Pahlawan adalah gelar untuk orang yang
dianggap berjasa terhadap orang banyak dan berjuang dalam mempertahankan
kebenaran. Dalam konteks kenegaraan dan kebangsaan, seseorang dijuluki
pahlawan karena jasa-jasanya dalam memperjuangkan negara dan bangsa ini
untuk menmperoleh kemerdekaannya. Seorang pahlawan berjuang karena
mencintai negeri dan tanah tumpah darahnya (hubb al-wathan min al-iman).
Menegakkan kebenaran
Dalam perspektif Islam, pahlawan
dapat dimaknai sebagai orang Islam yang berjuang menegakkan kebenaran
(al-haq) demi memperoleh ridha Allah semata. Kredo dan doktrinnya adalah
limardhatillah wa li i’lai kalimatillah hiya l-‘ulya. Kata kuncinya
adalah kebenaran (al-haq) dan ridha Allah Swt. Jadi, kebenaran adalah
segala sesuatu (baik yang berupa perintah maupun larangan) yang datang
dari Allah Swt melalui ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad
saw. (Wama atakum al-Rasulu fakhuzuhu wama nahakum ‘anhu fantahu).
Dengan demikian, pahlawan
dalam perspektif Islam harus memiliki koridor dan konteks ini
(memperjuangkan kebenaran dan untuk menjunjung nilai luhur Islam sebagai
agama yang benar). Dalam konteks makro, pahlawan
Islam adalah orang Islam yang berjuang membela tanah air dan
mempertahankan kemerdekaan bangsa dan Negara dari penindasan dan
penjajahan.
Dari sisi lain, juga disebut pahlawan
pasti memiliki kontribusi atau jasa besar bagi orang lain, karena semua
ajaran dalam Islam memiliki implikasi positif bagi orang lain, bahkan
untuk semesta alam ini (semua makhluk hidup), sebagaimana sabda Nabi
saw, Khair al-Nas anfa’uhum li al-nas dan firman Allah, Wama arsalnaka
illa rahmatan li al-‘alamin.
Mengenai berjuang menegakkan kebenaran dan keadilan ini banyak
disebut dalam Alquran, di antaranya: “Perangilah mereka sehingga tidak
ada lagi penindasan, dan yang ada hanya keadilan dan keimanan kepada
Allah.” (QS. 2:193) “seluruhnya dan di mana saja.” (QS. 8:39). “Dan
kenapa kamu tidak berperang di jalan Allah. dan untuk mereka yang lemah,
laki-laki, perempuan, dan anak-anak yang berkata “Tuhan, keluarkanlah
kami dari kota ini yang penduduknya zalim; dan berilah kami dari
pihak-Mu orang yang dapat menjadi pelindung, dan berilah kami dari
pihak-Mu penolong.” (QS. 4:75).
Sesungguhnya para pahlawan
yang telah memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini, dari segala bentuk
penjajahan, baik yang kita ketahui maupun yang tidak, mereka hidup di
hati kita. Jadi, sebetulnya pahlawan
itu tidak pernah mati, karena jasa-jasanya selalu dikenang oleh orang
banyak. Kebaikannya selalu tertabur dalam jiwa umat, sehingga tak pernah
sirna untuk dikenang dan didoakan arwahnya setiap saat. Meskipun secara
lahiriyah sudah tiada, namun secara hakiki belum, ia mati tetapi hidup.
Allah Swt berfirman, “Dan janganlah kalian sekali-kali mengatakan
bahwa orang-orang yang berjuang (terbunuh) di jalan Allah itu mati
melainkan mereka hidup tetapi kita tidak merasakan.” (QS. al-Baqarah:
154).
Pahlawan dalam Islam adalah orang yang
berani memperjuangkan Islam sampai ia menang atau mati. Oang-orang yang
berjuang itu pun tidak memperdulikan apakah ia bakal mendapat
penghargaan atau tidak dari institusi manapun, yang mereka harapkan
adalah keridhaan dari Allah Swt.
Kriteria jihad
Dalam Islam kategori berjuang (jihad) itu ada
beberapa macam, di antaranya adalah jihad memerangi hawa nafsu (jihad
al-nafs), termasuk jihad memerangi syetan, jihad , jihad memerangi orang munafik (jihad al-nifaq).
Menurut Rasulullah saw, jihad yang paling besar adalah jihad
memerangi hawa nafsu. Hal ini pernah disampaikan oleh Rasulullah saw
saat usai perang Badar. Beliau berkata kepada para sahabatnya, “Kita
masih akan menghadapi perang yang lebih dahsyat lagi. Kata sebagian
sahabat: Perang apalagi ya Rasul? Bukankah ini perang yang dahsyat?
Jawab Nabi: Perang melawan hawa nafsu”.
Pahlawan yang tanpa tanda jasa pun juga
banyak, misalnya para guru dan para generasi tua yang berjasa kepada
generasi penerusnya. Ada sebuah cerita menarik terkait dengan kisah
kepahlawanan ini. Alkisah, seorang raja Persia ernama Kisra Anu Syirwan
melakukan patroli ke rumah-rumah penduduk. Ketika ia tiba di satu rumah,
di sana ia menemukan seorang kakek sedang menanam pohon di halaman
rumahnya. Sang raja tertawa dan bertanya, “Wahai kakek, kenapa engkau
menanam pohon itu yang akan berbuah 10-20 tahun, bahkan berpuluh-puluh
tahun ke depan, sedangkan engkau mungkin tahun depan sudah mati dan
tentu engkau tidak dapat menikmati buah-buahan yang telah engkau tanam
itu”.Dengan senyum dan penuh optimisme sang kakek menjawab, “Wahai raja,
laqad gharas-a man qabla-nâ fa akal-nâ wa naghris-u nahn-u li-ya’kul-a
man ba`da-nâ, orang-orang sebelum kita telah menanam pohon dan buah dari
pohon tersebut kita nikmati sekarang, maka kita menanam kembali pohon
yang buah-buahnya akan dinikmati oleh orang-orang setelah kita” (Didaat:
2008).
Banyak pahlawan yang tercatat dalam sejarah Islam baik pada zaman Nabi
maupun pada masa-masa sesudahnya yang tak terhingga jumlahnya. Ada juga
pahlawan
besar Islam yang coba mengobarkan semangat jihad Nabi dengan
menggaungkan Sirah Nabawiyah-nya, misalnya saja Shalahuddin Al-Ayyubi.
Shalahuddin Al-Ayyubi telah terukir namanya dalam sejarah perjuangan
umat Islam, karena ia mampu menumpas tentara multinasional Salib dari
seluruh benua Eropa.
Guna membangkitkan kembali ruh jihad di kalangan umat Islam yang saat
itu telah terlena dengan perjuangan yang telah diwariskan oleh Nabi
Muhammad saw, maka Shalahuddin inilah yang mencetuskan ide dirayakannya
kelahiran Nabi Muhammad saw (maulid al-Rasul). Melalui media peringatan
itu, diungkaplah sikap kesatria dan kepahlawanan Nabi Muhammad saw.
Hingga kini peringatan itu menjadi tradisi di kalangan masyarakat Islam,
tak terkecuali di Indonesia.
Rasa tanggung jawab terhadap agama (Islam) telah ia baktikan di
kalangan umat Islam menghadapi serbuan tentara ke tanah suci Palestina
selama dua puluh tahun, dan akhirnya dengan kegigihan dan kemampuannya
ia dan pasukannya dapat memukul mundur bala tentara yang dipimpin oleh
Richard The Lionheart (Richard Si Hati Singa) dari Inggris.
Inilah satu contoh pahlawan besar Islam yang bisa disebut di sini, dari sekian pahlawan-pahlawan
Islam yang lain.Seperti Imam Bonjol, Tgk Chik Ditiro, Teuku Umar, Cut
Nyak Dhien dan lainnya di Serambi Makkah. Di setiap penghujung abad,
selalu muncul pahlawan-pahlawan yang tegak memperjuangkan kebenaran di muka bumi ini.
Hanya yang perlu dipahami bahwa perjuangan yang ditegakkan atas nama
Islam, tidak dimonopoli oleh sekelompok Islam itu sendiri. Karena ada
sekelompok orang yang mengatasnamakan Islam ketika memperjuangkan Islam,
justru malah merugikan orang lain dan memerangi orang-orang yang tidak
bersalah, maka yang demikian itu tidak dibenarkan adanya. Perjuangan
Islam mesti tidak akan merugikan siapa pun.
Ketika Nabi Muhammad saw berjuang menegakkan
Islam, yang ditegakkan Nabi adalah menegakkan nilai-nilai kemanusiaan
universal: keadilan, kesamaan, toleransi, dan hak-hak orang lain tetap
diperhitungkan. Sikap Nabi saw yang toleran dan menghargai nilai-nilai
kemanusiaan yang memang lahir dari ajaran Islam inilah yang kemudian
memosisikan Islam sebagai agama rahmat. Nabi sendiri menegaskan, Ahabb
al-adyan ila Allah al-hanifiyyat al-samhah.
Merindukan sosok pahlawan, merindukan pemimpin sejati. Keberadaannya
sekarang entah di mana. Pahlawan sedang dicari. Mungkinkah kitalah
pahlawan yang sedang dicari dan dinanti-nanti. Jadilah pahlawan, yang
banyak manfaatnya. Merajut kebaikan, menebar manfaat. Amin ya Rabbal
‘alamin.
* Dr. H. Abdul Gani Isa, SH, M.Ag., staf pengajar Fakultas Syariah dan Hukum UIN
0 comments:
Post a Comment