Distribusi bantuan sosial (bansos) tahap dua selama Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) di DKI dihentikan sementara. Pemprov hendak
mengevaluasi data penerima Bansos yang selama ini dikeluhkan tidak tepat
sasaran dan amburadul.
Evaluasi menunggu data valid dari Dinas Sosial.
Kepala Divisi Perkulakan, Retail dan Distribusi Perumda Pasar Jaya,
Edison Sembiring mengatakan kemungkinan besar data penerima bansos tahap
dua akan bertambah. Pada tahap pertama jumlah penerima Bansos tercatat
sebanyak 1,2 juta KK.
"Kemungkinan bertambah jumlah penerima Bansos dan juga jenis isi
paket. Kita selesai (distribusi) sesuai daftar kelurahan dan RW pada
hari Sabtu tanggal 25 April," kata Edison kepada merdeka.com, Selasa
(28/4).
Distribusi dijadwalkan 9 hingga 24 April. Namun proses distribusi tidak sesuai jadwal, dan ditemukan tidak tepat sasaran.
Bentuk Bansos berupa kebutuhan pokok yakni beras 5 kg 1 karung,
sarden 2 kaleng kecil, minyak goreng 0,9 liter, 1 pouch, biskuit 2
bungkus, serta masker kain 2 pcs, sabun mandi 2 batang.
Ketua RW Harap Pemerintah Pusat Ikuti Data dari Bawah
Sengkarut data penerima bansos yang amburadul disebabkan tidak
sesuainya jumlah antara yang dipegang pemerintah pusat dengan lapisan
paling bawah.
ST, salah satu Ketua RW di Kecamatan Cipayung mengungkapkan jika
pemerintah mengacu kepada data yang dikirimkan dari tingkat Rt dan RW,
maka penyaluran Bansos pasti akan tepat sasaran.
"Kemarin saya dapet, Senin 20 April kemarin. Nah, setelahnya itu kita
pengurus RT/RW sudah mendata masyarakat sesuai wilayah domisili tempat
tinggal. Jadi insyallah lah kalo pemerintah ikutin data itu, sesuai udah
karena langsung data dari bawah," ujarnya saat dihubungi merdeka.com.
Dia menjelaskan, para RT/RW selaku yang membagikan bansos langsung
kepada warga di tahap pertama ini, mengalami beragam persoalan terlebih
soal data yang tidak sesui.
"Kalau yang pertama itu, kita susah di pendataan warga. Banyak data
dari pemerintah tidak sesuai dengan alamat tempat tinggal warga. Berbeda
antara tempat tinggal langsung dengan data, jadinya banyak warga yang
menanyakan ke kita dan engga sedikit curiga ke pengurus RT/RW padahal
kita udah jelasin sesuai aturan," ungkap ST.
Atas kesalahan data tersebut, dia telah mengembalikan 100 paket
bansos yang tidak jadi diberikan kepada warga, karena tidak sesuai data
antara domisili tempat tinggal.
"Jadi warga itu data sesuai sama RW saya, tapi tempat tinggalnya
sudah pindah. Tapi kalau memang mau ngambil ya bisa, tapi kita RW harus
koordinasi ke pihak sana untuk menulis bahwa warga itu udah dapet
bansos. Ribet emang tapi biar enggak ada dapet ganda kan," ujarnya.
Kendala selanjutnya, atas pendataan yang dilakukan untuk tahap kedua.
ST mengungkapkan banyak warga yang berkecukupan, bahkan pegawai negeri
minta untuk didata jadi penerima bansos.
"Kita di bawah kan bertugas mendata kembali warga yang belum dapet,
kita data tapi banyak warga yang berkecukupan minta didata juga termasuk
PNS. Kalau udah gitu, kita RT/RW disindir itukan uang negara bukan uang
RT/RW, tapi kita megang beban moral dan kasian juga warga kekurangan,"
ungkapnya.
Dari hal tersebut, ST mengharapkan kepada pemerintah lebih memasifkan
kembali informasi siapa yang berhak dan tidak supaya penyaluran bansos
tepat sasaran. Terlebih pada tahap kedua nanti, penyaluran bansos harus
lebih baik dari yang kemarin.
"Kitakan harus tetep jujur, sesuai dengan ketentuan dan form
aturannya, dengan surat PHK, atau tidak berpenghasilan, gaji di bawah.
Semoga bantuan cepat turun, karena warga menunggu dan juga datanya bener
biar kita engga susah juga," katanya.
0 comments:
Post a Comment