah memberikan jaminan rumah di pinggiran surga kepada orang yang
mampu meninggalkan debat meski dia orang yang benar,
0 comments:
Post a Comment