JAKARTA ( KONTAK BANTEN) Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri sedang mempertimbangkan calon wakil presiden (cawapres) untuk Ganjar Pranowo berasal dari Nahdlatul Ulama (NU ). Sosok tersebut mengarah kepada Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta Nasaruddin Umar.
Pengamat politik Ujang Komarudin menuturkan, hal yang wajar jika Nasaruddin Umar dipasangkan dengan Ganjar.
"Ya kalo saya sih menilainya tidak aneh dan heran kalo Nasaruddin Umar digadang-gadang dipasangkan dengan Ganjar," ungkap Ujang.
Alasannya, kata Ujang, Ganjar membutuhkan sosok agamis dan Nasaruddin menjadi salah satu tokoh Islam dari NU. Mengingat NU menjadi kelompok masyarakat yang jumlahnya paling banyak dalam Pemilu Republik Indonesia.
"Ganjar atau PDIP butuh kelompok agamis, islam dan tokoh basis islam yang ada di NU itu ada di Nasaruddin," sambungnya.
Selain itu, usia Nasaruddin yang tergolong senior tidak akan memiliki banyak kepentingan politik.
"Yang kedua, dia tokoh senior itu juga keliatannya menjadi kepentingan PDIP agar tidak mengganggu PDIP ketika sudah misalkan menang jadi wapres kan tidak punya banyak hasrat dan kepentingan politik, maka tidak akan mengganggu kepentingan PDIP di Pemilu 2024 maupun nanti di Pilpres 2029," ujar Ujang.
Ujang menilai sosok Nasaruddin seperti Mar'uf Amin
"Itu yang dibutuhkan, seperti kira-kira tipe Ma'ruf Amin sekarang ini wapres tidak mengganggu kepentingan dan keinginan PDIP, tidak banyak bermanuver, tidak banyak proaktif untuk mencegah, menghalang-halangi kepentingan PDIP di politik. Jadi PDIP juga merasa aman dan nyaman dengan Ma'ruf Amin," ungkapnya.
"Oleh karena itu, dicari figur-figur yang mirip seperti itu dan Pak Nasaruddin saya analisis seperti itu, tidak banyak mengganggu Pemilu 2024 ataupun 2029 nanti. Saya melihatnya begitu, dari situ saja dua faktor itu mungkin-mungkin saja Pak Nasaruddin Umar dipasangkan Ganjar," lanjutnya.
Namun, Ujang kembali mengingatkan di dunia politik apa saja bisa
terjadi termasuk kembali mengingatkan Mahfud MD yang pernah hampir
dicalonkan mendampingi Jokowi pada Pilpres 2019
"Namanya politik, bisa iya bisa tidak. Kita lihat saja dinamika ke depannya bagaimana. Apakah memang dipasangkan atau dicari figur lain. Kan semuanya sampe detik terakhir belum pasti cawapresnya. Dulu Pak Mahfud MD saja sudah dipakaikan baju putih, sudah akan diumumkan gagal diganti Pak Ma'ruf Amin jadi semuanya masih serba bisa berubah," tutupnya.
0 comments:
Post a Comment