JAWA TIMUR (KONTAK BANTEN) Anies Baswedan menjawab sejumlah pertanyaan dari wartawan senior di Jawa Timur terkait dengan pencalonnya sebagai Presiden maupun isu terkini di Jawa Timur.
Dalam pertemuan dengan pimpinan redaksi tersebut pertanyaan yang selama ini menjadi pertanyaan publik langsung ditembakkan kepada Anies Yaitu soal hubungannya dengan Nahdlatul Ulama, Label Politik Identitas, Amerika-Tionkok, masalah ekonomi, pendikan hingga sepakbola.
“Saya akan menjawab semua pertanyaan besok dengan menunjukkan jawaban yang sudah saya kerjakan kemarin,” kata Anies dalam acara Chief Editor Dialog yang digagas oleh Partai Nasdem Jawa Timur, Jumat (18/3/2023).
Anies malam itu ditanya terkait hubungannya dengan NU karena saat acara satu abad NU di Sidoarjo lalu dia tidak nampak batang hidungnya di Stadion Gelora Delta.
“Bahwa kredibilitas jawaban itu pada rekam jejak bukan pada kata-kata, dan harusnya pertanyaannya adalah apa yang sudah saya kerjakan dengan NU di Jakarta dong” kata Anies.
Kalau dengan NU Jawa Timur Anies menambahkan bahwa dia sebelumnya tidak pernah berhubungan dengan Jatim karena tugasnya selama ini lebih banyak di Jakarta.
“Teman-teman bisa bertanya dengan kawan-kawan aktivis NU di Jakarta bagaimana kiprah saya,” tambahnya.
Terkait acara 100 tahun NU Anies menjelaskan untuk mengundang dirinya harus punya dasar. “Saya bukan pejabat, kalau diundang calon Presiden dari Nasdem nanti malah salah, Namun kita wajib bersyukur NU sudah berusia 100 tahun,” kata Anies.
Anies mengaku tidak diundang saat itu biasa saja namun saat acara puncak tersebut Anies mengaku berziarah ke makam salah seorang pahlawan Nasional dari NU di Jakarta dan tertembak karena melindungi Bung Karno di Istana.
Bapak Politik Identitas
Terkait dengan tudingan Bapak Politik Identitas, Anies menjawab tuntas tentang penyebabnya. Dan Anies mengaku penyebabnya adalah Pilkada 2017 Jakarta.
“Saya minta semua harus objektif, jika ada pemilihan di situ ada calon Laki-laki dan perempuan maka isu gender yang dominan, jika pilkada dengan calonnya salah satu suku seperti Jawa dan Sunda maka isu suku akan dominan. Jika calon satunya Muslim dan calon satunya Kristen maka isu agama yang akan dominan,” katanya.
Sehingga kedua belah yang mendukung akan berbicara soal isu Agama. Anies beranggapan hal tersebut merupakan penyakit bangsa karena jika salah satu kalah maka isu yang akan muncul karena menggunakan agama sedangkan pendukung yang menang akan menyatakan karena program.
“Jawaban saya terhadap itu semua terkait dengan label baik politik berbasis agama dan identitas tersebut apakah diwujudkan dalam keseharian selama 5 tahun saat bertugas. Monggo di cek di Jakarta apakah ada kebijakan yang tidak bersahabat kepada minoritas, apakah ada kebijakan yang diskriminatif ke salah satu agama. Kalau tidak terbukti maka tuduhan itu harus dicabut demi akal sehat. Kalau tidak ya kita tidak objektif lagi.”kata Anies.
Anies mengaku tidak terlalu khawatir dengan sejumlah label yang disematkan terhadapnya karena semuanya tidak berdasarkan dengan fakta. Label jika berbasis fakta itu wajib dikhawatirkan, namun kalau label tersebut berdasarkan sebuah kampanye komunikasi itu haram.
0 comments:
Post a Comment