JAKARTA ( KONTAK BANTEN)- Di negara demokrasi akan muncul banyak calon pemimpin yang ingin berkompetisi dengan meningkatkan kapabilitas dan elektabilitas. Terpenting, negara memberikan peluang dan ruang yang sama serta adil.
Presiden ke-6 Republik Indonesia (RI) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyoroti soal pemimpin Indonesia ke depan. Khususnya dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. SBY punya catatan sendiri tentang pencapresan ini.
“Saya percaya akan lahir pemimpin-pemimpin baru di negeri ini. Saya tidak percaya pemimpin itu harus dipersiapkan secara khusus oleh pihak-pihak tertentu,” kata SBY di Baturraden, Banyumas, Rabu (11/1).
Menurut SBY, di negara demokrasi akan muncul banyak calon pemimpin yang ingin berkompetisi dengan meningkatkan kapabilitas dan elektabilitas. Yang penting, negara memberikan peluang dan ruang yang sama serta adil.
“Tidak boleh negara masuk terlalu jauh sehingga mengganggu fairness, keadilan bagi siapapun yang akan mencalonkan sesuatu,” ujar Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat itu.
SBY menekankan, pemilu merupakan hajat rakyat. Sedangkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai penyelenggaranya. Sehingga, negara harus memberikan kesempatan kepada yang ingin menggunakan haknya dipilih maupun memilih.
“Keseluruhan perangkat di negeri ini, penyelenggara, Pemerintah, aparat keamanan, semua harus membuat pemilu jujur dan adil,” kata dia.
SBY menceritakan, pada saat akan mengakhiri masa jabatannya dulu, tidak mempersiapkan calon pemimpin berikutnya.
“Ini pandangan saya, karena akan muncul (calon pemimpin baru). Biarkan mereka punya peluang yang sama, berkompetisi dengan baik, tentu dengan aturan yang baik,” harap dia.
SBY menilai, regenerasi pemimpin akan berjalan alamiah di alam demokrasi ini. Regenerasi merupakan sebuah keniscayaan. Tidak berarti yang tua tidak punya hak maju lagi, tapi sebaliknya yang muda diberi kesempatan.
“Akhirnya yang memilih rakyat, suara rakyat adalah suara Tuhan. Kita terima siapa pun yang dipilih rakyat,” kata dia.
Akun @Bernard_maru meminta Presiden saat ini meniru dan mewariskan tindakan yang harus dilakukan kepada setiap calon presiden (capres) seperti era SBY dulu.
Kata @ayrifkiprayitno, ketika SBY akan berakhir pada periode kedua tidak pernah sibuk bahas capres penggantinya.
Menurut @Andisinulingga, pemimpin yang sibuk cawe-cawe untuk mencari penggantinya, biasanya pemimpin yang banyak menyimpan masalah di masanya.
Kata @cihk_miaw, orang yang merasa banyak melakukan keburukan selalu berjaga-jaga.
“Pemimpin yang baik tidak perlu khawatir siapa penggantinya karena menjalankan pemerintahan sesuai dengan undang-undang dan aturan yang ada,” tukas @17Mardiyansyah.
Sementara, @rizal_lavada menafsir yang dimaksud alamiah. Yaitu, bila bapaknya mantan presiden, maka otomatis anaknya bisa jadi presiden.
Kata @Nasionalis_76, SBY tidak ikut campur karena tidak punya calon presiden (capres) dalam Pemilu 2024. “SBY tahu antitesis dari dirinya pasti menang,” ujarnya.
Akun @vagus_d percaya, SBY dulu tidak menyiapkan penerusnya. Soalnya, waktu itu calonnya masih mentah dan sekarang dicoba dikarbit supaya matang.
Sebetulnya, kata @Sudin_SH, SBY bukan tidak mempersiapkan, tapi karena permasalahan yang ada di partai.
“Meskipun diadakan acara konvensi presiden, tapi kandidat yang ada tidak laku di hati rakyat alias gagal total,” ujarnya.
Akun @Renata_reta menilai, apa yang disampaikan SBY hanya retorika. Soalnya, SBY juga berusaha menyiapkan kadernya sendiri.
Soalnya, kata @Antonius_fernandes, pada saat akhir kepemimpinan SBY, banyak kader Partai Demokrat terkena kasus korupsi. “Sehingga melengserkan partai tersebut dari kekuasaan,” ujarnya.
Akun @urinjuwoi mengatakan, setiap orang ada masanya. Dan Partai Demokrat, sepertinya masih belum bisa memimpin Indonesia untuk beberapa saat ke depan.
0 comments:
Post a Comment