SERANG-Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah higga kini masih
fokus dalam pencegahan dan penanggulangan stunting di Kabupaten Serang.
Untuk itu, pihaknya mengimbau kepada organisasi perangkat daerah (OPD),
camat, dan pemerintah desa (pemdes) untuk melaksanakan tugas dan peran
aksi konvergensi penurunan stunting.
“Pada tahun 2018 lalu untuk gizi buruk menurun tapi stunting naik,
kita tidak boleh menganggap enteng persoalan ini,”ujar Tatu kepada
wartawan usai membuka Rembug Stunting bertemakan “Strategi konvergasi
stunting di Kabupaten Serang” yang dihadiri seluruh kepala OPD, Camat
dari 29 kecamatan, kepala desa, dan dari Puskesmas di salah satu hotel
di Kecamatan Waringin Kurung, Rabu (29/07/2020).
Sebab, kata Tatu, persoalan stunting yang dialami anak balita bukan
hanya berdampak pada bagian tubuhnya saja yang mengecil tetapi ini juga
di otaknya. “Ini sangat membahayakan untuk generasi penerus di Kabupaten
Serang khususnya, kalau ini tidak ditangani dengan serius karena
persoalan tingkat kecerdasan berartu untuk generasi kedepan,”katanya.
Oleh sebab itu, sebutnya, Dinkes mengadakan acara rembug penanganan
stunting secara menyeluruh dengan melibatkan semua OPD (organisasi
perangkat daerah), camat, puskesmas, dan kepala desa (kades). Karena
dalam pencegahan ataupun penanganan tidak bisa hanya dilakukan oleh
dinas kesehatan misalnya dengan memberi pemahaman kesadaran kepada
masyarakat persoalan akan pentingnya kesehatan.
“Itu bukan hanya (tugas) dinkes, juga para kepala desa harus duduk
bersama rembug menangani persoalan stunting ini. Dalam penanganannya
tentunya perlu didukung dengan anggarannya, maka dalam rembug ini juga
Bappeda hadir. Ini tugas semua stake holder,”tegas Tatu.
Didampingi Kepala Dinkes Kabupaten Serang Agus Sukmayadi, Tatu
menjelaskan, banyak faktor atas stunting yang dialami balita.
Kemungkinan awal mulanya wanita atau ibu hamil kurangnya asupan gizi
yang kurang baik. Dengan demikian, faktor terjadinya stunting bukan
hanya dari segi perekonomian yang kurang mampu bahkan sebaliknya pun
bisa terjadi.
“Seperti anak gadis yang ingin langsing sehingga kurang asupan yang
bergizi mereka menjadi anemia. Nah pemahaman ini harus masuk di sekolah
tingkat SMA juga walalupun bukan kewenangan kita (pemda), agar mereka
tahu perjalanan panjang terjaid stunting terhadap anak balita,”terang
Tatu. Seraya menambahkan, para kepala desa pun harus menyiapkan
anggarannya untuk penanganan stunting.
Kepala Dinkes Kabupaten Serang, dr Agus Sukmayadi menambahkan, bahwa
dalam upaya pencegahan dan penanganan stunting pihaknya akan terus
memberikan informasi kesehatan kepada masyarakat terutama para remaja
putri dan keluarganya agar mengonsumsi pola asupan gizi yang baik.
“Itu yang pertama kami lakukan. Kemudian yang kedua pada saat mereka
pra konsepsi atau pra nikah di informasikan kepada calon pengantin pada
saat hamil 3 bulan akan kita lakukan pemeriksaan dengan menggunakan
buku KIA,”terang Agus.
Dikatakan Agus, stunting merupakan permasalahan gizi kronis akibat
kurangnya asupan gizi dalam waktu yang lama atau kronis, terjadi sejak
bayi dalam kandungan. “Karena saat hamil sang ibu kurang mengonsumsi
makanan bergizi,”ujarnya.
Agar stunting tidak meluas di Kabupaten Serang, sebut Agus, akan
dilakukan pencegahan dan penanggulangan stunting difokuskan terhadap
1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu sejak saat perkembangan janin
di dalam kandungan hingga usia anak 2 tahun. “Namun tugas ini tidak
hanya menjadi tanggung jawab semua stake holder yang ada di Kabupaten
Serang,”ujarnya.
Dia memaparkan, untuk jumlah balita berusia satu sampai dua tahun
yang menderita stunting berdasarkan data yang tercatat hingga tahun 2020
sebanyak 7.189 anak. “Dengan rembug stunting ini kita mencoba untuk
pencegahan agar tidak meluas terjadi. Kemudian penanganan pola asuh yang
baik bagi yang sudah menderita stunting,”tuturnya.
0 comments:
Post a Comment