Gubernur BI Perry Warjito. Foto : Istimewa |
JAKARTA ( Kontak Banten) - Bank Indonesia (BI) kembali mempertahankan BI 7-Day
Reverse Repo Rate (repo rate) sebesar 3,50 persen, suku bunga Deposit
Facility sebesar 2,75 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar
4,25 persen. 1
Keputusan ini diambil dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 20-21 Juli 2022.
Menurut Gubernur BI Perry Warjiyo, keputusan ini konsisten dengan
perkiraan inflasi inti yang masih terjaga di tengah risiko dampak
perlambatan ekonomi global terhadap pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
“BI terus mewaspadai risiko kenaikan ekspektasi inflasi dan inflasi inti
ke depan, serta memperkuat respons bauran kebijakan moneter yang
diperlukan baik melalui stabilisasi nilai tukar rupiah, penguatan
operasi moneter, dan suku bunga,” jelasnya dalam pengumuman hasil RDG BI
secara virtual, Kamis (21/7).
Terutama disebabkan oleh tekanan inflasi global terus meningkat
seiring dengan tingginya harga komoditas akibat berlanjutnya gangguan
rantai pasokan sejalan dengan ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina yang
terus berlangsung serta meluasnya kebijakan proteksionisme, terutama
pangan.
“Sementara, perbaikan ekonomi domestik diprakirakan terus berlanjut,
meskipun dampak perlambatan ekonomi global perlu tetap diwaspadai,” kata
Perry.
Dalam kesempatan tersebut, BI juga memperkuat bauran kebijakan yang terdiri dari; pertama, memperkuat operasi moneter sebagai langkah pre-emptive dan forward looking, untuk memitigasi risiko kenaikan ekspektasi inflasi dan inflasi inti melalui kenaikan struktur suku bunga di pasar uang dan penjualan SBN di pasar sekunder.
Kedua, BI memperkuat stabilisasi nilai tukar Rupiah sebagai bagian
untuk pengendalian inflasi melalui intervensi di pasar valas yang
didukung dengan penguatan operasi moneter sebagaimana butir 1. Ketiga,
melanjutkan kebijakan transparansi suku bunga dasar kredit (SBDK) dengan
pendalaman pada suku bunga kredit konsumsi.
Keempat, memperluas QRIS antarnegara antara lain melalui akselerasi
implementasi, piloting dengan penyelesaian transaksi menggunakan mata
uang lokal (local currency settlement) dengan negara-negara di Asia,
serta melaksanakan Pekan QRIS Nasional untuk pencapaian target 15 juta
pengguna baru.
“Kelima, kami memastikan operasionalisasi Standar Nasional Open API Pembayaran (SNAP), khususnya Penyedia Jasa Pembayaran (PJP) first mover berjalan lancar dan mempersiapkan implementasi second mover dengan target Desember 2022, serta memperluas QRIS crossborder, antara lain melalui piloting dan akselerasi implementasi,” jelas Perry.
Keenam, BI juga memperkuat kebijakan internasional dengan memperluas kerja sama dengan bank sentral dan otoritas negara mitra lainnya, serta bersama Kementerian Keuangan menyukseskan enam agenda prioritas jalur keuangan Presidensi Indonesia pada G20 tahun 2022.
BI sambung Perry, juga terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah
(Pusat dan Daerah) dan instansi terkait melalui Tim Pengendalian Inflasi
(TPIP dan TPID) untuk mengelola tekanan inflasi dari sisi suplai dan
mendorong produksi serta mendukung ketahanan pangan.
“Guna menjaga stabilitas makroekonomi dengan tetap mendukung proses
pemulihan ekonomi nasional, koordinasi kebijakan moneter dan fiskal
terus ditingkatkan,” jelasnya.
Tak hanya itu Bank Sentral juga terus memperkuat sinergi kebijakan
dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), dalam rangka menjaga
stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta mendorong
kredit/pembiayaan kepada dunia usaha pada sektor-sektor prioritas untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi, ekspor, serta inklusi ekonomi dan
keuangan.
0 comments:
Post a Comment