BANTEN ( Kontak Banten)– Enam guru asal Banten berhasil lolos mengikuti program beasiswa “Kajian Teks dan Penulisan 100 Tahun Pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD)’. Mereka akan mengikuti serangkaian kegiatan selama delapan bulan, dari pelatihan penulisan dan kajian teks, menjadi pemrasaran dan peserta aktif dalam rangkaian 10 serial diskusi, dan mengikuti pendampingan penulisan reflektif gagasan pendidikan KI Hadjar dikaitkan dengan praktik dan pengalaman mengajar mereka.
Keenam penerima program beasiswa KHD itu berturut-turut Haetami dari
MTS Mathla’ul Anwar Baros Lebak, Elen Witri Dael dari SMAK IPEKA BSD
Tangel, Ginanjar Hambali dari SMA Negeri 7 Pandeglang, Deny Surya
Permana dari SMKN 1 Pandeglang, Nurlela dari SD Al-Azhar Syifa Budi
Talaga Bestari Serang, dan Mugni Hasan Laksana SDN Banjarsari 1
Pandeglang.
Program beasiswa ini diselenggarakan oleh Visi Integritas dan Sekolah Tanpa Batas.
Selama kegiatan fellowship mereka akan didampingi oleh empat fasilitator dari Sekolah Tanpa Batas, yaitu Lodi F Paat, Bambang Wisudo, Sri Wahyaningsih, dan Jimmy Ph Paat. Sri Wahyaningsih merupakan pendiri Sanggar Anak Alam di Yogyakarta yang menggunakan pemikiran KI Hadjar sebagai praksis pendidikan mereka.
Peluncuran program fellowship diselenggarakan secara daring, dengan menghadirkan Dirjen Pendidikan Guru dan Tenaga Pendidikan Iwan Syahril, Anggota DPR-RI Rano Karno, Widyawati – salah satu cucu Ki Hadjar Dewantara, Pendiri Sekolah Cikal dan penggagas konsep Merdeka Belajar Najelaa Shihab, Pendiri Sanggar Anak Alam Sri Wahyaningsih, dan aktivis Sekolah Tanpa Batas Jimmy Ph Paat.
“Saya senang dan sangat mengapresiasi kegiatan ini. Melalui program ini kita bukan hanya dapat menghidupkan kembali pemikiran Ki Hadjar tetapi juga bisa menumbuhkan kembali pokok-pokok pemikiran Ki Hadjar,” kata Dirjen Pendidikan Guru dan Tenaga Pendidikan Iwan Syahril saat memberikan sambutan dan paparan utama dalam acara peluncuran program beasiswa ini.
Rano Karno, anggota DPR asal Banten, dalam sambutannya mengemukakan
bahwa pemikiran Ki Hadjar sangat penting dan relevan untuk menentukan
arah pendidikan Indonesia. Ki Hadjar, kata Rano, menekan perlunya
anak-anak diajak menemukan sendiri pengetahuannya, termasuk dalam moral,
tidak diajari atau dicekoki. Ki Hadjar juga mengemukakan bahwa tujuan
pendidikan bukan hanya mendidik anak sebagai individu tetapi sekaligus
mempersiapkannya sebagai warga masyarakat dan warga negara. KI Hadjar,
tambah Rano, juga menekankan bahwa sistem pendidikan harus bertolak dari
penghidupan dan kehidupan rakyat.
“Jadi kita boleh mengikuti kemajuan teknologi, tetapi kita tidak boleh
melupakan yang basic, pendidikan untuk rakyat,” kata Rano.
Direktur Visi Integritas Ade Irawan mengemukakan bahwa program beasiswa ini diselenggarakan untuk menggairahkan kembali kemauan untuk mempelajari pemikiran Ki Hadjar. Selama ini banyak orang, termasuk guru-guru, hanya mengenal Ki Hadjar sebatas pada slogan “Tut Wuri Handayani”. Padahal, pemikiran Ki Hadjar sangat revolusioner dan luar biasa. Kepada para peserta fellowship Ade berharap bisa mengikuti seluruh rangkaian kegiatan yang berlangsung selama delapan bulan ini secara serius. “Ada banyak pendaftar yang potensial tetapi tidak bisa diikutkan sebagai penerima fellowship karena keterbatasan tempat,” kata Ade
0 comments:
Post a Comment