TANGERANG ( KONTAK BANTEN) Tari tradisional Tangerang, warisan budaya, ragam budaya, Tari Cukin, Tari Lenggang Cisadane, Tari Walijamaliha, Tari Bendrong Lesung, Tari Grebeg Terbang Gede, Tari Topeng Tangerang
Tangerang, sebagai salah satu wilayah terbesar di provinsi banten , menyimpan sejuta ragam warisan budaya yang harus dilestarikan
Salah satu aspek penting dari warisan budaya tersebut adalah tari tradisional. Tari tradisional Tangerang menggabungkan unsur-unsur budaya Jawa, Sunda, Cina, dan Betawi, menciptakan kombinasi yang unik dan menarik.
Jenis Tarian Tradisional Tangerang
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi beberapa jenis tarian tradisional yang berkembang di daerah Tangerang, Banten, dan mengungkap kekayaan bidaya yang terkandung di dalamnya.
1. Tari Cukin
Tari Cukin berasal dari Kabupaten Tangerang dan merupakan hasil adaptasi dan kreasi masyarakat setempat dari Tari Selendang Betawi.
Tari ini menggabungkan unsur budaya Cina, Sunda, Jawa, dan Betawi. Gerakan tari Cukin penuh dengan isyarat makna dan menyajikan drama tari bertema pergaulan.
Cerita dalam tari ini mengisahkan lima orang “nong” (gadis) yang sedang bersenda gurau dan bergembira menikmati malam yang indah.
Gerakan yang indah dan menggembirakan ini menarik perhatian seorang laki-laki (“kang”) untuk ikut serta dalam tarian tersebut.
Namun, kegembiraan ini berakhir ketika para “nong” meninggalkan “kang” yang terhanyut dalam tarian dan alunan musik. Sang “kang” kemudian mengejar dan menarik selendang salah satu “nong”, yang akhirnya mengakibatkan terjadinya tarik-menarik yang menyebabkan penari laki-laki terjatuh.
2. Tari Lenggang Cisadane
Tari Lenggang Cisadane adalah tarian yang diciptakan oleh seorang seniman asal Kota Tangerang, H. Yunus Ahmad Sanusi, sebagai bentuk keprihatinannya terhadap tergerusnya budaya tradisional.
Tarian ini menggabungkan perpaduan antara Tarian Cokek, Tarian Topeng Betawi, dan Tari Jaipong. Tarian ini dikembangkan khusus untuk remaja dan menyesuaikan norma kesopanan di Tangerang dengan gerakan yang lebih halus.
Tari Lenggang Cisadane menjadi salah satu tarian selamat datang yang diresmikan oleh pemerintah setempat pada tahun 2011.
Tarian ini menjadi simbol kekayaan budaya daerah Tangerang dan merupakan upaya untuk mempromosikan keindahan dan keunikan budaya tradisional kepada pengunjung dan tamu yang datang ke Tangerang.
3. Tari Walijamaliha
Tari Walijamaliha merupakan tarian yang baru diresmikan pada tahun 2010 dalam acara Festival Anyer.
Tarian ini diciptakan atas gagasan dari Gubernur Provinsi Banten, Ratu Atut Chosiyah, dan Kadisbudpar Provinsi Banten, Egi Djanuiswati. Tarian ini melibatkan seniman-seniman asal Banten.
Tari Walijamaliha menggabungkan unsur budaya Jawa, Sunda, Cina, India, dan Arab. Tarian ini menggambarkan karakter warga Banten yang riang, ramah, dan enerjik
Meskipun gerakannya cenderung cepat dan lincah, tari ini tetap menjaga keaslian dan memadukan elemen agamis. Penampilan tarian ini dilakukan oleh wanita dengan kostum yang sopan dan tidak terbuka.
4. Tari Bendrong Lesung
Tari Bendrong Lesung adalah tarian yang unik dan telah ada sejak lama di daerah Tangerang.
Tarian ini digunakan sebagai ungkapan rasa syukur atas anugerah Tuhan Yang Maha Esa setiap kali musim panen tiba.
Awalnya, pertunjukan tari ini hanya melibatkan wanita dewasa, tetapi seiring berjalannya waktu, penari pria juga ikut bergabung dalam pertunjukan ini.
Dalam Tari Bendrong Lesung, enam orang penari wanita memainkan peran utama. Tarian ini mengajarkan nilai-nilai kebersamaan, kerja keras, dan rasa syukur kepada Tuhan.
Melalui gerakan yang elegan dan harmonis, tarian ini berhasil menggambarkan kehidupan masyarakat Tangerang yang mengandalkan hasil bumi dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari.
5. Tari Grebeg Terbang Gede
Tari Grebeg Terbang Gede memiliki nuansa Islami karena dalam sejarahnya tarian ini digunakan oleh para penyebar agama Islam saat menyebarkan ajaran agama di tanah Banten.
Saat ini, tarian ini digunakan sebagai tarian selamat datang untuk menyambut tamu agung dan juga dalam acara-acara pemerintahan resmi.
Tarian Grebeg Terbang Gede juga digunakan dalam upacara-upacara ritual seperti ngarak panganten, ruwatan rumah, akikahan hajat bumi, dan hiburan.
Arti kata “Grebeg” sendiri diambil dari bahasa Jawa Banten yang berarti “dirempug” atau “dikeroyok”. Gerakan tarian ini menggambarkan masyarakat Banten yang religius, ramah, dan terbuka.
6. Tari Topeng Tangerang
Tari Topeng Tangerang merupakan salah satu tarian yang berkembang di daerah Tangerang. Tarian ini dicetuskan oleh pengajar dari Institut Seni Budaya Indonesia, Irawati Durban, atas permintaan Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Kota Tangerang pada tahun 2018.
Tari Topeng Tangerang erat kaitannya dengan Kota Tangerang dan melambangkan keragaman budayanya. Tarian ini menggabungkan empat unsur budaya yaitu Budaya Betawi, Tionghoa, Sunda, dan Jawa. Gerakan tari ini sangat dinamis dan melambangkan filosofi Kota Tangerang yang maju, dinamis, dan menghargai keberagaman.
Tari Topeng Tangerang secara resmi didirikan pada tahun 2019 dan menjadi salah satu upaya untuk melestarikan budaya dan seni tradisional di Kota Tangerang.
Dengan melihat ragam tarian tradisional yang berkembang di daerah Tangerang, Banten, kita dapat mengapresiasi kekayaan budaya yang ada di wilayah ini.
Tari tradisional merupakan warisan budaya yang perlu terus dilestarikan dan dikembangkan agar tidak hilang ditelan zaman.
Keunikan dan keindahan gerakan tari tradisional Tangerang menggambarkan harmoni dalam perpaduan budaya yang beragam.
Mari kita bersama-sama menjaga dan melestarikan kekayaan budaya ini agar dapat dinikmati oleh generasi masa depan.
Melalui pemahaman dan apresiasi terhadap tari tradisional Tangerang, kita dapat menghormati dan membanggakan warisan budaya nenek moyang kita.
0 comments:
Post a Comment