JAKARTA – Strategi pembangunan nasional sebaiknya fokus pada
keamanan pangan melalui peningkatan produksi nasional. Untuk itu,
keberpihakan pada produk dalam negeri mesti konsisten agar terwujud
mandiri pangan.
Selama ini, pembangunan ketahanan pangan dilakukan melalui impor.
Akibatnya, petani dan industri nasional mati karena dibanjiri pangan
impor.
Dewan Pembina Institut Agroekologi Indonesia (Inagri), Ahmad Yakub,
mengatakan terjadinya gejolak harga saat ini karena konsep ketahanan
pangan yang dibangun mengandalkan produk impor.
“Ketika negara eksportir terkena dampak wabah virus korona, seketika
pasokan terhenti dan pada akhirnya membuat Indonesia kekurangan
pangan. Padahal, Indonesia juga sedang berjuang melawan Covid-19,”
katanya saat dihubungi, Jumat (20/3).
Menurut Yakub, musuh selama ini bukan negara lain, tapi yang paling
berbahaya adalah oknum dalam negeri yang sistematis mematikan petani dan
industri nasional dengan rent seeking impor. “Rent seeking impor inilah yang mematikan industri dan petani nasional,” tegasnya.
Diungkapkan, importir pangan juga memainkan pasar untuk mengambil keuntungan sebesar-besarnya hanya bermodalkan izin impor.
“Mereka modal dengkul, tapi mempunyai izin impor. Mengapa mereka dibiarkan sampai pangan kita collapse? Apakah tidak membahayakan pangan nasional?” ujarnya.
Yakub mengingatkan agar para pembantu Presiden tidak memanfaatkan
kebijakan untuk kepentingan importir. Sebaiknya, Bulog sebagai badan
penyangga diberikan izin impor.
“Masak Bulog minta tolong swasta nasional yang kecil untuk
menutupi kekurangan pasar. Kondisi ini tidak bisa dibiarkan begini
terus, bukankah akan merontokkan ekonomi nasional?” kata Yakub.
Amanat UU
Menurut Yakub, untuk mengendalikan impor pangan tersebut pemerintah
diminta segera membentuk Badan Pangan seperti yang diamanatkan
Undang-Undang (UU) Pangan. “Masa depan bangsa ini salah satunya
terletak di pertanian termasuk perkebunan. Untuk itu, Badan Pangan
Nasional haruslah segera dibentuk agar ada cadangan pangan untuk
mencapai keamanan pangan,” katanya.
Yakub menegaskan harus ada upaya luar biasa dari pemerintah untuk
memangkas impor pangan maupun migas guna mengurangi defisit
perdagangan. “Makanya perlu dibentuk Badan Pangan untuk atasi persoalan
pangan. Badan Pangan ini langsung di bawah Presiden,” tegasnya.
Sebelumnya, ahli pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM ) Yogyakarta,
Dwijono Darwanto, mengatakan pemerintah mesti segera membentuk Badan
Pangan Nasional yang sudah diamanatkan undang-undang sejak 2014.
“Segera jadikan Bulog sebagai Badan Pangan Nasional langsung di
bawah Presiden. Ketuanya harus setingkat Menko supaya bisa mengatasi
semua persoalan di masing-masing kementerian,” ujarnya.
Menurutnya, dengan terbentuknya Badan Pangan yang ketuanya setingkat
Menko, kemungkinan kekurangan bahan pangan sangat kecil karena sudah
direncanakan dan diantisipasi dengan melibatkan sejumlah menteri
terkait, seperti Menteri Pertanian, Menteri Perdagangan, Menteri
Keuangan, dan Menteri Dalam Negeri.
Dengan pimpinan setingkat Menko, persoalan-persoalan di masing-masing
kementerian bisa diatasi. Nantinya, akan ada satu kebijakan bulat dan
terkoordinasi di bawah Presiden, sehingga melalui Badan Pangan misi
kemandirian pangan nasional bisa dicapai dalam waktu lima sampai tujuh
tahun mendatang.
Dwijono mencontohkan kelangkaan gula di pasaran sekarang ini.
Padahal, setiap tahun Indonesia mengimpor gula rafinasi dan gula
kristal putih di atas 3,5 juta ton atau mewakili 72 persen pasokan gula
nasional.
“Ke mana itu larinya gula impor? Ini memang aneh. Pasar selalu
dibanjiri gula impor yang mematikan industri gula nasional, tapi
tiba-tiba menghilang seperti sekarang ini. Masalah ini selalu berulang
tiap tahun,” katanya, Kamis (19/3).
Sementara itu, saat Badan Urusan Logistik (Bulog) dan Sugar Group
Companies mengadakan operasi pasar di Pasar Palmerah, Jakarta, Kapolda
Metro Jaya Inspektur Jenderal Nana Sudjana mengatakan jajarannya akan
mendalami dugaan penimbunan terkait kenaikan harga gula di pasaran.
“Harga gula ada kenaikan, ini akan jadi perhatian kami. Satgas Pangan
akan melakukan upaya dan penyelidikan langkanya gula, mungkin ada
penimbunan atau hal lain,” kata Nana.
Nana juga mengatakan, pihaknya akan menindak tegas apabila terbukti
ada oknum yang mencoba mengambil keuntungan dari kelangkaan gula.
“Karena itu distributor dan spekulan jangan menimbun, kami akan tindak tegas yang memanfaatkan kondisi ini,” ujarnya.
0 comments:
Post a Comment