SERANG, (KB).- Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)
serentak empat kabupaten/kota di Banten tahun 2020 dinilai memiliki peta
pencalonan bervariasi. Calon di Pilkada Kabupaten Pandeglang berpotensi
tunggal dan Kabupaten Serang dua pasangan calon (paslon) atau head to
head. Sedangkan Pilkada Kota Cilegon dan Tangerang Selatan berpotensi
lebih dua paslon.
“Tiap kabupaten/kota memiliki kondisi yang berbeda,” kata Akademisi
Untirta Ail Muldi,
Ail mengatakan, petahana selain Pandeglang dalam pilkada
kabupaten/kota di Banten berpotensi memiliki penantang. Hal itu dilihat
dari bakal calon yang sudah mendapatkan rekomendasi dukungan partai dan
sisa kursi partai politik untuk bisa mengusung paslon.
“Bahwasanya ada kecenderungan kabupaten/kota memiliki lawan,” katanya.
Di Kabupaten Serang, paslon petahana yaitu Ratu Tatu Chasanah-Panji
Tirtayasa kemungkinan besar berhadapan dengan pasangan Nasrul
Ulum-Masduki yang prediksinya diusung Gerindra dan PAN. Jika ini terjadi
maka Eki Baihaki kekurangan kursi untuk maju mengingat kursi Partai
Demokrat masih tak cukup.
“(Jika Nasrul Ulum-Eki Bayhaki diusung Gerindra) memang sisa kursi partai politik yang ada dimungkinkan hanya dua calon,” ujarnya.
Kemudian untuk Pilkada Kota Tangerang Selatan petahana yang akan maju
adalah Wakil Wali Kota Tangerang Selatan Benyamin Davnie. Salah satu
penantangnya ada Putri Wakil Presiden RI Siti Nur Azizah. Selain itu
juga ada kubu lain yang masih bisa pencalonan.
Pilkada Cilegon paslon yang akan menantang petahana Ati Marliati
adalah Helldy Agustian-Sanuji Pentamarta. Terdapat juga pasangan lain
yang masih bisa maju dengan mempertimbangkan kursi partai yang belum
mengusung paslon.
“Ada potensi partai politik mengusung calon sendiri melihat dari jumlah kursi partai politik,” ucapnya.
Sedangkan untuk Pilkada Pandeglang dia masih melihat potensi yang
besar untuk calon tunggal yaitu pasangan Irna Narulita-Tanto Warsono
Arban. Potensi perlawanan di Kabupaten Pandeglang awalnya tergantung
sikap keluarga Mulyadi Jayabaya. Melihat komposisi Irna-Tato yang
merupakan kolaborasi dua kekuatan maka perlawanan akan sangat kecil baik
dilakukan Mulyadi Jayabaya maupun kekuatan lain.
“Karena mereka (Irna-Tanto) memiliki kekuatan, baik secara kekuatan
politik, kekuatan di masyarakat dan aspek lainnya sepertinya sangat
berpotensi kotak kosong,” tuturnya.
Alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) ini menilai, munculnya
perlawanan terhadap petahana di beberapa pilkada kabupaten/kota
merupakan kabar menggembirakan. Hal tersebut menunjukkan partai politik
di Banten memiliki sistem kader yang baik.
“Khususnya untuk mempersiapkan calon pemimpin,” ujarnya.
Adapun yang membuat petahana pilkada memiliki penantang disebabkan
beberapa faktor. Faktor tersebut berbeda di masing-masing
kabupaten/kota.
“Seperti di Tangsel saja kan kalau Tangsel karena dia dekat dengan
Jakarta maka parpol lebih cair, tidak dominan kepada pasangan calon,”
ucapnya.
Kemudian Kabupaten Serang, dia melihat terdapat kubu lain selain petahana yang turut memiliki kekuatan maju dalam pilkada.
“Misalnya Pak Eki (Baihaki) atau keluarga besar bupati sebelumnya.
Tapi yang lain ternyata ada faksi baru, Masduki-Masrori. Ini kan
orang-orang tak memiliki kekuasan di Serang. Tapi di sisi lain mewakili
faksi karakteristik masyarakat yang menginginkan perubahan,” ujarnya.
Menurut dia, terdapat dua kubu kekuatan politik. Pertama kubu
petahana dan kedua kubu yang menginginkan adanya pemimpin baru dari
tokoh tak terikat dengan petahana. Pemicunya adalah kasus korupsi yang
menjerat dua kepala daerah sebelum kepala yang saat ini menjabat.
“Ada kelompok yang menginginkan pemimpin baru bahwa sannya kasus korupsi dua periode ke belakang menjadi cerminan,” katanya







0 comments:
Post a Comment