![]() |
Foto Dokumen: Labirin pipa dan katup minyak mentah digambarkan selama tur oleh Departemen Energi di Cadangan Minyak Strategis di Freeport, Texas, AS 9 Juni 2016. |
JAKARTA ( KONTAK BANTEN) Terjadi perununan harga minyak mentah terendah dalam delapan bulan lalu yang dipicu oleh penguatan dolar AS lebih dari dua dekade. Pasalnya, harga minyak mentah tersebut telah menyentuh angka 5 persen yang berada di level US$86,15 per barel untuk brent dan US$78,74 per barel untuk West Intermediate (WTI).
Seperti yang dilansir dari CNN, Brent berjangka telah turun sebesar US4,31 atau 4,8 persen menjadi US$86,15 per barelnya. Sedangkan minyak mentah WTI AS turun sebanyak US$4,75 per barel atau 5,7 persen menjadi US$78,74 per barel.
Penurunan harga minyak itu pertama kali terjadi selama 4 pekan berturut-turut sejak Desember 2021. Anjloknya harga minyak ini mendorong bensin dan solar AS juga turun lebih dari 5 persen.
Penurunan harga minyak yang terus berlanjut juga disebabkan oleh kebijakan Federal Reserve AS menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada Rabu. Langkah The Fed lantas diikuti oleh bank sentral lainnya yang meningkatkan risiko perlambatan ekonomi.
"Tangki minyak karena kekhawatiran pertumbuhan global mencapai mode panik mengingat komitmen bank sentral untuk memerangi inflasi. Tampaknya bank sentral siap untuk tetap agresif dengan kenaikan suku bunga dan itu akan melemahkan aktivitas ekonomi dan prospek permintaan minyak mentah jangka pendek," ujar Analis Pasar Senior di perusahaan data dan analitik OANDA Edward Moya.
Dolar AS memang tercatat berada di level tertinggi pada penutupan pasar akhir pekan terhadap sejumlah mata uang lainnya sejak Mei 2002. Dolar yang kuat mengurangi permintaan minyak dengan membuat bahan bakar lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.
"Kami memiliki dolar yang meledak lebih tinggi dan menekan komoditas berdenominasi dolar seperti minyak dan meningkatnya kekhawatiran atas resesi global yang akan datang karena bank sentral menaikkan suku bunga," kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan penurunan harga minyak memungkinkan harga BBM di Tanah Air kembali turun.
"Kalau harga minyak turun, ya pasti ada revisi harga. Enggak mungkin PT Pertamina mencari keuntungan sebesar-besarnya ketika rakyat susah," ujarnya usai rapat kerja dengan Komisi VI, Kamis (8/9).
Erick menyebutkan BBM yang kemungkinan harganya turun lagi adalah jenis nonsubsidi, pertamax. Namun, nilai penurunannya masih dalam perhitungan.
"Itu perlu proses, artinya harga BBM turun ya pasti ada revisi, tapi kan tergantung berapa nilai subsidi yang masih diberikan pada saat itu. Nah ini yang masih di-adjust," jelasnya. (jri)
0 comments:
Post a Comment