Monday, 12 October 2020

Tentang Segelas Kopi, Obrolan Politik, Dan Topeng Sosial

 

 Jauh sebelum tradisi “bicara” menciptakan kegaduhan di media-media sosial, sebut saja Facebook dan Whatsup (WA), tradisi Manggarai sudah membiasakan “omong-omong” sambil menyeruput kopi di rumah sendiri, rumah kawan, dan rumah kenalan.

Dengannya, tradisi minum kopi menandakan hospitalitas kawanan.Tidaklah sedap kalau suatu pembicaraan tanpa kopi. Kopi menjelma jadi simbol kawanan. Tidak hanya di kampung bernama Manggarai, melainkan di sebagian jagat lain.Ihwal kopi, sejumlah media arus utama, sebut saja Kompas dan Tempo, pernah memuji kopi asal Manggarai. Konon, kopi Manggarai beraroma kuat dan bercita rasa khas, tanaman yang sudah berkembang sejak tempoe doeloe, zaman kolonial.

Kopi Manggarai dengan varian Arabika dan Robusta sudah dan sedang menjadi komoditas eskpor hingga Negeri Sakura, Negeri Paman Sam, Negeri Tuan Hitler, dan nagari-nagari di kawasan Timur Tengah, tempat raja-raja minyak berjenggot lebat.

Dengan kesuburan vuklanis, kontur berbukit-bukit, dan terletak pada ketinggian 1300-1500 diatas permukaan laut, beberapa wilayah di Manggarai ideal ditanami kopi.

Kopi, kemudian, membawa berkah berwujud tumpukan rupiah yang menjadikan petani-petani dan pedagang-pedagang di pelosok menjadi jutawan, bisa membeli lunas “oto kol dan travel”, hingga menguliahkan anak ke pulau-pulau seberang. Kopi menciptakan “orang-orang kaya lokal”, meski tidak bakal mengalahkan jurus-jurus kungfu pedagang-pedagang berdarah Tiongkok.

Di sekitar rumah, di kebun nan jauh, kopi ditanam warga ramai-ramai. Dengan kelimpahan mutiara hitam menyebabkan tradisi minum kopi menjadi hukum wajib, bisa tiga sampai empat kali dalam sehari. Kopi bikin kecanduan penikmatnya.

Kopi menjadi sobat bincang, baik hal remeh-temeh maupun kepelikan politik. Di sisi lain, gelas kopi menjadi sumber inspirasi mitis magis.

Konon, sejumlah “orang pintar” bisa membaca dunia dari sisa ampas kopi. Kopi ditafsir berbau mitis magis. Ampas kopi, katanya, bahkan bisa membaca jodoh hingga keuntungan dagang.

Dulu segelas kopi tidaklah berwajah lembaran rupiah. Sebab, kopi itu jamuan untuk tamu yang sifatnya gratis, prodeo. Namun, zaman sudah maju bro. Semua hal menjelma bisnis.

“Bisnis” tempat nongkrong di beberapa sudut kota dingin, misalnya, menyediakan kopi ala kafe. Tradisi minum kopi menjadi obyek turisme dan tempat tongkrongan layaknya gaya hidup manusia-manusia kota besar.

“Segala hal tampak sebagai bisnis dan segala hal pun dilihat sebagai yang politis. Politik menjadi hiburan dan bisnis, sementara pengetahuan “didagangkan” dan dimasyarakatkan,” ujar Baudrillard.

Kopi dan tradisi bicara politik terpendar dalam segelas kopi hitam. Tradisi bicara ini tentu lahir dari kebiasaan purba dari kebudayaan oral. Tradisi yang melahirkan macan-macan panggung yang lihai berbicara di hadapan khalayak, melahirkan mereka yang dinobatkan menjadi “pengamat-pengamat” dan menjadi bintang talkshow televisi-televisi di Jakarta.

Kopi meninggakan “jejak” banyak makna. Dan tradisi “omong” membekas dalam banyak hal yang memunculkan para pendekar bicara, yang selalu melihat realitas dalam kaca mata kritis, lalu mereka menyebut diri kritikus yang rajin berkotbah melalui media, baik media sosial maupun  media-media arus utama.

Dan semenjak kebebasan bicara dibuka lebar usai Tirani Suharto, para pendekar bicara muncul sampai pelosok-pelosok negeri, juga di Manggarai. Politik dan hiruk pikuknya pun tampak jadi hiburan khalayak ramai. Hiburan karena bibir-bibir selalu menghibur diri dengan berbicara politik dan sebagai orang politik.

Sebagai hiburan, politik adalah kata-kata yang menyenangkan dan menghibur. Sakit kerana persoalan ekonomi pelik bisa diobati oleh “omong pelitik.”Sebagai sebuah “via consolatione,” jalan penghiburan, politik menawarkan panggung yang menghibur.

Di atas panggung hiburan, muncul pelbagai lakon yang menjelaskan karakter-karakter manusia. Karakter-karakter yang menyembunyikan diri di balik topeng-topeng sosial atau yang lazim disebut persona.

Kata Carl Jung, manusia selalu mengenakan topeng-topeng sosial dalam pelbagai situasi. Persona atau topenglah yang menghubungkan manusia dengan dunia sosial dan berperan sesuai tuntutan sosial. Persona itu memunculkan diri dalam pakaian, bicara, gerak tubuh, makanan, kendaraan, dandanan, dan sebagainya.

Ada yang berperan politis-profetis-kritis. Mulut-mulutnya berbau ayat-ayat sacra pagina, tradisi-tradisi kudus, dokumen-dokumen sakral, dan kewenangan spiritual.

Ada yang berperan sebagai kekuatan sipil, kritis, obyektif, independen, anti kapitalis, dan tidak korup. Mereka berwajaah anti mapan, kritis, dan selalu mempelototi kekuasaan yang bertingkah aneh. Mereka melawan kapitalisme dan manusia kapitalis meski mereka sendiri mendepositkan uang donor agar bertahan hidup.

Ada yang menjelma jadi apparatus kekuasaan yang membangun. Dalam otaknya ada banyak angka statistik soal kemajuan yang dia klaim sebagai anak dari kebijakan-kebijakan politis.

Mereka  menawarkan “program” nama yang sama dengan sebutan lembaga swadaya masyarakat, meski kemudian ujung-ujungnya berwajah proyek-proyek kesejahteraan.

Ada pula yang bersembunyi di balik kata-kata, kalimat akademik, bahkan puisi, monolog, dan tarian, sekadar mengajari kekuasaan soal cara berbuat agar masyarakat bahagia.

Sebagai “tukang bicara” yang diklaim kritis obyektif pengetahuan dipamer pada halaman-halaman koran, seolah-olah “otak, mulut, dan tangannya” menjadi kunci dan solusi persoalan-persoalan panggung politis.

Dari kopi, tradisi omong, terpeliharalah kegaduhan-gaduhan yang oleh mata khalayak disebut “pelitik yang menghibur,” politic of consolations. Dan dari tembok-tembok sekolah, tahun demi tahun, dilahirkan generasi-generasi yang bakal mengisi panggung  politis ini.

Akhirnya, dari segelas kopi, tulisan ini berbicara kesana kemari, tidak tentu, mabuk senyawa kafein. Tulisan yang turut serta dalam kegaduhan-kegaduham yang ia ciptakan dan beri solusi sendiri. Lucu ‘kan? Kegaduhan yang membuat tidak sedikit persona melotot media-media sosial yang sudah sangat dipolitikkan. Mari minum dan selesaikan kopi Anda
Share:

0 comments:

Post a Comment

DPRD Provinsi Banten Selamat Idul Adha 1446 H

DPRD Provinsi Banten Selamat Idul Adha 1446 H

BERBUAT BAIKLAH SESUNGUHNYA UNTUK DIRI KITA

BERBUAT BAIKLAH SESUNGUHNYA UNTUK DIRI KITA

DINAS PENDIKAN BANTEN SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL

DINAS PENDIKAN BANTEN SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL

Silakan Klik Kerja sama Publikasi

MOTO KAMI


Cermat Cerdas Tepat Dalam Informasi Menjadi Media Inpendent Berita Tanpa Intervensi

Unsur Pimpinan DPR RI 2024 2029

SELAMAT MENJALANKAN IBADAH PUASA 2025

SELAMAT MENJALANKAN IBADAH PUASA 2025

PT KONTAK MEDIA PERSADA GROUP KLIK

Aku Tahu Apa Yang Kau Suka ?

Aku Tahu Apa Yang Kau Suka ?

Hidup Untuk Saling Melindungi Bukan Saling Melukai

Hidup Untuk Saling Melindungi Bukan Saling Melukai

BUMN PEDULI BANGSA

BUMN PEDULI BANGSA

Penawaran Kerja Sama

TV KONTAK BANTEN

KEMENTRIAN SEKRETARIS NEGARA

KEMENTRIAN SEKRETARIS NEGARA

Hari Amal Bhakti ke 78 Bakti Untuk Negeri

Hari Amal Bhakti ke 78 Bakti Untuk Negeri

FORUM UNIVERSITAS TRISAKTI

FORUM UNIVERSITAS TRISAKTI
Media yang kuat butuh rakyat yang terlibat, mengelola kebebasan dengan bertanggung jawab._ Najwa Shihab

SILAKAN PASANG IKLAN KLIK

IBU KOTA NUSANTARA

IBU KOTA NUSANTARA

KONTAK MEDIA GROUP

BACA BERITA BIKIN PAS DI HATI YA DI SINI !!

INFO CPNS DAN PPPK 2025 KLIK

PESAN MAKANAN ENGAK RIBET

MOTO KAMI


BERBUAT BAIK TERHADAP SESAMA SESUNGGUHNYA UNTUK KEBAIKAN DIRI KITA

KEMENTRIAN HUKUM DAN HAM

KEMENTRIAN HUKUM DAN HAM

INFO DEWAN PERWAKILAN RAKYAT (DPR) RI

KEMENTRIAN BUMN

KEMENTRIAN BUMN

SELAMAT HARI ADIYAKSA KE 62

SELAMAT HARI ADIYAKSA KE 62

Jadikan Kritik Masyarakat Sebagai INTROPEKSI

Jadikan Kritik Masyarakat Sebagai INTROPEKSI

ENERGI KOLOBORASI

ENERGI KOLOBORASI

Bergerak TAK TERBATAS

Bergerak TAK TERBATAS

KELUARGA BESAR KEJAKSAAN RI

KELUARGA BESAR KEJAKSAAN RI

SENYUM ADALAH IBADAH

SENYUM ADALAH IBADAH

SELAMAT DAN SUKSES

SELAMAT DAN SUKSES

Bergerak Tumbuh Bersama

Bergerak Tumbuh Bersama

SELALU BERBUAT UNTUK BANGSA

AWAS BAHAYA LATEN KORUPSI

AWAS BAHAYA LATEN KORUPSI

Kata Motifasi Koran Kontak Banten

Kata Motifasi Koran Kontak Banten

Mau Kirim Tulisan Artikel Klik aja

MOTO KAMI


Sekecil APAPUN Yang Anda Perbuat Akan Menjadikan Cermin Kami untuk Maju

BARCODE INFO KERJA KLIK

Silakan Pesan Buku Catatan Kehidupan Ali

Berita Populer

INFO KPK

INFO KEJAKSAAN RI

Bergerak Kita Bangkit untuk Indonesia

Bergerak Kita Bangkit untuk Indonesia

BERIKAN SENYUM UNTUK MU INDONESIA

BERIKAN SENYUM UNTUK MU INDONESIA

BANGKIT LEBIH KUAT

BANGKIT LEBIH KUAT

AYO SELAMATKAN BUMI KITA

AYO SELAMATKAN BUMI KITA

PRAJA MUDA JIWA MUDA

PRAJA MUDA JIWA MUDA

Hati Nurani Tidak Ada Dalam Buku Tapi Ada di Hati

Hati Nurani Tidak Ada Dalam Buku Tapi Ada di Hati

BERGERAK DAN BERGERAK

Seputar Parlemen

INFO KPK JAKARTA

INFO ICW NASIONAL KLIK

Salam Damai Untuk Indonesia

Layanan Kota Tangerang Selatan BPHTB

Kementrian

Susunan Redaksi

Kementrian PU

Support