Tak terasa kita sudah berada di pertengahan bulan Sya’ban, artinya
kurang dari sebulan lagi menuju Ramadhan. Meskipun Pemerintah Indonesia
melalui Kementerian Agama belum melakukan Sidang Isbat penentuan awal
Ramadhan, tapi sebagian ormas Islam sudah menetapkan, pun Badan Hisab
Rukyat (BHR) Kemenag sendiri memprediksi Ramadhan akan berlangsung
serentak. Dan jika tak ada perbedaan, dinyatakan umat Islam di Indonesia
mulai melaksanakan ibadah puasa 1 Ramadhan 1441 Hijriyah pada hari
Jum’at tanggal 24 April 2020.
Bagi umat Islam bulan Ramadhan adalah bulan yang dinanti-nanti, bulan
penuh rahmat dan ampunan. Bulan diturunkannya Al-Qur’an sebagai sumber
petunjuk kaum muslimin, pembeda antara haq dan bathil serta penjelasan
mengenai petunjuk itu sendiri. Ramadhan satu-satunya nama bulan yang
diabadikan Allah dalam Al-Qur’an, di dalamnya terdapat malam yang
digambarkan lebih baik dari seribu bulan (lailatul qodar). Syahrul adzim
mubarak, bulan yang agung dan berlimpah keberkahan, itulah Ramadhan.
Maka dengan berbagai keistimewaannya inilah kita dianjurkan
bergembira dan bersukacita dalam menyambutnya. Sebab kegembiraan
menyambut Ramadhan itu juga menjadi salah satu tanda keimanan seorang
muslim. Ibarat akan menyambut tamu agung yang dinanti-nanti, maka kita
perlu mempersiapkan segalanya dan tentu dengan senang hati menyambut
datangnya sang tamu.
“Katakanlah (Muhammad), Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya,
hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang
mereka kumpulkan.” (QS. Yunus 10: Ayat 58)
Namun, kegembiraan tersebut sepertinya harus dilingkupi juga dengan
kesedihan. Ada tamu tak diundang yang mungkin akan menemani kita selama
Ramadhan nanti, bahkan beberapa bulan kedepannya.
Ya, hampir tiga bulan sudah pandemi Corona Virus Disease 2019
(Covid-19) melanda dunia. Virus yang berawal dari Kota Wuhan di Provinsi
Hubei Cina ini dalam waktu singkat menyebar ke lebih dari 200 negara di
dunia tak terkecuali Indonesia. Pada 11 Maret 2020, WHO (World Health
Organization) pun mengumumkannya sebagai pandemi global. Pemerintah
Indonesia meresponnya dengan menyatakan status Bencana Nasional dan
kemudian mengeluarkan aturan sosial distancing (diubah jadi physical
distancing) guna mencegah penularan lebih masif. Kampus dan
sekolah-sekolah mengalihkan proses belajar menjadi sistem daring,
sejumlah perusahaan dan instansi menugaskan karyawan atau pegawainya
untuk bekerja dari rumah. Dunia seakan “diistirahatkan” dengan adanya
pandemi Covid-19 ini, manusia tidak dapat beraktivitas seperti biasanya.
Berdasarkan data WHO hingga Selasa, 7 April 2020, ada 1,35 juta orang
di dunia terinfeksi, 287.679 sembuh, dan 74.870 orang diantaranya
meninggal dunia. Sedangkan di Indonesia sampai 7 April 2020, tercatat
2.738 kasus dengan 204 sembuh dan 221 orang meninggal dunia. Data ini
menunjukkan kenaikan angka yang begitu drastis, sejak dua pasien pertama
virus Covid-19 di Indonesia diumumkan oleh Presiden Jokowi pada 2 Maret
2020 yang lalu.
Hal ini tentu menjadi kabar kurang baik, terlebih bagi umat Islam di
Indonesia maupun di seluruh dunia yang berharap dapat menjalani ibadah
puasa di bulan Ramadhan dengan ketenangan dan kekhusyuan.
Menyambut Ramadhan
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (QS.
Al-Baqarah 2: Ayat 183)
Walau demikian, di tengah situasi sulit seperti ini kita tetap harus
mempersiapkan diri dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan. Menyambut
yang dimaksud sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wasallam. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Siti
Aisyah Radhiallahu ‘Anha: “Aku tidak pernah melihat Nabi
Shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa sebulan penuh selain puasa
Ramadhan, dan aku juga tidak pernah melihat beliau begitu banyak
berpuasa selain pada bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Artinya, dalam menyambut Ramadhan kita dapat melakukan berbagai
persiapan. Sebab Ramadhan adalah momentum olah jiwa tahunan (riyadhah
tsanawiyah), dimana ada dua dimensi yang dibentuk disini, yaitu ruhiyah
dan jasadiyah. Pertama, dimensi ruhiyah yang mencakup segala hal tentang
semangat dan ketaatan dalam beribadah (sholat, tilawah, dzikir, dll).
Kedua, dimensi jasadiyah yang menguji ketahanan fisik, dengan adanya
larangan makan dan minum dari mulai terbitnya fajar sampai tenggelamnya
matahari di waktu maghrib.
Persiapan fisik dapat dilakukan diantaranya dengan mengatur pola
hidup sehat, rajin berolahraga, makan yang sehat dan bergizi, istirahat
cukup, dan memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya’ban ini, agar saat
Ramadhan nanti langsung terbiasa. Selain itu mempersiapkan mental juga
penting, dengan memperdalam ilmu agama, terutama berkaitan tentang
Ramadhan, lalu membuat targetan amalan yang akan dikerjakan selama
Ramadhan nanti.
Karena Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya banyak keutamaan dan
melimpah keberkahan, sayang jika dilalui begitu saja tanpa produktivitas
tinggi yang penuh arti. Membaca buku, menulis, mendengar tausyiah,
podcast, mengikuti kajian daring, membuat kerajinan tangan, dll. bisa
menjadi alternatif untuk mengisi waktu selama Ramadhan #DiRumahAja,
tentu yang paling utama memperbanyak amal ibadah kepada Allah. Dengan
ruang terbatas di tengah pandemi Covid-19 bukan menjadi alasan untuk
kita melakukan banyak kemalasan dan kemubadziran.
Apalagi jika kita berkaca pada sejarah, banyak peristiwa besar dalam
peradaban umat Islam terjadi di bulan Ramadhan. Perang Badar pada
tanggal 17 Ramadhan 2 Hijriyah, pertempuran kaum muslimin dengan kaum
kafir Quraisy, yang dimana dengan rasio kekuatan 1/3 dari musuh, umat
Islam mampu memenangi pertempuran tersebut. Kita tidak dapat
membayangkan bagaimana sebuah pasukan yang sedang berpuasa bisa terus
berperang mengangkat pedang. Bahkan memenangkan pertempuran yang sama
sekali tidak seimbang. Namun itulah janji Allah, Tuhan yang tidak pernah
ingkar akan janji-Nya.
Lalu peristiwa Fathu Makkah (pembebasan Kota Mekkah) dari kaum kuffar
pada tanggal 10 Ramadhan 8 Hijriyah, dan yang tak kalah heroik
kemenangan Shalahuddin Al-Ayyubi pada perang salib “Battle of Hattin” di
Palestina yang bertepatan dengan tanggal 26 Ramadhan. Di Indonesia
Ramadhan juga bulan bersejarah karena proklamasi kemerdekaan jatuh pada
tanggal 17 Agustus tahun 1945 yang bertepatan dengan 9 Ramadhan 1364
Hijriyah. Ini artinya puasa di bulan Ramadhan bukan alasan untuk malas
berpikir maupun bertindak.
Dan jika kita merujuk kembali pada ayat di atas, QS. Al-Baqarah :
183. Perintah berpuasa sesungguhnya bukan titah biasa. Kata amanu di
ayat tersebut merupakan panggilan khusus bagi mereka yang mengaku
dirinya beriman. Ini berbeda dengan lafadz lain semisal ayuha an-naas
(wahai manusia), yang merupakan seruan umum kepada semua umat manusia.
Karenanya, dengan berpuasa, kita pun sebenarnya telah mengaku diri
sekaligus membuktikan sebagai orang yang beriman.
Sekali lagi, bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan pahala
kebaikan, dimana untuk mendapat pahala tersebut kita harus menguatkan
iman kita, agar bisa melakukan banyak amalan kebaikan. Melakukan ibadah,
baik yang wajib maupun sunnah, mulai dari sholat wajib, tarawih,
tilawah, dzikir, sedekah, dan memperluas wawasan keislaman. Dimana
tujuan akhir dari itu semua adalah untuk mencapai derajat takwa
(la’allakum tattaquun). Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu bahwa
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa
berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka
dosanya yang telah lalu akan diampuni” (HR. Bukhari dan Muslim).
Oleh karena itu mari kita selaku kaum muslimin senantiasa
membersihkan jiwa maupun raga. Dengan terus meningkatkan kualitas
keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wata’ala. Jadikan
bulan Ramadhan kali ini sebagai momentum refleksi dan muhasabah diri
atas apa yang dilakukan sebelas bulan kebelakang. Dan barangkali dengan
adanya wabah ini Allah mengisyaratkan kaum muslimin untuk lebih banyak
waktu dalam mendekatkan diri dan memperbanyak ibadah kepada-Nya. Mari
kita berdo’a semoga pandemi Covid-19 ini segera berlalu, agar kita bisa
menjalani Ramadhan dengan tenang dan khusyu.
0 comments:
Post a Comment