Berkat Bendungan Ma’rib dan kanalnya, membuat kotanya menjadi pemilik dari sistem pengairan terbaik dan menjadi kawasan paling subur di Yaman.
Dua orang Ilmuwan bernama J. Holevy dari Perancis dan Glaser dari Austria, memperlihatkan adanya dokumen tertulis kuno. Didalamnya tertulis dalam dialek Himer, bahwa bendungan tersebut telah menyebabkan wilayahnya menjadi sangat produktif.
Sekilas Tentang Kota Saba’ dan Bendungan Ma’rib
Lokasi dari Bendungan Ma’rib terletak di sebelah Barat Daya dari Kota Tua Ma’rib yang dulu adalah ibukota dari Kerajaan Saba’. Sebagai negara perdagangan yang kaya, kerajaan ini mengontrol jalur perdagangan rempah-rempah dan kemenyan ke Negara Saudi dan Abyssinia.
Salah satu dari pemicu terciptanya Bendungan Ma’rib adalah, untuk menangkap air hujan, yang jatuh di pegunungan. Sumber air tersebutlah yang digunakan oleh masyarakat Saba’ untuk mengairi lahan di wilayahnya.
Selain
bentuk bangunannya, sang arsitek bendungan itu juga memperhitungkan
pertimbangan letak bangunannya. Bendungan yang dulunya megah tersebut
berdiri di antara tiga bukit.
Oleh sebab itu, semua sumber air yang berasal dari semua dataran tinggi, hanya bermuara ke satu tempat, yaitu di bendungan. Teknik yang digunakan dalam pelaksanaan pembangunan tersebut adalah, menggabungkan bebatuan padat dan timah.
Masing-masing elemen tersebut memiliki fungsi yang berbeda. Batuan akan berfungsi sebagai gerbang, sedangkan timah sebagai penahan air.
Runtuhnya Bendungan Ma’rib
Beberapa sumber sejarah menyebutkan, sebelum mengalami keruntuhan, bendungan yang pernah berjaya ini memang telah mengalami kerusakan berat.
Salah satu sebabnya adalah peperangan yang terjadi di Kota Saba’, pada sekitar tahun145 SM, antara Masyarakat Raidan dengan Kerajaan Saba’. Karena kerusakan tersebut, akhirnya menyebabkan terjadinya banjir besar, seperti yang tersebut dalam Al Qur’an.
Namun selain sebab tersebut, ada juga pendapat yang mengatakan, bahwa Bendungan Ma’rib hancur akibat serangan tikus yang menggerogotinya.
Jika dianalisa lebih dalam lagi, semua kejadian tersebut bisa saja terjadi. Kerusakan akibat peperangan, menyebabkan banyak sisi bendungan yang terkikis, dan akhirnya menjadi semakin parah karena gigitan tikus.
Bendungan kokoh tersebut pernah mengalami proses perbaikan, selama abad 5 – 6 M. Namun sayangnya, perbaikan itu tidak berhasil. Bendungan itu pun akhirnya runtuh, pada tahun 542 M.
Hancurnya bendungan tersebut bukan hanya menyebabkan kerusakan, namun juga kerugian besar. Seluruh lahan pertanian dan perkebunan dari Kaum Saba’ yang telah tumbuh selama ratusan tahun, hancur seketika tanpa satupun tersisa.
Resesi panjang langsung terjadi setelah kehancuran bendungan, yang akhirnya membawa nasib Kerajaan Saba’ ke akhir kejayaannya.
Yaman yang kaya dan makmur berubah menjadi ladang gersang berdebu. Bahkan hingga sekarang pun Yaman tetap menjadi negeri termiskin di Jazira Arab. Situasi menyedihkan tersebut, memaksa masyarakatnya bermigrasi ke seluruh penjuru negeri lainnya.
Kehebatan Kaum Saba’ di Masa Lalu
Kaum Saba’ hidup pada sekitar 1.000-750 SM, dan menjadi legenda pada 550 M, akibat perang yang terjadi selama dua abad. Kerajaan tersebut mulai menjalankan pemerintahannya ,sekitar 600 SM. Karena begitu tuanya, tidak heran jika tidak banyak catatan sejarah yang ditemukan.
Namun yang pasti, Kerajaan Saba’ memiliki angkatan perang terbesar masa itu. Sehingga, memungkinkannya untuk terus dapat melebarkan wilayah kekuasaannya.
Ibukota dari Kerajaan Saba’ adalah Sharwah, yang sisa peninggalannya masih dapat terlihat di sebelah Barat Laut Kota Ma’rib. Selain memiliki angkatan perang yang hebat, Kerajaan ini juga makmur, dengan hasil pertanian dan perekonomiannya yang melimpah.
Seorang komandan militer Saba’ pernah mengungkapkan, bahwa Kota Saba mendapatkan kemakmurannya, karena geografisnya yang strategis. Dan hal tersebut tidak dapat dipungkiri, karena telah tercatat juga di dalam Al’Qur’an.
Letak geografisnya yang sangat strategis, dapat terlihat dari posisinya, yang berdekatan dengan Sungai Adhanah. Pertemuan antara Sungai Adhanah dengan Jabal Balaq, adalah titik strategis dari geografisnya, yang ideal sebagai bendungan.
Melihat keuntungan tersebut, Kerajaan Saba’ pun melihat potensi untuk membangun peradaban barunya yang mutakhir, berupa bendungan dan sistem irigasi megahnya.
Kehancuran Kerajaan Saba’
Kisah kejayaan maupun kehancuran Kerajaan Saba’ sempat terkenal, karena kisahnya yang berhubungan dengan Nabi Sulaiman AS. Saat itu, penguasa dari Kerajaan Saba’ adalah seorang Ratu bernama Bilqis, yang cantik jelita. Bahkan kononnya, sebagai tercantik di dunia.
Sebelum memeluk Islam dan menjalankan ajaran Nabi Sulaiman AS, Ratu Bilqis dan masyarakatnya menyembah Matahari dan Bintang. Namun setelah ia menjadi mualaf, para pengikutnya pun mengikuti jejaknya untuk menyembah Allah SWT.
Namun saat Ratu Bilqis wafat, Kaum Saba’ kembali menjadi murtad. Mereka beralih lagi menyembah Matahari dan Bintang. Allah SWT bahkan telah mengutus 13 orang Rasul untuk menyadarkan kaum yang sesat tersebut, namun tidak ada seorangpun yang mengindahkannya.
Hal tersebut membuat Allah SWT murka, hingga mencabut seluruh kenikmatan yang telah terasa oleh bangsa tersebut selama ratusan tahun.
Azab yang turun adalah, dengan runtuhnya Bendungan Ma’rib, yang telah memberikan kekayaan dan kemakmuran bagi kaum murtad itu. Bukan hanya kehancuran pada bendungan, azab Allah SWT pun menyebabkan kemiskinan dan kekeringan yang abadi.
Kutukan Kaum Saba’ pun belum berakhir hingga saat ini. Yaman di masa ini, tetap menjadi Negara termiskin yang selalu mengalami kekeringan di Wilayah Arab. Kota Saba’ kuno yang dahulu menjadi tempat hunian oleh Kaum Saba’, kini hanya tinggal puing dan reruntuhan di wilayah terpencil.
Siapakah Sosok Ratu Bilqis?
Ratu Bilqis bukan hanya terkenal akan kecantikannya, namun juga kecerdasan dan kepiawaiannya dalam memimpin kerajaan. Penguasa cantik yang berbudi luhur ini, mewarisi Kerajaan Saba’ dari sang ayah.
Namun saat mendapatkan wewenangnya sebagai seorang ratu, saingannya yang bernama Amr bin Abrahah, berusaha untuk mengkudeta kepemimpinannya. Dengan seluruh pasukannya,
Saat itu, Ratu Bilqis belum mampu untuk dapat menahan serangan tersebut, hingga akhirnya harus melarikan diri, sebelum tertangkap. Namun penangkapan itu tidak berlangsung lama, karena Ratu cerdas ini berhasil menyembelih kepala Amr saat sedang mabuk.
Dan sejak saat itu, Bilqis kembali menjadi ratu untuk Kerajaan Saba’, dan berhasil memperluas wilayah kekuasaannya hingga ke Makkah.
Kerajaan Ratu Bilqis
Beberapa prestasi dari Ratu Bilqis bagi kerajaannya adalah, salah satunya berupa projek Bendungan Ma’rib. Tujuan dari dibangunnya bendungan tersebut, adalah, murni untuk kemakmuran rakyatnya.
Selain itu, Ratu Bilqis juga membentuk suatu dewan permusyawaratan, dengan anggota sebanyak 312 orang. Setiap anggota dewan, membawahi sepuluh ribu pengikut, yang terkenal akan kesucian keluhurannya.
Peninggalan Kaum Saba’
Beberapa peninggalan sejarah Kaum Saba’ yang berhasil muncul oleh para ahli, diantaranya adalah sebagai berikut ini:
Bendungan
Salah satu peninggalan dari peradaban Kerajaan Saba’ berbentuk bendungan raksasa, bernama Bendungan Ma’rib. Reruntuhan dari bangunan tersebut, saat ini dapat ditemukan di Pegunungan Mudawwar.
Tambang Emas dan Prasasti
Beberapa Arkeolog berhasil menemukan tambang emas milik Ratu Bilqis, yang tersembunyi di perbukitan Gheralta, bagian Utara Ethiopia. Lokasi dari tambang tersebut memang belum pernah tereksplor sebelumnya.
Tambang kuno yang tersembunyi di balik batu setinggi 20 kaki itu. Seluruh dindingnya penuh dengan ukiran bergambar matahari, bulan sabit, yang merupakan lambang dari kerajaan Saba’.
Di dalam tambang emas tersebut, juga muncul prasasti kerajaan, yang tertulis dengan bahasa aslinya. Bagian kuil yang runtuh juga muncul pada sekitar.
Kuil
Tidak jauh dari lokasi tambang emas, para Arkeolog juga menemukan reruntuhan kolom dan batu, yang merupakan bagian dari sebuah kuil. Posisinya yang terkubur, kuil tersebut dipercaya dulunya merupakan tempat untuk menyembah Dewa Bulan dan Matahari.
Penutup
Kerajaan Saba’ yang telah dikaruniai kekayaan dan kemakmurannya selama ratusan tahun, harus berubah menjadi negeri miskin dan kering selama berabad-abad. Bendungan Ma’rib yang pernah menjadi ikon kesuksesan bangsanya, harus hancur seketika.
Semuanya terjadi atas kemurkaan Allah SWT kepada seluruh Kaum Saba’, yang merupakan masyarakat dari kerajaan tersebut. Perjuangan Sang Ratu untuk kembali ke jalan Allah SWT pun menjadi sia-sia, saat rakyatnya berpaling kembali menjadi murtad.
Oleh: Pemela Handy Cicilia Wawapres
0 comments:
Post a Comment